I. PENDAHULUAN. di Kota Yogyakarta adalah Kotagede. Dahulu Kotagede menjadi pusat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi kesenian tradisional

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Menurut Jessica Helfand dalam situs

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul, Tipografi dalam Desain Grafis,

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB IV METODE PERANCANGAN

PERANCANGAN MEDIA SOSIALISASI TENTANG JAJANAN TRADISIONAL MELALUI GAME

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PARIWISATA KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN GAYA DESAIN NEW SIMPLICITY

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 PENUTUP. Terakota yang merupakan kesenian asli dari kerajaan Majapahit yang hampir punah

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB I PENDAHULUAN. dari Banten tentang asal usul suatu daerah Pandeglang. telah menjadi hal yang dominan dalam sebuah buku Livre De Peintre (Triyadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manfaat Mempelajari Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Motif Seni Ukir Jepara

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG. Antonius Natali P

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia adalah Yogyakarta. Kota Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satu daerah yang sangat terkenal dengan warisan budaya dan leluhurnya di Kota Yogyakarta adalah Kotagede. Dahulu Kotagede menjadi pusat kerajaan Mataram pertama, kemudian saat ini dijadikan dan dikembangkan sebagai objek wisata. Sebagai kota wisata, Kotagede menyimpan potensipotensi heritage dan sejarah luar biasa yang bisa dimunculkan dan dikembangkan sebagai identitas dirinya yang aseli. Yang menarik dari identitas dan pesona warisan dari Kotagede tersebut memiliki sebuah cerita sejarah yang perlu untuk diketahui dan dilestarikan. Dalam cerita tersebut banyak terjadi kejadian yang sifatnya mendidik, dan akan menambah wawasan serta pengetahuan terhadap sejarah masa lalu Kotagede, dimana budaya dan sejarah patut untuk dilestarikan karena merupakan asal muasal dari peradaban masyarakat Jawa saat ini. Menurut Atmosudiro (2002), tokoh yang sangat berperan atas terbentuknya permukiman Kotagede adalah KI Ageng Pemanahan (raja pertama Mataram) yang telah mengubah hutan Mentaok menjadi tempat hunian hingga menjadi kota. Hutan Mentaok diberikan oleh Sultan Pajang 1

karena Ki Ageng Pemanahan bersama dengan KI Penjawi berhasil membunuh Arya Penangsang, seorang musuh Kerajaan Pajang. Kotagede adalah kawasan tradisional tertua di Yogyakarta yang didirikan pada abad ke-16 dan merupakan salah satu kota yang menganut prinsip penataan Catur Gatra Tunggal, yaitu empat komponen dalam satu kesatuan. Empat komponen tersebut adalah keraton/istana, masjid, alun-alun, dan pasar. Sejarah Yogyakarta berawal dari Kotagede, sehingga di samping sebagai kawasan lama yang unik, Kotagede juga merupakan kawasan pusaka yang penting yang membentuk kehidupan perkotaan Yogyakarta. Keunikan Kotagede nampak pada kampungnya dengan bangunan-bangunan bersejarah berarsitektur tradisional. Rumah-rumah di Kotagede dibangun sejak ratusan tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Kotagede sejak lama telah memiliki kemampuan tinggi untuk membangun rumah tradisional yang khas. Oleh karena itu sejarah dan budaya Kotagede penting untuk diinformasikan dalam upaya pelestarian budaya agar generasi mendatang memahami dan menghargai asal-usul dari budayanya tersebut. 2

