BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. c. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 39 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008, penugasan sebagian urusan pemerintahan dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 74/Menhut-II/2014 TENTANG

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :.P. 7/Menhut-II/2012 /Menhut-II/2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

2011, No c. bahwa dalam rangka menjamin kepastian terhadap calon pemegang izin pada areal kerja hutan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Menter

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.8/Menhut-II/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2014 KEMENHUT. Medebewin. Bupati. Program Hutan. Perubahan Iklim.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.65/Menhut-II/2013 TENTANG

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.76/Menhut-II/2014

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

2011, No Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

West Kalimantan Community Carbon Pools

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.31/Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.1/Menhut-II/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.26/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.71/Menhut-II/2014 TENTANG MEMILIKI DAN MEMBAWA HASIL BERBURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 35/Menhut-II/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.989, 2014 KEMENHUT. Emisi Karbon. Hutan. Sertifikat. Perdagangan PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 19 huruf b dan Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, salah satu bentuk pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi dan hutan lindung adalah penyerapan dan/atau penyimpanan karbon dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL); b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2013 telah ditetapkan tata cara perizinan usaha pemanfaatan penyerapan dan/atau penyimpanan karbon pada hutan produksi dan hutan lindung;

2014, No.989 2 Mengingat c. bahwa dari izin usaha sebagaimana huruf b, produk karbon dapat diperdagangkan melalui sertifikat karbon hutan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Perdagangan Sertifikat Penurunan Emisi karbon Hutan Indonesia atau Indonesia Certified Emission Reduction; : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4403); 4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara

3 2014, No.989 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013; 10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013; 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013; 12.Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; 13. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.68/Menhut- II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94);

2014, No.989 4 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut- II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88); 16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut- II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 128) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 259); 17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut- II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); 18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut- II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 458); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemegang Izin atau Hak Pengelolaan adalah pemegang: a. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam, yang selanjutnya disingkat (IUPHHK-HA) / Hak Pengusahaan Hutan (HPH); b. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman, yang selanjutnya disingkat (IUPHHK-HT) / Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI); c. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat, yang selanjutnya disingkat (IUPHHK-HTR); d. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem, yang selanjutnya disingkat (IUPHHK-RE);

5 2014, No.989 e. Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan, yang selanjutnya disingkat (IUP-HKm); f. Izin Hak Pengelolaan Hutan Desa adalah izin yang diberikan kepada desa untuk mengelola hutan negara dalam batas waktu dan luasan tertentu; g. Hak Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, yang selanjutnya disingkat (KPHP); h. Hak Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, yang selanjutnya disingkat (KPHL); i. Hak Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi, yang selanjutnya disingkat (KPHK); j. Izin Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus, yang selanjutnya disingkat (KHDTK) pada hutan produksi dan/atau hutan lindung; k. Hak Pengelolaan Hutan Hak atau Hutan Rakyat, yang selanjutnya disingkat (HR); l. Hak Pengelolaan Hutan Adat. 2. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 3. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah/lahan masyarakat yang telah dibebani hak atas tanah diluar kawasan hutan negara, dibuktikan dengan alas titel berupa Sertifikat Hak Milik, Letter C atau Girik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, atau dokumen penguasaan/pemilikan lainnya yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). 4. Hutan adat adalah hutan yang berada di wilayah masyarakat hukum adat. 5. Pengembang Proyek adalah pemegang izin atau pengelola yang mendapatkan izin untuk melakukan usaha penyerapan dan/atau penyimpanan (RAP/PAN), dan pengurangan emisi karbon. 6. Lembaga Akreditasi adalah lembaga independen yang mengakreditasi Lembaga Verifikasi Independen (LVrI) dan Lembaga Validasi Independen (LVI). 7. Lembaga Verifikasi Independen (LVrI) adalah lembaga yang dibentuk untuk menilai/memverifikasi Dokumen Rancangan Proyek (Project Design Document/PDD) dari pengembang proyek. 8. Lembaga Validasi Independen (LVI) adalah lembaga yang dibentuk untuk memvalidasi Dokumen Rancangan Proyek (Project Design Document/PDD) dari pengembang proyek. 9. Lembaga Pemantau Independen (LPI) adalah lembaga yang dapat menjalankan fungsi pengawasan/pemantauan yang berkaitan dengan

