BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah, misalnya tentang hal hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

MAKALAH KAJIAN TEKNOLOGI DAN VOKASI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau

Silabus Bimbingan dan Konseling (01)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perangkat media pembelajaran, dan lain-lain. Melalui usaha ini diharapkan proses

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS PERENCANAAN KARIR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

PELAKSANAAN BIMBINGAN KARIR BAGI SISWA SMA SEBAGAI PERSIAPAN AWAL MEMASUKI DUNIA KERJA 1 Oleh: Sitti Rahmaniar Abubakar 2

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

Motivasi merupakan daya pendorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi pencapaian tujuan. Deng

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek-praktek dalam pengelompokan di dalam ataupun antar kelas patut

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ujian Nasional (UN) merupakan suatu tolak ukur untuk. mengukur pencapaian pembelajaran peserta didik selama belajar

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

1 Agus Retnanto, Bimbingan dan Konseling, Kudus, STAIN, 2009, hal Ibid halaman 110

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

PERAN PUSAT KARIR DALAM MENYIAPKAN KARIR MAHASISWA. Oleh: Prof. Dr. Ir. Nuni Gofar, M.S. (Kepala UPT Pusat Pengembangan Karakter dan Karir Unsri)

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak

Identifikasi Masalah Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan sikap, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti punya masalah. Masalah merupakan satu hal yang selalu mengiringi kehidupan setiap manusia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Kehidupan remaja juga kerap kali dihinggapi masalah. Salah satu ciri masa remaja adalah waktu dimana kesempatan dan berbagai resiko datang. Resiko yang dimaksud adalah berbagai masalah yang seringkali dialami remaja. Masalah tersebut adalah permasalahan fisik, psikis dan sosial. Remaja dihadapkan pada berbagai masalah, misalnya tentang hal hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja yang selalu saja diwarnai dengan berbagai masalah. Mulai dari hal hal yang bersifat personal sampai dengan hal hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial mereka. Masalah masalah yang tak mampu mereka pecahkan ini kemudian menciptakan trend baru dalam dunia mereka, trend galau yang dewasa ini menjadi semakin akrab dengan dunia remaja. Masalah lain muncul misalnya, dalam hal pemilihan jurusan atau fakultas ketika masuk sekolah atau perguruan tinggi. Dalam hal ini masih banyak ditemui siswa yang mengalami dilema dalam memilih perguruan tinggi (PT) termasuk program studinya. Mereka kadangkadang asal memilih dengan prinsip yang penting kuliah, ikut-ikutan teman atau saudara atau yang paling parah adalah pemaksaan kehendak (orangtua terhadap anak atau sebaliknya) tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung dan mempengaruhi pemilihan karir mereka. Akibatnya remaja tersebut tidak memiliki motivasi belajar, kehilangan gairah untuk sekolah dan tidak jarang justru berakhir dengan drop out. Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak luas pada kehidupan seseorang selanjutnya. Kemungkinan akan menurunkan prestasi 1

bahkan frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lain-lain. Hal-hal seperti uraian di atas, hal yang kerap kali terjadi pada masa remaja yang pada umumnya adalah siswa SMA karena kurangnya pemahaman yang mendalam tentang faktorfaktor pendukung pemilihan karir. Padahal, pemahaman yang mendalam tentang diri dan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung pemilihan karir (minat, cita-cita, kepribadian, ekonomi, prospek serta kondisi PT dan lain-lain) merupakan hal yang sangat penting dalam pemilihan serta perencanaan karir yang biasanya dimulai dengan pemilihan jurusan. Berdasarkan hasil penelitian Hayadin (2005), ternyata pelajar tidak memiliki perencanaan karier yang jelas. Ke mana mereka akan pergi setelah menyelesaikan studi? Pekerjaan dan profesi apa yang akan digeluti setelah tamat? Hal- hal ini sering kali terabaikan oleh para pelajar di sekolah. Tujuan remaja bersekolah adalah mencapai sesuatu yang bersangkutan dengan masa depan, yaitu pekerjaan atau karir. Dengan kata lain, pendidikan sekolah akhirnya akan bermuara pada suatu karir atau jabatan yang bermakna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Pencapaian tujuan ini tidaklah lepas dari usaha usaha berbagai pihak untuk mempersiapkan dan mendampingi remaja dalam proses pemilihan dan pengambilan keputusan karir. Usaha usaha untuk mempersiapkan remaja dalam pengambilan keputusan karir antara lain berupa pemberian informasi sehubungan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai, yang semuanya diperlukan dalam menekuni karirnya. Hal ini diwujudkan dalam apa yang disebut pendidikan karir (career education). 2

