Kata Kunci: ASI Eksklusif, Stunting

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Departemen Pendidikan Politeknik Kesehatan Manado

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Stevanny Keo, Rahel Rara Woda, Woro Indri Padmosiwi. Kata kunci: Riwayat pemberian ASI Eksklusif, panjang badan lahir, stunting

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

1

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STUNTING PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOYA KABUPATEN MINAHASA Yesenia Veronika Pangalila*, Maureen I. Punuh*, Nova H. Kapantow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Secara global, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar, tahun 2013 prevalensi stunting (PB/U) pada anak balita di Indonesia sebesar 36,4%. Data hasil PSG tahun 2016 dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, presentase balita stunting di Sulawesi Utara sebesar 21,2%, nilai presentase ini masuk dalam kategori masalah ringan stunting. Untuk Kabupaten Minahasa presentase balita stunting (PB/U) sebesar 24%. Data tahun 2017 yang diperoleh dari Puskesmas Koya, cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ini hanya 19,8%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada balita usia 6 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Koya Tondano. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Koya dengan jumlah sampel 90 anak. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dengan ρ = 0,05. Hasil analisis univariat jumlah anak yang berstatus gizi pendek sebesar 23,3% dan anak yang menerima ASI eksklusif sebesar 33,3%. Hasil analisis data hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan stunting adalah ρ = 0,017. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, riwayat pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan yang bermakna dengan stunting. Kata Kunci: ASI Eksklusif, Stunting ABSTRACT Globally, Indonesia is the country with the fifth largest stunting prevalence, in 2013 the prevalence of stunting (BL/A) in toddlers in Indonesia amounted to 36,4%. The result data of Determination of Nutritional Status from Provincial Health Office in North Sulawesi, the percentage of stunting in North Sulawesi toddler amounted to 21.2%, this percentage value entered in category light problem stunting. For the Regency of Minahasa the percentage of stunting toddler is 24%. While the data for 2017 obtained from PHC Koya, coverage of exclusive breast feeding in the clinics area is only 19.8%. The purpose of this research is to know the existence of the relationship between exclusive breast feeding history with stunting on toddlers ages 6 24 months in a work-area of PHC Koya Tondano. The design of this research is cross-sectional approach. The population in this research is all toddlers aged 6-24 months in working area Clinics Koya. Data analysis univariate is used and bivariate use chi-square test with ρ = 0.05. The results of the univariate analysis for the children with nutritional status short is 23.3% and children who receive exclusive breast feeding is 33.3%. The results of the data analysis relationship between exclusive breast feeding history and stunting is ρ = 0.017. Conclusion of this research is the history of exclusive breast feeding, have a meaningful relationship with stunting. Keywords: Exclusive Breast Feeding, Stunting. PENDAHULUAN Masalah balita pendek (stunting) menggambarkan adanya masalah gizi kronis yang dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu dari empat prioritas pembangunan kesehatan yang menjadi sasaran pokok dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019. Secara global, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar, tahun 2013 prevalensi stunting (PB/U) pada anak balita di Indonesia sebesar 36,4% (World Bank, 2013). Berdasarkan data Riskesdas 2013, persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di Indonesia Tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak 1

menunjukkan penurunan/perbaikan yang signifikan. Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan studi potong lintang dengan sampel dari rumah tangga yang mempunyai balita di Indonesia dan diperoleh hasil sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek. Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Karenanya persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. (Kemenkes, 2015; Riskesdas, 2013). Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar generasi. (TNP2K, 2017). Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran karena masa amenorhoe lebih panjang. UNICEF (United Nation International Children s Emergency Fund) dan WHO (World Health Organization) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu) (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Pemberian ASI eksklusif dalam waktu 24 jam terakhir pada bayi umur 0-6 bulan terjadi penurunan berdasarkan umur bayi, pada usia 0 bulan sebesar 52,7% dan pada usia 6 bulan menurun menjadi 30,2% (Riskesdas, 2013). Menurut data hasil PSG tahun 2016 dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, persentase balita stunting di Sulawesi Utara sebesar 21,2% dengan prevalensi tertinggi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 43,8% menyusul Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar 33,4%, kemudian Kota Kotamobagu sebesar 30,8%, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro 24,6%, dan Kabupaten Minahasa sebesar 24%.. Data di Kabupaten Minahasa diperoleh dari survei terhadap 300 rumah tangga di Kabupaten Minahasa yang berarti belum menggambarkan secara menyeluruh prevalensinya. Sedangkan data tahun 2017 yang diperoleh dari Puskesmas Koya, cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ini hanya 19,8%. Hasil tersebut masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu sebesar 44%. Hal ini menyebabkan penulis ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan 2