2014, No.989 6 pengembang proyek, antara lain lembaga swadaya masyarakat (LSM) di bidang kehutanan. 10.Standar dan pedoman RAP/PAN, dan pengurangan emisi karbon adalah persyaratan untuk memenuhi pengelolaan hutan lestari dalam rangka peningkatan RAP/PAN, dan pengurangan emisi karbon yang memuat standar, kriteria, indikator alat penilaian, metode penilaian, dan panduan penilaian. 11.Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan Indonesia (SPEKHI) atau Indonesia Certified Emission Reductions (ICER) adalah suatu bentuk dokumen pengakuan yang menjelaskan tentang RAP/PAN dan pengurangan emisi karbon setara CO2 dan manfaat lainnya yang dihasilkan melalui kegiatan konservasi dan penanaman hutan, atau pencegahan dari deforestasi dan degradasi hutan yang dapat diperdagangkan. 12.Risk Management Buffer (RMB) adalah upaya pengembang proyek menyiapkan cadangan Karbon dari SPEKHI. 13.Emission Reduction Purchase Agreement (ERPA) adalah kesepakatan yang melibatkan dua pihak, dapat antara dua negara atau antara satu negara dengan perusahaan besar dalam perdagangan sertifikat karbon. 14.Badan Registrasi Nasional adalah badan yang bertugas melakukan pencatatan pendaftaran Dokumen Rancangan Proyek yang diajukan oleh Pengembang Proyek. 15.Badan Pengawas Pasar Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan Indonesia (SPEKHI) adalah badan yang bertugas membina, mengatur dan mengawasi kegiatan sehari-hari. 16.Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) adalah badan pengawas nasional bertugas membina, mengatur dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar sertifikat karbon sebelum terbentuk Badan Pengawas Pasar SPEKHI. 17.Pembeli SPEKHI adalah perusahaan-perusahaan dalam negeri atau luar negeri yang memiliki kewajiban untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan proses produksinya (emiter). 18.Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas di bidang Kehutanan. 19.Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal yang diserahi tugas di Kementerian Kehutanan.

7 2014, No.989 BAB II PENGEMBANG PROYEK Bagian Kesatu Dokumen Rancangan Proyek (Project Design Document), Validasi dan Verifikasi Pasal 2 (1) Pemegang Izin/hak pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, dapat menjadi Pengembang Proyek bersama calon investor dengan menyusun Dokumen Rancangan Proyek (Project Design Document/PDD). (2) Dokumen Rancangan Proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti Peraturan perundangan yang berlaku. (3) Penyusunan Dokumen Rancangan Proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan jasa konsultan berbadan hukum Indonesia. (4) Pengembang proyek mendaftarkan PDD kepada Badan Registrasi Nasional. (5) PDD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dicatat (listed) secara online oleh Badan Registrasi Nasional Pasal 3 (1) Dokumen Rancangan Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 divalidasi oleh Lembaga Validasi Independen berbadan hukum Indonesia. (2) Standar validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum pada Lampiran I Peraturan ini. (3) Perhitungan karbon kredit hasil validasi dapat diperdagangkan melalui Emission Reduction Purchase Agreement (ERPA). (4) Lembaga Validasi Independen (LVI) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Nasional. Pasal 4 (1) Pembuatan ERPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dapat dilakukan oleh konsultan hukum yang sudah memiliki sertifikat kompetensi. (2) Badan Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 berbentuk organisasi non struktural yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU). (3) Dalam hal Badan Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum terbentuk, maka tugas Badan Registrasi dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal.

