BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. prevalensi sindroma metabolik di dunia sebesar 20-25% dan diperkirakan akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan: labu kuning baik di jaringan hepar maupun adiposa putih.

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. lipogenesis mengawali pertambahan ukuran sel (adipogenesis) dari pre-adiposit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan akhirnya mengalami proses penuaan. Jumlah penduduk lanjut usia di

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan spektrum luas dari abnormalitas lipid dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (sedentary lifestyle) dan kurangnya aktivitas olahraga (Tsujii, 2004). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Sindroma metabolik merupakan permasalahan kesehatan dunia dengan angka morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Data epidemiologi menunjukkan prevalensi sindroma metabolik di dunia sebesar 20-25% dan diperkirakan akan terus meningkat. Sindroma metabolik berhubungan dengan kejadian obesitas sentral, dislipidemia, resistensi insulin dan hipertensi (Balkau et al.,2002; Chen et al., 2007). Gaya hidup masa kini seperti pola makan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor genetik diketahui berperan dalam menginduksi terjadinya sindroma metabolik. Dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung tinggi lemak dan menggunakan fruktosa sebagai pemanis. Banyak dilaporkan bahwa konsumsi makanan atau minuman tinggi fruktosa dan lemak dapat menginduksi terjadinya sindroma metabolik (Astrup dan Finer, 2000; Malik et al, 2006). Pada penelitian dengan menggunakan hewan coba tikus yang diinduksi dengan diet tinggi lemak dan atau tinggi fruktosa ditemukan terjadi kelainan metabolik seperti hiperinsulinemia, resistensi insulin dan dislipidemia (Basciano et al., 2005; Buetnerr et al., 2007: Abdullah et al., 2009). Dislipidemia merupakan abnormalitas profil lipid darah yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL serta penurunan kadar HDL. Kondisi ini menjadi salah satu faktor risiko utama aterosklerosis dan PJK. Prevalensi kejadian dislipidemia pada usia 25 hingga 34 tahun berdasarkan Survei 1

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 sebesar 9,3%, sementara pada usia 55-64 tahun sekitar 15,5% (Depkes, 2004). Dislipidemia berkaitan dengan abnormalitas profil lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida serta penurunan HDL (Huang, 2009). Kondisi dislipidemia yang selanjutnya dapat menyebabkan akumulasi lemak hepatik dan peningkatan droplet lemak di jaringan adiposa sehingga terjadi peningkatan peroksidasi lipid. Hal ini menjadi penyebab terjadinya peningkatan stres oksidatif dengan terbentuknya ROS dan singlet oksigen. Gangguan metabolisme ini dapat terjadi karena sifat fruktosa yang lipogenik. Fruktosa dapat berperan dalam peningkatan ekspresi enzim-enzim lipogenik dalam hepar dengan menginduksi ekspresi suatu faktor transkripsi yang disebut sterol regulatory element binding protein 1c (SREBP-1c) (Shimomura et al., 1999; Matsuzaka et al., 2004; Miyazaki et al., 2004). Selain fruktosa, konsumsi lemak pun dapat menginduksi SREBP-1c hepatik. Diet lemak jenuh dilaporkan dapat menginduksi ekspresi stearoyl-coa desaturase (SCD) yang terlibat dalam aktivasi faktor transkripsi lipogenin liver X receptor (LXR) dan SREBP-1C dalam organ hepar (Sampath et al., 2007). Diet tinggi lemak juga dapat memicu terjadinya stres di retikulum endoplasma (RE). Stres RE yang kemudian mengakibatkan stres oksidatif ini juga dapat memicu aktivasi SREBP- 1c dan berperan dalam lipogenesis de novo (Kammoun et al., 2009; Su et al., 2009). Lipogenesis hepar bergantung pada aktivasi faktor transkripsi SREBP-1c yang secara genetik diaktivasi di hati pada tikus obes yang diinduksi dengan diet tinggi lemak (Ferré dan Foufelle, 2007). Aktivitas SREBP-1c yang berlebihan 2

