BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara tidak lepas dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pemahaman secara bertahap dan beruntun. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan proses, sikap ilmiah dan bukan cara menghafal konsep

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

yang sesuai standar, serta target pembelajaran dan deadline terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

2014 PEMBELAJARAN BERMOD EL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS D AN PENGUASAAN KONSEP SISWA PAD A MATERI HID ROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui observasi, eksperimen,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran fisika ditinjau dari model tugas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa SMP.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan untuk mencerdaskan bangsa adalah melalui dunia pendidikan.

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika,

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di negara tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa melalui sumber daya manusia yang handal dan berkualitas akan tercipta kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan sekarang adalah bagaimana upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bahwa untuk meningkatkan mutu dunia pendidikan diperlukan penyempurnaan dalam berbagai komponen, antara lain tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, perangkat kurikulum dan sebagainya. Penyempurnaan ini tidak lepas dari pembenahan program pendidikan dan pengajaran yang akan dilaksanakan di masa mendatang. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Kurikulum Fisika menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pemahaman ini bermanfaat bagi peserta didik agar dapat: 1) menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, lingkungan dan etika, 2) menilai 1

2 secara kritis perkembangan dalam bidang sains dan teknologi serta dampaknya; 3) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan sains dan teknologi; memilih karier yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum ini lebih menekankan agar peserta didik menjadi pembelajar aktif dan fleksibel. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri. Fisika termasuk salah satu ilmu pengetahuan alam (sains) yang membahas gejala dan perilaku alam, yang dapat diamati manusia. Sifat ingin tahu anak didik perlu dirangsang, ditumbuhkan dan dipelihara sebaik-baiknya. Karena fisika merupakan ilmu pengetahuan eksperimental, maka dengan melakukan percobaan peserta didik tidak hanya memahami dan menguasai konsep, teori, azas dan hukum fisika, tetapi perlu juga menerapkan metode ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah. Belajar fisika tidak hanya sekedar melihat, mengingat dan membayangkan tetapi juga melakukan. Peserta didik untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat dengan ide-ide. Semua itu tidak bisa lepas dari peran guru. Guru sedapat mungkin dapat mencari solusi untuk mencapai strategi pembelajaran dan tanggungjawab guru dalam membawa anak untuk mencapai tingkat kebermaknaan yang tinggi terhadap suatu konsep. Guru yang tidak menguasai cara

3 penyampaian dan hanya mengejar target tercapainya kurikulum akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar peserta didik Peserta didik menerima pelajaran fisika SMA tidak dengan berbekal kepala kosong, namun dengan berbagai konsepsi yang sudah didapatnya sewaktu duduk dibangku SMP/ MTs bahkan sejak lahir, berbagai pengalaman fisika membentuk konsepsi dalam fikirannya. Keadaan otak peserta didik yang tidak kosong ini sudah lama dianut oleh para pakar psikologi kognitif seperti Piaget. Berbagai konsep yang ada dalam kepala peserta didik dibangun agar sesuai dengan konsepsi ilmiah melalui pembelajaran dengan berbagai cara dan prasarana pendukung yang didasarkan atas tujuan fisika itu sendiri. Hasil proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 3 Pati cenderung relatif rendah dibanding mata pelajaran yang lain dengan perolehan nilai masih dibawah 75, baik nilai Ulangan Akhir Semester gasal maupun semester genap. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Nilai Rerata Ulangan Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika No. Tahun Semester 1 Semester 2 Pelajaran Kelas X Kelas XI Kelas XII Kelas X Kelas XI 1 2005/06 62 67 69 66 68 2 2006/07 63 68 69 67 70 3 2007/08 64 70 73 67 72 4 2008 - - - - - ( Sumber: Profil SMA Negeri 3 Pati, 2008 : 9 ) Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa perolehan nilai fisika masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Menurut Tyahjono (2000, 47) rendahnya nilai fisika ini dapat disebabkan oleh minat dan motivasi peserta didik

4 untuk mempelajari fisika masih rendah dibandingkan pelajaran yang lain. Hal ini mungkin karena: (1) peserta didik masih belum menyadari manfaat fisika didalam kehidupannya, (2) banyak peserta didik yang beranggapan bahwa fisika adalah mata pelajaran hitungan, (3) sikap guru yang belum mampu menyadarkan peserta didik tentang pentingnya fisika dalam perkembangan teknologi. Kegiatan MGMP sekolah yang diadakan tiap minggu masih menitikberatkan pembicaraan pada materi-materi essensial. Sementara model-model pembelajaran agar peserta didik tertarik dan bergairah dalam belajar fisika belum menjadi bahan diskusi yang menarik. Mayoritas peserta didik masih beranggapan bahwa mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang terlalu rumit dan menjenuhkan. Secara implisit ( Suparno, 2005 : 29 ) mengungkapkan bahwa kurang berminatnya paserta didik terhadap mata pelajaran fisika dikarenakan kesalahan metode pembelajaran yang pada ujungnya berimplikasi terhadap rendahnya prestasi belajar akibat rendahnya motivasi belajar pada peserta didik. Pokok bahasan listrik dinamis merupakan salah satu materi yang diberikan pada kelas X SMA dalam semester 2. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) untuk peserta didik SMA/MA pada mata pelajaran fisika, materi pokok listrik dinamis terdiri dari beberapa sub materi pokok antara lain: alat ukur kuat arus dan tegangan listrik, besar hambatan suatu penghantar, kuat arus listrik dalam suatu rangkaian, energi dan daya listrik, tegangan AC / DC, dan transformator. Dari pengamatan di lapangan umumnya pembelajaran fisika masih menggunakan cara-cara konvensional seperti metode ceramah tanpa ada inovasi