stunting pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Koya Tondano. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Penelitian berlangsung pada bulan Februari Juni 2018. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Koya. Jumlah sampel diperoleh dari rumus Slovin sebanyak 90 sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data saat wawancara serta menggunakan length board untuk mengukur panjang badan bayi. Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian, sedangkan analisis data bivariat digunakan untuk memperoleh atau mencari hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada balita usia 6-24 bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Unvariat Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan, Umur dan Pendidikan Hasil penelitian dalam tabel 1, pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 65 ibu (65,0%), berpendidikan SMP 13 ibu (13,0%), berpendidikan S1/S2/S3 8 ibu (8,0%) dan berpendidikan SD sebanyak 4 ibu (4,0%). Berdasarkan data dari tabel 2, umur responden 16 25 tahun sebanyak 42 ibu (42,0%), responden berumur 26 34 tahun sebanyak 40 ibu (40,0%) dan responden yang berumur 36 44 tahun sebanyak 8 ibu (8,0%). Pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 65 ibu (65,0%), berpendidikan SMP 13 ibu (13,0%), berpendidikan S1/S2/S3 8 ibu (8,0%) dan berpendidikan SD sebanyak 4 ibu (4,0%). Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan, Umur dan Pendidikan Variabel N % Pekerjaan Responden IRT 78 78,0 Wiraswasta 8 8,0 Honorer 2 2,0 Pegawai swasta 2 2,0 Umur Responden 16 25 tahun 42 46,7 26 34 tahun 40 44,4 35 44 tahun 8 8,9 Pendidikan Responden SD 4 4,0 SMP 13 13,0 SMA 65 65,0 S1/S2/S3 8 8,0 Karakteristik Subjek Penelitian berusia 13 24 bulan berjumlah 45 orang Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah anak yang berusia 6 12 bulan sebanyak 45 anak (50,0%), dan bayi yang (50,0%). Jumlah anak laki laki sebanyak 51 anak (56,7%) dan jumlah anak perempuan sebanyak 39 anak (43,3%). 3

Tabel 2. Distribusi Usia dan Jenis Kelamin Variabel n % Usia 6 12 bulan 45 50,0 13 24 bulan 45 50,0 Jenis kelamin Laki-laki 51 56,7 Perempuan 39 43,3 Jumlah 90 100 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan tabel 3, terdapat 30 (33,7%) anak yang menerima ASI eksklusif. Sedangkan 60 (66,7%) anak lain tidak mendapatkan ASI eksklusif. Alasan ibu memberikan makanan/minuman selain ASI Tabel 3. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif 4 yang paling banyak adalah ASI tidak mencukupi yaitu 29 (32,2%), diikuti alasan ASI tidak/belum keluar sebesar 21 (23,4%), kemudian karena pasca operasi sebanyak 5 (5,6%), sedangkan alasan karena alergi, ibu sakit dan nasihat dokter/bidan masing-masing berjumlah 1 (1,1%). Variabel N % Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif 30 33,3 Tidak ASI Eksklusif 60 66,7 Pemberian Makanan/Minuman Lain Setelah ASI Keluar Susu formula 60 66,7 Tidak diberi 30 33,3 Alasan Pemberian Makanan/Minuman Lain Setelah ASI Keluar ASI tidak mencukupi 29 32,2 ASI tidak keluar 21 23,4 Pasca operasi 5 5,6 Anak tidak mau 2 2,2 Ibu sakit 1 1,1 Nasihat dokter/bidan 1 1,1 Alergi 1 1,1 Jumlah 90 100 dimana terdapat 28 anak tidak stunting dan 1 Distribusi Antropometri Subjek Berdasarkan hasil penilitian dalam tabel 4, bayi yang berstatus gizi pendek berjumlah 21 anak (23,3%), berstatus gizi normal 65 anak (72,2%) dan berstatus gizi tinggi 4 anak (4,4%). Analisis Bivariat Hasil penelitian dalam tabel 5, menunjukkan bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 30 responden (33,3%), orang anak stunting. Sedangkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 60 responden (66,7%), terdapat bayi stunting sebanyak 19 anak dan bayi tidak stunting berjumlah 41 anak. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρ < 0,05 (ρ value = 0,017), menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada balita usia 6 24 bulan.