Gambar 1. Wilayah Kotagede Sumber: Vici Tiara, 2017 Kampung-kampung di Kotagede diwarnai dengan rumah-rumah tradisonal dan rumah Kalang yang merupakan bangunan rumah milik orang Kalang. Makin lama kepadatan bangunan di Kotagede semakin tinggi, area 3

terbuka atau halaman rumah semakin terbatas. Banyak rumah tradisional telah terjual atau berubah bentuk menjadi rumah-rumah modern dengan bangunan berlantai dua. Hal tersebut patut disayangkan dan dikhawatirkan, dimana akan menghilangkan nilai sejarah dan budaya Kotagede, sehingga Kotagede akan kehilangan keunikannya. Sedangkan karakteristik masyarakat Kotagede sebagian besar berprofesi sebagai pedagang dan pengrajin, maka semakin layaknya Kotagede sebagai kawasan pendukung industri pariwisata di Yogyakarta. Mempelajari sejarah tidak ada artinya bila tidak disertai pemahaman akan nilai yang terkandung. Fungsi dan manfaatnya tidak bisa dibantah bahwasannya manusia pada umumnya gemar menggunakan pengalamanpengalaman itu sebagai pedoman atau contoh untuk memperbaiki kehidupannya (Wiyanarti, 2012: 2). Melihat fungsi sejarah pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang masa lampau dan juga masa sekarang dalam interelasinya dengan masa mendatang. Terdapat empat kegunaan atau manfaat sejarah seperti apa yang diungkapkan Ismaun dalam bukunya Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan (2005), yakni (1) bersifat edukatif (bahwa pelajaran sejarah membawa kebijaksanaan dan kearifan), (2) bersifat inspiratif (memberi ilham), (3) bersifat instruktif (membantu kegiatan menyampaikan pengetahuan atau ketrampilan), dan (4) bersifat rekreatif 4

(memberikan kesenangan estetis berupa kisah-kisah nyata yang dialami manusia). Dalam Kurikulum 2013, pelajaran sejarah dimasukkan dalam pengelompokan mata pelajaran wajib dan sekaligus peminatan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, termasuk pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah yang sering dianggap monoton, membosankan, dan pandangan negatif lainnya. Selama ini sejarah yang diajarkan di sekolah kurang bermakna bagi siswa. Siswa diajak untuk mempelajari asal-usul daerah lain. Namun, tidak memahami asal-usul daerahnya sendiri. Pembelajaran sejarah lokal akan mampu mengantarkan siswa untuk mencintai daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan mewujudkan ketahanan daerah. Sejarah lokal dapat didefinisikan sejarah dari suatu tempat, yang batasannya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah. Batasan itu bisa luas baik dalam aspek keruangannya ataupun aspek tema kajiannya (Mulyana, Gunawan, 2007: 2). Menurut hamid hasan (Mulyana, 2007:187-188) dikatakan bahwa sejarah lokal memegang posisi utama karena berkenaan dengan lingkungan terdekat dan budaya peserta didik. Materi sejarah lokal ini menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial peserta didik. Hal ini dapat kita lihat bahwa peserta didik lebih dahulu mengenal budaya dilingkungan sekitarnya dibandingkan dengan yang jauh-jauh di wilayah diluar daerahnya. Sehingga perlu suatu pengembangan yang dimulai 5

dari hal lokal untuk menciptakan sebuah kebanggaan terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil penelitian oleh penulis atas wawancara terhadap responden siswa di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dan SMP Negeri 9 Yogyakarta, menyatakan bahwa pelajaran sejarah lokal di sekolah mereka tidak diajarkan khususnya tentang sejarah Kotagede. Mereka hanya mengetahui sejarah dari cerita orang tua dan dari buku yang membahas cerita sejarah Kotagede. Dan buku yang mereka baca atau miliki pun masih terbatas informasinya. Ketika penulis berkunjung ke perpustakaan Kotagede kebanyakan buku membahas sejarah Kotagede dari latar belakang terjadinya asal-usul terbentuknya Kotagede saja atau membahas mengenai peninggalanpeninggalan secara umum. Belum ada buku atau media lain yang menginformasikan mengenai sejarah Kotagede secara kompleks. Untuk mendapatkan suatu data yang valid atas permasalahan yang ada, maka dilakukan penyebaran angket terhadap 50 responden target audiens pelajar SMP Negeri 9 Yogyakarta dan SMA Negeri 8 Yogyakarta, berdomisili di kota Yogyakarta, usia 13-18 tahun. Kesimpulannya adalah bahwa tidak semua target audiens mengetahui tentang infografis itu apa, dan tidak sering mereka menjumpai informasi-informasi yang berbentuk gambar atau visual yang menarik. Ketika informasi mengenai sejarah Kotagede dirancang dan dibuat dengan bentuk gambar atau visual yang menarik, mereka sangat setuju jika perancangan tersebut dibuat. Nantinya perancangan terhadap informasi 6