Sekolah sebagai tempat para remaja mendapat pendidikan, baik pendidikan formal berupa ilmu pengetahuan atau pendidikan karir menjadi mempunyai peran yang sangat penting dalam hal perencanaan karir siswa. Di beberapa sekolah telah menerapkan pemberian layanan bimbingan karir kepada siswanya untuk membantu mereka dalam mecahkan masalah mereka tentang perencanaan karir. Dengan pemberian layanan bimbingan karir ini diharapkan pendidikan karir siswa dapat mencapai tujuannya secara maksimal. Tujuan utama pelaksanaan bimbingan karir di sekolah adalah agar para siswa mampu membuat perencanaan karir karir masa depannya. Namun dalam kenyataanya kemampuan siswa dalam membuat perencanaan karir masa depan itu masih masih kurang atau jauh dari yang diharapkan. Bimbingan karir yang selama ini dilakukan disekolah sering kali hanya bersifat pemberian informasi, berupa berbagai macam info tentang perguruan tinggi, beasiswa, aneka macam pekerjaan ikatan dinas dan lain sebagainya. Informasi informasi ini akan terasa tidak berguna bila diberikan sendiri. Dengan pendekatan seperti ini siswa cenderung akan memilih atau menyusun perencanaan karirnya sesuai dengan gengsi atau hal-hal lain. Siswa tidak akan mengetahui alasan pasti dan tujuan pasti tentang rencana karir yang mereka susun. Andai kata siswa dihadapkan pada situasi yang lebih rumit, dikhawatirkan siswa tidak akan mampu keluar dari masalah yang dihadapinya. Beberapa penyebab kekurangmampuan para siswa dalam membuat perencanaan karir, dikarenakan kurang mampunya konselor untuk mencarikan alternatif cara atau teknik-teknik tertentu guna terwujudnya layanan bimbingan yang efektif, khususnya dalam pelayanan bimbingan karir di sekolah. Tampaknya para konselor sangat terpaku pada teknik-teknik yang 3

tercantum dalam paket-paket bimbingan karir pada kurikulum 1984 seperti metode ceramah dan diskusi. Seperti yang diungkapkan Khairuddin dalam penelitiannya, kurangmampunya siswa dalam membuat perencanaan karir masa depan bukan terletak pada material bimbingan karir tersebut, tetapi pada kekurangan teknik yang memadai untuk menangani permasalahan siswa dalam hal membuat perencanaan karir masa depan itu. Secara umum banyak teknik lain yang mungkin cocok untuk menangani permasalahan membuat perencanaan karir masa depan ini. Menurut Sukardi (Online) http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/29/bimbingan-karier/) diakses tanggal 29 Oktober 2009, penyelenggaraan bimbingan karier yang diberikan di sekolah-sekolah dapat dilakukan melalui beberapa metode/teknik, yaitu ceramah dan narasumber, diskusi kelompok, pengajaran unit, sosiodrama, karyawisata karier, informasi melalui kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler, serta hari karier. Namun, pada kenyataannya teknik atau metode-metode tersebut masih belum mampu diterapkan di sekolah-sekolah, yang menurut salah satu konselor di SMA Negeri 1 Stabat teknik ini dirasa cukup sulit dilaksanakan mengingat keterbatasan waktu dan biaya untuk pelaksanaannya. Uraian di atas menunjukkan bahwa masalah pemilihan teknik dalam pemberian layanan bimbingan karir dirasa sangat penting untuk menunjang ketercapaiannya tujuan pelaksanaan pemberian layanan bimbingan karir tersebut. Pengadopsian teknik atau strategi pembelajaran dalam bidang ilmu diluar bimbingan dan konseling dirasa diterapkan dalam pelaksanaan pemberian layanan bimbingan konseling khususnya pelaksanaan pemberian layanan bimbingan karir. Salah satu teknik yang dimaksud adalah teknik problem solving (pemecahan masalah) yang selama ini lebih sering diaplikasikan dalam pembelajaran bidang studi eksakta. Dengan 4