mengakibatkan peningkatan sintesis lemak yang patologis dan menyebabkan terjadinya sindroma metabolik meliputi akumulasi lemak hepatik (steatosis), dislipidemia dan resistensi insulin (Brown dan Goldstein,2008). Lipogenesis yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan peroksidasi lipid di jaringan hepar maupun adiposa yang menghasilkan senyawa H 2 O 2 dan O - (singlet oksigen) (Noeman, SA et al.,2011; Tangvarasittichai, S., 2015). Akumulasi lemak hepatik dan peningkatan stres retikulum endoplasma ini dapat meningkatkan stres oksidatif dan pelepasan ROS. Adiposa merupakan organ lipogenik utama selain hepar. SREBP-1c di adiposa paling banyak terekspresi dan berperan penting dalam proses adipogenesis. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan aktivasi stres retikulum endoplasma yang bersifat kronis mengakibatkan disregulasi metabolisme lipid di hepar, makrofag, sel beta dan adiposit. Proses aktivasi stres retikulum ini memiliki peran penting pada regulasi fungsi adiposit (Zha dan Zhou, 2012). Pencegahan dan penanganan stres oksidatif sangat penting untuk mencegah atau mengurangi gangguan metabolisme. Penanganan melalui konsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan telah banyak diketahui dapat mengurangi kejadian stres oksidatif. Salah satu bahan makanan sumber antioksidan adalah labu kuning. Varietas labu kuning seperti C. moschata, mempunyai kandungan karoten yang tinggi, terutama α dan β-karoten, β- criptoxanthine, lutein dan zeaxanthin (Carvalho, 2012). Karoten merupakan antioksidan alami yang sangat potensial. Karoten diketahui sebagai peredam singlet oxygen ( 1 O 2 ) dan sebagai jalur pembuangan untuk reactive oxygen spesies 3

(ROS) yang potensial. Karoten dan beberapa metabolitnya diketahui memiliki peran protektif pada penyakit yang dimediasi oleh ROS seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, neurologi, fotosensitif atau penyakit terkait kelainan pada mata (Fiedor&Burda, 2014). Penelitian yang dilakukan Ha dan Kim (2013) menunjukkan pemberian tepung kaya fucoxanthin (jenis karotenoid yang banyak terdapat pada rumput laut) memberikan dampak pada ekspresi SREBP-1c. Kelompok tikus yang diberikan tepung kaya fucoxanthin memberikan efek ekspresi SREBP-1c lebih rendah dibanding kelompok yang tidak diberikan fucoxanthin. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian bahan makanan sumber karoten mempengaruhi ekspresi SREBP-1c. Pada penelitian Asgary, et al. (2011) diketahui pemberian tepung labu kuning pada tikus diabetik selama 4 minggu secara signifikan menurunkan plasma trigliserida dan LDL dibandingkan dengan kelompok kontrol. Efek potensial tepung labu kuning dalam menurunkan kadar lipid dapat dimediasi oleh penurunan regulasi berbagai aktivitas enzim lipogenik yang disebabkan oleh adanya penurunan ekspresi SREBP-1c, salah satunya melalui penurunan stres oksidatif. Kandungan karoten pada labu kuning yang berfungsi sebagai antioksidan memiliki potensi yang besar dalam menurunkan ekspresi SREBP-1c. Penurunan ekspresi SREBP-1c menyebabkan terjadinya penurunan proses lipogenesis sehingga gangguan metabolisme yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak dan fruktosa dapat ditangani. Oleh sebab itu diperlukan sebuah penelitian yang mengkaji pengaruh pemberian tepung labu kuning yang 4

mengandung karoten terhadap ekspresi SREBP-1c dalam dua organ lipogenik utama yaitu jaringan hepar dan jaringan adiposa putih. I.2. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan ekspresi SREBP-1c pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia yang diberikan tepung labu kuning dan tidak diberikan tepung labu kuning di jaringan hepar dan adiposa? 2. Apakah terdapat perbedaan ekspresi SREBP-1c antara jaringan hepar dan adiposa pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia yang diberikan tepung labu kuning? 3. Apakah terdapat hubungan antara dosis tepung labu kuning dengan ekspresi SREBP-1c di jaringan hepar dan adiposa putih pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi SREBP-1c di jaringan hepar dan jaringan adiposa putih pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui perbedaan ekspresi SREBP-1c pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia yang diberikan tepung labu kuning dan tidak diberikan tepung labu kuning di jaringan hepar dan adiposa. 5