5 pembelajaran, sehingga peserta didik cenderung bersikap pasif dan guru menjadi pusat dalam penyampaian informasi. Metode yang demikian menyebabkan materi yang harus diserap oleh peserta didik menjadi kurang maksimal sehingga nilai yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran fisika menjadi rendah. B. Identifikasi Masalah Hasil pembelajaran fisika oleh peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: konsepsi guru, metode, model pembelajaran, lingkungan, media, manajemen kelas, interaksi antara sesama peserta didik serta peserta didik dengan guru, kecerdasan dan sebagainya. Berdasarkan kenyataan pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Nilai rerata Ulangan Akhir Semester fisika relatif rendah dibanding mata pelajaran yang lain. 2. Masih banyak guru mata pelajaran fisika yang belum menguasai sepenuhnya metode pembelajaran inovatif. 3. Masih banyak peserta didik yang belum mampu menyelesaikan soal-soal Ulangan Akhir Semester. 4. Sikap ilmiah dan rasa keingintahuan peserta didik terhadap pelajaran fisika masih rendah. 5. Fasilitas yang mendukung pembelajaran fisika masih kurang. 6. Penggunaan laboratorium fisika masih belum optimal.

6 C. Pembatasan Masalah Dalam pembahasan penelitian ini, agar tidak menyimpang dari tema, penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Masalah dibatasi mengenai pengaruh penggunaan metode pembelajaran inquiry training. Pembelajarn inquiry training melibatkan peserta didik dalam masalah yang sebenarnya dengan menghadapkan peserta didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodelogis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah. Metode pembelajaran ini erat kaitannya dengan pendekatan induktif. 2. Metode pembelajaran guided inquiry ( inkuiri terbimbing ): metode pembelajaran ini diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru lebih mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh. Metode ini mirip dengan metode inquiry training (latihan inkuiri), karena tingkat bimbingan guru cukup besar didalam proses inkuiri yang dilakukan oleh peserta didik. 3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah dan keingintahuan peserta didik. Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang memilik kecenderungan dari peserta didik untuk berperilaku dalam mengambil tindakan yang didasari dengan pemikiran ilmiah. Keingintahuan adalah dorongan dari dalam diri peserta didik untuk mendapatkan informasi baru sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

7 4. Variabel terikat: prestasi belajar fisika adalah prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. 5. Penelitian yang dilaksanakan mengacu pada tujuan pembelajaran sebagai hasil belajar fisika peserta didik kelas X SMA pada semester 2. Peneliti menggunakan 2 kelas yang dikenai pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing, 2 kelas dengan menggunakan metode inkuiri training. 6. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada peserta didik kelas X 1 sampai dengan X 4 semester 2 SMA Negeri 3 Pati. Hal ini didasarkan atas pertimbangan pelaksanaan penelitian pada sekolah yang tidak menyelenggarakan program kelas unggulan dan penempatan peserta didik dalam kelas sudah diatur heterogenitasnya. D. Perumusan Masalah Agar permasalahan mudah dipahami dan penyelesaiannya mudah dicari, maka perumusannya sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan pembelajaran dengan metode inkuiri training terhadap prestasi belajar? 2. Apakah ada pengaruh tingkat sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar? 3. Apakah ada pengaruh tingkat keingintahuan tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar? 4. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar?

8 5. Apakah ada interaksi antara keingintahuan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar? 6. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar? 7. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah dan keingintahuan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang perbedaan prestasi belajar karena pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training, dan secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. pengaruh pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan pembelajaran dengan metode inkuiri training terhadap prestasi belajar. 2. pengaruh antara tingkat sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. 3. pengaruh antara tingkat keingintahuan tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. 4. interaksi antara sikap ilmiah dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar. 5. interaksi antara keingintahuan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar? 6. interaksi antara sikap ilmiah dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar. 7. ada interaksi antara sikap ilmiah dan keingintahuan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training terhadap prestasi belajar.

9 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: a. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah bahwa melalui metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training diharapkan prestasi belajar peserta didik meningkat. b. Memperoleh gambaran dari hasil dua metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri training yang dapat diterapkan di sekolah. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Peneliti: Sebagai tolok ukur bagi peneliti bahwa ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dapat diterapkan di lingkungan pendidikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. b. Bagi Sekolah: Sebagai bahan kajian bagi para guru untuk memilih metode pembelajaran yang cocok dengan materi pelajaran. c. Bagi Dinas Pendidikan: Dapat dijadikan rujukan dalam penggunaan pembelajaran penemuan yang menggunakan inkuiri terbimbing maupun inkuiri training.