mengenai sejarah Kotagede tersebut akan dijadikan sebagai bahan belajar dalam mata pelajaran sejarah lokal di Sekolah SMP dan SMA di Kota Yogyakarta. Sehingga informasi-informasi yang berbentuk infografis mengenai sejarah Kotagede dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah SMP dan SMA di Kota Yogyakarta tersebut dan oleh karena itu perancangan tugas akhir ini dibuat. Infografis adalah bagian dari informasi visual, peranannya adalah merepresentasikan data-data angka, naskah, grafik, diagram, dan peta. Adapun pengertian infografis menurut Glasgow, yaitu infografis sering disebut pula sebagai ilustrasi informasi (Glasgow, 1994: 7). Istilah infografis ini dalam jurnalistik lebih dikenal dengan sebutan visual journalism, infografis dalam surat kabar menjadi bagian penting untuk menyampaikan sesuatu permasalahan berita kedalam bentuk visual (Deden Maulana A.). Infografis memiliki peranan yang sangat penting dalam perancangan ini. Peranan tersebut berupa cara yang paling efektif dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi tentang sejarah Kotagede secara menarik dan informatif, supaya target audiens mau membaca serta memahami isi pesan tersebut. Infografis dapat diaplikasikan ke media apa saja yang akan digunakan tentunya dengan pemilihan media yang tepat. Oleh karena itu, infografis adalah alat komunikasi visual yang dapat menyampaikan sebuah pesan secara singkat dan jelas dengan visual atau ilustrasi yang akan memudahkan target audiens memahami isi pesan yang disampaikan. Selain itu, infografis 7

memiliki daya tarik sendiri dengan keunggulan menampilkan gambar visual yang sederhana untuk membantu menyampaikan pesan dan informasi dimana data-data yang didapat sangat banyak dan beragam. Secara umum, perancangan infografis ini memiliki presentase gambar visual yang lebih banyak dibandingkan informasi teks. Kunci utama dari perancangan ini adalah membuat perancangan infografis sejarah Kotagede dengan konsep visual dengan ilustrasi yang menarik serta validitas data yang disajikan didalamnya. Menanggapi hal ini, penulis ingin memberikan gaya baru berupa merancang sebuah karya dengan media infografis untuk menyampaikan pesan dan informasi mengenai sejarah Kotagede guna membantu remaja anak SMP dan SMA Kota Yogyakarta mengenal lebih dalam mengenai warisan sejarah Kotagede, dan supaya masyarakat Yogyakarta khususnya generasi muda kota Yogyakarta merasa bangga terhadap warisan budaya yang akan terus dilestarikan dan mendapatkan pengetahuan baru terhadap peninggalan bangunan tradisonal di Kotagede. Penulis berharap dengan membuat perancangan infografis sejarah Kotagede ini, remaja SMP dan SMA Kota Yogyakarta akan mendapatkan informasi tentunya dengan konsep desain dan konten yang menarik untuk diserap. Penggunaan media infografis ini dirasa tepat untuk menjadikan perancangan ini berhasil dalam penyampaian informasi kepada target audiens. Salah satu aplikasi media yang paling efektif adalah berkomunikasi dan memberikan informasi dengan buku. Buku yang berisi infografis akan 8