2. Mengetahui ekspresi SREBP-1c yang lebih rendah diantara jaringan hepar dan adiposa pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia yang diberikan tepung labu kuning. 3. Mengetahui hubungan antara dosis tepung labu kuning dengan ekspresi SREBP-1c di jaringan hepar dan adiposa putih pada tikus jantan Sprague Dawley model dislipidemia I.4 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan diantaranya adalah: 6

Tabel 1. Keaslian Penelitian No Judul Peneliti/tahun Persamaan Perbedaan 1. Long term high Tranchida et al. Tikus Sprague Dawley Komposisi pakan tinggi lemak dan fructose and (2012) diinduksi diet lemak dan fruktosa untuk induksi merujuk pada saturated fat diet affects plasma fatty acid profile in rats fruktosa penelitian ini namun beberapa bahan seperti lard, sumber kedelai dan lemak ikan tidak digunakan dan diganti dengan lemak putih dan minyak jagung Variabel terikat pada penelitian ini adalah profil asam lemak plasma sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah ekspresi SREBP- 1c di jaringan hati dan adiposa putih. Waktu induksi pada penelitian ini adalah 30 minggu, sementara pada penelitian yang akan dilakukan induksi diet lemak dan fruktosa 2. Hipoglycaemic and hypolipidemia effects of pumpkin (Cucurbita pepo L) on alloxan-induced diabetics rats Asgary et al. (2011) Pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan tikus diberikan labu kuning dalam bentuk tepung. dilakukan selama 25 hari Pada penelitian ini tikus diinduksi dengan alloxan untuk mendapatkan tikus model diabetes mellitus sementara pada penelitian yang akan dilakukan tikus diinduksi dengan diet tinggi lemak dan fruktosa untuk mendapatkan model tikus sindroma metabolik. Variabel terikat pada penelitian ini 7

3. Efek kurkumin dan fish oil terhadap ekspresi PPAR-α dan SREBP-1c serta resistensi insulin pada mencit obes 4. The effects of fucoxanthin rich powder on the lipid metabolism in rats with a high fat diet Ramang et al. (2012) Ha dan Kim (2013) Variabel terikat pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah SREBP-1c. Pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan tikus diinduksi dengan diet tinggi lemak Pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan tikus diinduksi dengan diet tinggi lemak. adalah kadar glukosa, trigliserida, LDL dan CRP sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variabel terikat penelitian adalah ekspresi SREBP-1c di jaringan hati dan adiposa putih. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kurkumin dan fish oil. Variabel bebas pada penelitian yang akan dilakukan adalah tepung labu kuning Variabel terikat pada penelitian ini selain SREBP-1c adalah PPAR-α dan resistensi insulin. Induksi diet tinggi lemak pada penelitian ini adalah 12 minggu sementara pada penelitian yang akan dilakukan induksi dilakukan selama 25 hari Variabel bebas pada penelitian ini adalah tepung kaya fucoxanthin sementara pada penelitian yang akan dilakukan variabel bebas adalah tepung labu kuning yang mengandung karoten. Induksi diet tinggi lemak pada penelitian ini adalah 7 hari sedangkan pada penelitian yang 8

5. Oleanolic acids diminished liquid fructose induced fatty acids fatty liver in rats: role of modulation of hepatic sterol regulatory elementbinding protein-1cmediated expression of genes responsible for de novo fatty acid synthesis Liu et al. (2013) Pada penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan tikus diinduksi dengan diet tinggi fruktosa. Salah satu variabel terikat pada penelitian ini adalah ekspresi SREBP-1c akan dilakukan selama 25 hari Variabel bebas pada penelitian ini adalah asam oleanolik sedangkan pada penelitian yang dilakukan adalah tepung labu kuning. 9

I.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat ilmiah: Menambah data penelitian terkait pangan fungsional untuk penderita dislipidemia sebagai dasar ilmiah penggunaan tepung labu kuning untuk penderita dislipidemia, serta sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pangan lokal yang dapat menjadi bahan makanan fungsional bagi penderita dislipidemia. 2. Manfaat bagi masyarakat: Menambah informasi tentang penggunaan makanan berbasis tepung labu kuning sebagai bahan makanan fungsional bagi penderita dislipidemia. 10