2014, No.989 8 (4) Berdasarkan laporan ERPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), Badan Register Nasional wajib memantau distribusi manfaat yang diperoleh Pengembang Proyek. (5) Distribusi manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 5 (1) Hasil validasi Dokumen Rancangan Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 selanjutnya dilakukan verifikasi oleh Lembaga Verifikasi Independen (LVrI). (2) Lembaga Verifikasi Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional. (3) Pedoman verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran II peraturan ini. Pasal 6 Lembaga Validasi Independen dan/atau Lembaga Verifikasi Independen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 dilarang menjadi konsultan penyusunan Desain Proyek. Bagian Kedua Penerbitan Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan Indonesia (SPEKHI) Pasal 7 (1) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, diterbitkan SPEKHI. (2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi nama lembaga verifikasi, nama lembaga validasi, nama pengembang proyek, lokasi, jumlah RAP/PAN karbon, pengurangan emisi karbon setara CO2 dan manfaat lain dalam jangka waktu kesepakatan sesuai ERPA. Pasal 8 (1) Pemerintah menetapkan tingkat/presentasi Risk Management Buffer (RMB). (2) RMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1). Pasal 9 (1) SPEKHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 didaftarkan ke Badan Registrasi Nasional. (2) Dalam hal Badan Registrasi Nasional belum terbentuk, Menteri menugaskan Sekretaris Jenderal untuk mencatat/meregistrasi Perdagangan Karbon Hutan Indonesia.

9 2014, No.989 (3) Tugas Badan Registrasi Perdagangan Karbon Hutan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa : a. memberikan identitas karbon hutan pada areal pengembang proyek; b. mencatat seluruh PDD yang terkait dengan pengembangan karbon hutan; c. mencatat seluruh PDD yang telah diverifikasi; d. mencatat SPEKHI yang telah diterbitkan dan diperdagangkan; e. mencatat lembaga verifikasi; f. monitoring dan pelacakan karbon hutan yang diperdagangkan berdasarkan Emission Reduction Purchase Agreement (ERPA); dan g. melayani informasi (clearing house) sebagaimana pada huruf a sampai dengan huruf f. Pasal 10 (1) SPEKHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat dijual langsung melalui Pasar Sertifikat Karbon Indonesia. (2) Kementerian Kehutanan memfasilitasi para pengembang proyek dan calon pembeli untuk membentuk Pasar Sertifikat Karbon Indonesia. (3) Pasar Sertifikat Karbon Indonesia diatur oleh Peraturan Badan Pengawas Pasar Sertifikat Karbon. (4) Dalam hal Badan Pengawas Pasar Sertifikat Karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum terbentuk maka Perdagangannya dapat diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Bagian Ketiga Penjaminan (Assurance) dan Asuransi (Insurance) Pasal 11 (1) Kementerian Kehutanan mengakui PDD yang telah diverifikasi sebagai penjamin SPEKHI dalam Pasar Bursa Karbon Indonesia. (2) Dalam hal belum tersedia lembaga asuransi karbon maka RMB sebagai kolateral karbon hutan yang diperdagangkan. (3) Setelah diverifikasi pada periode tertentu, RMB dapat diperdagangkan. Pasal 12 (1) Pembeli SPEKHI Dalam Negeri diperhitungkan sebagai penurunan emisi GRK Indonesia. (2) Pembeli SPEKHI Luar Negeri tidak diperhitungkan sebagai pemenuhan komitmen penurunan emisi GRK dari negara pembeli.

2014, No.989 10 (3) Pembeli SPEKHI dari Luar Negeri tidak boleh menggunakan SPEKHI untuk transfer Pricing. BAB III PEMANTAU INDEPENDEN Pasal 13 (1) Lembaga Pendidikan Tinggi, Lembaga Penelitian, organisasi masyarakat sipil dapat menjadi Lembaga Pemantau Independen. (2) Biaya atas kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari pihak ketiga yang tidak mengikat. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 (1) Bantuan keterampilan teknis atau pembiayaan dalam rangka penguatan kapasitas dan kelembagaan LVI dan LVrI dapat dilakukan oleh Pemerintah atau lembaga mitra nasional dan internasional yang tidak mengikat. (2) Dalam hal biaya Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia, bantuan pembiayaan dapat diperoleh dari sumber lain yang sifatnya tidak mengikat atas persetujuan Menteri. Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2014 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juli 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ZULKIFLI HASAN AMIR SYAMSUDIN