lebih mudah dipahami dan dinikmati karena buku memiliki dua unsur, yaitu verbal dan visual (ilustrasi) di dalamnya dan memiliki sifat mengajak kepada para pembaca untuk membaca serta memahami visual dan teks apa yang mereka lihat. Cara ini dibilang dapat lebih cepat dipahami daripada hanya membaca buku yang hanya berisi tulisan saja. Tentunya dengan pengemasan yang menarik buku ini memiliki nilai tambah dalam menyampaikan pesan dan informasi kepada target audiens. Diharapkan dengan menggunakan media buku ini dapat menjadi suatu referensi yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi para pembacanya. Desain Komunikasi Visual memiliki andil yang cukup besar dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat Yogyakarta ini, salah satunya adalah dengan memberikan sebuah pesan yang menarik dan memberikan informasi dalam menyampaikan pesan komunikasi visual yang dapat mengubah perilaku khalayak sasaran sesuai pesan yang disampaikan. Dengan menggunakan beberapa teori sebagai pendukung dalam perancangan komunikasi visual ini, teori yang digunakan antara lain, menggunakan teori pelestarian kebudayaan, teori infografis, dan teori desain komunikasi visual. Sehingga kesinambungan antara pendekatan teori yang digunakan dengan target audiens dan obyek akan saling terkait. Dalam perancangan kali ini ciri karya desain komunikasi visual yang mampu menjadi penanda sebuah kebudayaan: pertama, karya desain komunikasi visual harus mampu tampil secara atraktif, komunikatif, dan 9

persuasif. Kedua, karya harus dapat mencerdaskan masyarakat terkait dengan pesan yang ingin disampaikan dan keberadaannya harus bisa diterima oleh masyarakat luas. Ketiga, taat dan mengikuti perilaku adat istiadat yang berlaku, menjunjung tinggi moralitas dan mengedapankan pelestarian budaya lokal. Dari pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa karya desin komunikasi visual mampu menjadi solusi dengan menggunakan ketiga ciri yang telah dijelaskan. B. Rumusan Penciptaan Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan: Bagaimana merancang karya desain Infografis Sejarah Kotagede sesuai dengan remaja SMP dan SMA Kota Yogyakarta sebagai bentuk penyampaian informasi dan pesan yang menarik serta komunikatif? C. Orisinalitas Orisinalitas bersumber dari kreativitas yang menggerakkan manusia melalui proses dan keanekaragaman pemikiran dengan kecerdasannya (Sachari, 2001: 150). Orisinalitas perancangan ini bersumber dari kreativitas desainer (perancang atau pencipta karya desain) sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan khalayak sasaran. Perancangan infografis tentang sejarah Kotagede oleh penulis dibuat berdasarkan atas permasalahan yang ada di ranah pendidikan kurikulum 10

sekarang ini, dimana pelajaran sejarah lokal tidak dimasukkan kedalam bahan belajar bagi siswa SMP dan SMA. Pelajaran sejarah mengenai cerita sejarah asal daerah tempat tinggal seharusnya disampaikan oleh guru sebagai upaya kecintaan terhadap daerah tempat tinggal siswa tersebut. Selain itu, digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa SMP dan SMA di Kota Yogyakarta untuk mendapatkan suatu informasi dan data-data mengenai sejarah Kotagede secara sederhana dan menarik sehingga mudah dipahami oleh target audiens. Dikarenakan target utamanya adalah anak SMP dan SMA yang merupakan seorang pelajar sekolah, maka media yang cocok untuk mengaplikasikan perancangan infografis ini yaitu buku. Media buku sangat dekat sekali dengan siswa dimana setiap harinya mereka berjumpa dengan sebuah buku di sekolah, perpustakaan, rumah, maupun di toko buku. Sebuah buku yang dapat memberikan suatu wawasan tentang budaya atau sejarah tidak hanya pada tulisan saja, namun dilengkapi dengan elemen pendukung visual berupa gambar ilustrasi maupun fotografi yang dapat menggambarkan suatu cerita atau isi dari buku tersebut. Banyak sekali media buku atau media lainnya yang membahas mengenai sejarah Kotagede. Akan tetapi, dalam media tersebut hanya menampilkan sejarah Kotagede tidak secara kompleks yaitu dalam bentuk seri atau berdiri sendiri. Penyusunan data-data mengenai informasi dan visual ilustrasi sejarah Kotagede ini dirancang secara sederhana dan menarik dalam 11