Tabel 4. Distribusi Antropometri Anak Kategori N % Pendek (-3 SD - <-2 SD) 21 23,3 Normal (-2 SD 2 SD) 65 72,2 Tinggi (>2 SD) 4 4,4 Jumlah 90 100 Hubungan Antara Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Stunting Pada Balita Usia 6 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Koya Tondano Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 90 responden, diperoleh hasil bahwa bayi yang menerima ASI eksklusif berjumlah 30 anak dimana 28 anak tidak stunting dan 2 anak stunting. Sedangkan bayi yang tidak menerima ASI eksklusif berjumlah 60 bayi dimana terdapat bayi stunting sebanyak 19 anak. Penelitian yang dilakukan Dewi (2015), bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai resiko 3,7 kali lebih besar terkena stunting dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif. Tabel 5. Hubungan Antara Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Stunting Pada Balita Usia 6 24 Bulan Riwayat Indikator PB/U Pemberian Stunting Tidak Stunting Total ASI Eksklusif n % n % n % Tidak 19 21,1 41 45,6 60 66,7 Ya 2 2,2 28 31,1 30 33,3 Jumlah 21 23,3 69 76,7 90 100 ρ value 0,017 Dalam penelitian lain yang dilakukan Haryanti (2017) menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi menurut PB/U pada balita usia 6 24 bulan di Kelurahan Amongena I, II dan III. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin dkk di Kabupaten Purwakarta tahun 2012 yang memperoleh hasil bahwa terdapat 38 balita (76%) dengan ASI tidak eksklusif menderita stunting, sedangkan yang tidak menderita stunting sebanyak 76 (46%), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian stunting. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,7 artinya bahwa balita yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai risiko 3,7 kali lebih besar terkena stunting dibanding balita dengan ASI eksklusif. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangkong (2017), diperoleh hasil tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada anak usia 13-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sonder. 5

KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Koya Tondano, peneliti mengambil kesimpulan: 1. Stunting pada anak usia 6-24 bulan sebanyak 21 anak (23,3%). 2. Pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6-24 bulan sebesar 30 responden (33,3%) yang menerima ASI eksklusif. 3. Ada hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada balita usia 6 24 bulan. SARAN 1. Bagi Puskesmas Koya agar dapat meningkatkan dan mengembangkan program untuk promosi mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan serta program pendukung untuk mencegah kejadian stunting. Misalnya mengadakan penyuluhan di Posyandu mengenai pemberian ASI eksklusif agar ibu menyadari dan mengetahui pentingnya menyusui bayinya. Serta dapat melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi di Posyandu khususnya konseling gizi dan ASI bagi anak balita. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif untuk mencegah stunting. DAFTAR PUSTAKA 1. Arifin, D.Z, S.Y Irdasari, dan H Sukandar. 2012. Analisis Sebaran dan Faktor Risiko Stunting pada Balita di Kabupaten Purwakarta 2012. Purwakarta: Epidemiologi Komunitas FKUP. 2. Dewi, D. 2015. Status Stunting kaitannya Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Kabupaten Gunung Kidul. Vol X Nomor 4. ISSN:1907-3887. Jurnal Medika Respati. 3. Dinas Kesehatan Minahasa. 2016. Data Jumlah Balita dan kasus BBLR. Tondano: Dinas Kesehatan Minahasa. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2016. Persentase Balita Pendek (Stunting) (PB/U) di Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 5. Haryanti, C.M. 2017. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Anak Usia 6 24 Bulan di Desa Amongena Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Manado. Jurnal FKM Unsrat. Vol. 6 No. 3 2017. 6. Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. 7. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. 8. Pangkong, M. 2017. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif Dengan Kejadian Stunting pada Anak usia 13-36 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sonder. Manado. Jurnal FKM Unsrat. Vol. 6 No. 3 2017. 9. Profil Kesehatan Puskesmas Koya Tahun 2016. 6

10. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 2017. Ringkasan 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta. 11. WorldBank.2013.https://data.worldbank. org/indicator/sh.sta.stnt.zs?end=2 013&locations=ID&start=2013&view=b ar. Diakses tanggal 24 Januari 2018 pukul 23.15 7