11 2014, No.989 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG P.50/Menhut-II/2014 PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION PEDOMAN VALIDASI UNTUK PDD OLEH LEMBAGA VALIDASI INDEPENDEN Untuk meninjau dan memeriksa PDD atau Dokumen Rancangan Proyek dari Pengembang, Lembaga Validasi melakukan penilaian sesuai dengan metode dan standar sebagai berikut : I. Umum II. 1. Penilaian terhadap format DRP: a. Judul resmi kegiatan yang disetujui oleh Menteri Kehutanan. b. Penjelasan Umum. c. Lokasi. d. Status lokasi dan luas areal kegiatan: Hutan Produksi/ Hutan Lindung/ Areal Penggunaan Lain. e. Metode yang digunakan. f. Tanggal mulai kegiatan dan perkiraan selesai. g. Kondisi awal dan kondisi yang diharapkan yang berisi estimasi stok karbon dan target penurunan emisi, ancaman dan resiko, keadaan biofisik dan tata kelola. 2. Kebenaran status, luas, dan ijin. 3. Kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan. 4. Dokumen penyerta. Dokumen Pengukuran, Monitoring, Pelaporan, dan Verifikasi 1. Penetapan baseline dan REL dengan menggunakan metode yang kredibel atau SNI. 2. Penetapan Activity Data dengan SNI. 3. Pelaporan dilakukan secara periodic sesuai dengan periode monitoring dan memuat informasi sebagai berikut : a. Judul resmi kegiatan yang disetujui oleh Menteri Kehutanan. b. Penjelasan umum yang memuat tentang tujuan kegiatan dan sasaran kegiatan. Penjelasan memuat gambaran keadaan awal pada lokasi kegiatan seperti keadaan biofisik, sosial ekonomi masyarakat. c. Lokasi. d. Status lokasi dan luas areal kegiatan: Hutan Produksi/ Hutan Lindung/ Areal Penggunaan Lain.

2014, No.989 12 e. Metode yang digunakan. f. Tanggal mulai kegiatan dan perkiraan selesai. g. Kondisi awal dan kondisi yang diharapkan yang berisi estimasi stok karbon dan target penurunan emisi, ancaman dan resiko, keadaan biofisik dan tata kelola. h. Dampak kegiatan yang berisi dampak kegiatan kepada masyarakat dan stakeholder terkait baik langsung maupun tidak langsung. i. Potensi hambatan. j. Catatan penting lainnya. Atas penilaian tersebut Lembaga Validasi dapat memberikan rekomendasi pemberian SPEKHI kepada Pengembang Proyek. MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ZULKIFLI HASAN

13 2014, No.989 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG P.50/Menhut-II/2014 PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION PEDOMAN VERIFIKASI UNTUK PDD OLEH LEMBAGA VALIDASI INDEPENDEN Hasil validasi terhadap PDD atau Dokumen Rancangan Proyek yang telah dilakukan oleh Lembaga Validasi Independen selanjutnya diverifikasi oleh Lembaga Verifikasi Independen dengan metode dan standar sebagai berikut: I. Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa target RAP/PAN Karbon dan penurunan emisi dan pelaporan dilakukan secara terukur, transparan dan konsisten. II. Verifikasi dilakukan untuk memastikan hal-hal sebagai berikut : a. Berapa besar penurunan emisi sesuai hasil, terukur, transparan dan konsisten sepanjang waktu. b. Dasar penetapan REL. c. Metode pengukuran yang digunakan. d. Ada tidaknya pengalihan emisi. e. Konsistensi dengan provisi di bawah UNFF, CCD dan CBD. f. Tercapainya transparansi dan keadilan dalam pembagian insentif kegiatan. Atas hasil penilaian verifikasi tersebut, dapat diterbitkan Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan Indonesia (SPEKHI) atau Indonesia Certified Emission Reductions (ICER). MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ZULKIFLI HASAN