sebuah buku yang didalamnya terdapat delapan tema yaitu asal muasal Kotagede, bangunan rumah Kotagede, kehidupan keagamaan di Kotagede, kebiasaan atau adat istiadat di Kotagede, situs peninggalan, kerajinan, kesenian, dan makanan khas Kotagede. Delapan tema tersebut disusun menggunakan visual atau gambar dan data yang mendukung berdasarkan karakter dari target audiens anak SMP dan SMA. Orisinalitas dari perancangan infografis ini terletak pada metode perancangan yang dilakukan dengan mendapatkan sumber data visual maupun verbal mengenai cerita sejarah Kotagede dan warisan budaya yang dimilikinya sehingga memunculkan suatu ide dan konsep untuk mewujudkannya ke sebuah buku infografis. Konsep tersebut berupa konsep visual, verbal, dan tata desain. Secara visual perancangan ini menampilkan ilustrasi gambar yang menarik dan konsep verbal memakai bahasa sehari-hari yaitu bahasa Indonesia untuk menyampaikan pesan pada target audiens. Tata desain menggunakan komposisi layout atau tata letak simetris dan seimbang. 12

D. Tujuan Penciptaan adalah: Berdasarakan perumusan masalah, maka tujuan perancangan ini 1. Merancang karya desain komunikasi visual yang mampu memberikan sebuah informasi pesan yang menarik, unik, komunikatif, sekaligus memberikan edukasi pengetahuan mengenai sejarah kotagede Yogyakarta. 2. Memberikan solusi yang tepat akibat kurangnya pengetahuan dan ketidakpedulian terhadap kelestarian warisan budaya sejarah kotagede khususnya generasi muda yang tinggal di Kota Yogyakarta. E. Manfaat Penciptaan 1. Manfaat Praktis a. Bagi para pembaca: Membantu dalam memberikan informasi tentang sejarah kotagede kepada masyarakat Kota Yogyakarta. Dan bagi generasi muda sebagai sarana edukasi guna menambah pengetahuan, serta ikut melestarikan warisan budaya khususnya di daerah Kotagede. 13

b. Bagi penulis: Pembelajaran ilmu bagi penulis terhadap persoalan yang diteliti dan dapat menerapkannya ke dalam lingkungan akademis maupun masyarakat. c. Bagi institusi: Sebagai sumbangsih berupa pembahasan dan karya yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa sebagai bahan kajian untuk penelitian terhadap sejarah warisan budaya khususnya sejarah kotagede di Yogyakarta. Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat dan menjadi suatu wacana untuk memperluas pengetahuan. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan terhadap proses desain infografis dalam perancangan komunikasi visual ini. F. Batasan Ruang Lingkup Penciptaan Batasan ruang lingkup dari penciptaan ini adalah: 1. Perancangan infografis sejarah Kotagede didalamnya meliputi delapan tema yaitu asal muasal Kotagede, bangunan rumah Kotagede, kehidupan 14

keagamaan di Kotagede, kebiasaan atau adat istiadat di Kotagede, situs peninggalan, kerajinan, kesenian, dan makanan khas Kotagede. 2. Informasi mengenai sejarah Kotagede yang dibuat dalam bentuk infografis dijadikan sebagai media pembelajaran bagi anak SMP dan SMA Kota Yogyakarta. 3. Target audiens anak SMP dan SMA Kota Yogyakarta, usia 13-18 tahun, laki-laki dan perempuan. 4. Menggunakan media buku sebagai media utama dalam penyampaian informasi mengenai sejarah Kotagede. 15