penerapan pelayanan berbasis pemecahan masalah ini, siswa diajak untuk mampu mencari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan cara mengumpulkan data-data yang ia miliki dari hasil belajar sebelumnya. Menurut Borck (dalam Khairuddin, 1992:2) teknik pemecahan masalah sangat cocok dan tepat bagi kebutuhan para sukarelawan amatiran dalam tatanan seperti agenagen layanan kemasyarakatan, pusat informasi krisis, kelompok-kelompok diskusi dan agenagen lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairuddin pada tahun 1992 dengan populasi penelitian siswa SMA Negeri di Kabupaten Bima terkait penggunaan teknik problem solving untuk meningkatkan kemampuan membuat perencanaan karir siswa menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang cukup signifikan pada kemampuan siswa dalam membuat perencanaan karir sebelum dan sesudah mendapat pelayanan bimbingan karir dengan teknik problem solving. Bertolak dari hasil penelitian tersebut, pemberian layanan bimbingan karir dengan menggunakan teknik problem solving dianggap mampu meningkatkan kemampuan membuat perencanaan karir masa depan siswa. Hal ini juga membuktikan bahwa pemilihan teknik dalam pelaksanaan pemberian layanan bimbingan karir di sekolah memberi pengaruh terhadap kemampuan membuat perencanaan karir siswa. Fenomena yang terlihat di lapangan khususnya di Kabupaten Langkat adalah bimbingan karir yang selama ini dilaksanakan di sekolah sering kali hanya dilakukan dengan metode/teknik ceramah dan diskusi yaitu dengan pemberian informasi informasi tentang karir tanpa mengajak siswa untuk memecahkan masalahnya berkaitan dengan perencanaan karir yang akan dibuatnya, sementara untuk menerapkan metode lain seperti yang diuraikan Sukardi dirasa sulit diterapkan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Hal hal inilah yang menjadi latar belakang untuk mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Penerapan Bimbingan Karir Dengan 5

Menggunakan Teknik Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Membuat Perencanaan Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Stabat T.A. 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Stabat berkenaan dengan perencanaan karir siswa sebagai berikut: 1. Masih kurangnya keterampilan siswa dalam menyusun perencanaan karir. 2. Masih rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah yang dihadapinya dalam perencanaan karir. 3. Penerapan bimbingan karir di sekolah masih didominasi dengan metode atau teknik ceramah. 4. Masih kurangnya penerapan teknik problem solving dalam proses perencanaan karir siswa. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada peningkatan kemampuan siswa membuat perencanaan karir setelah mendapat layanan bimbingan karir dengan menggunakan teknik problem solving. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: apakah ada pengaruh penerapan bimbingan karir menggunakan teknik problem solving terhadap peningkatan kemampuan membuat perencanaan karir siswa? E. Tujuan Penelitian 6

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan bimbingan karir menggunakan teknik problem solving terhadap peningkatan kemampuan membuat perencanaan karir siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Bertambahnya khazanah (kekayaan) keilmuan yang berkaitan dengan teknik Problem Solving dalam pemberian layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan membuat perencanaan karir siswa. 2. Manfaat Praktis A. Bagi Konselor 1. Mampu membimbing siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya terutama dalam membuat perencanaan karir sehingga siswa mampu membuat perencanaan karir yang sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. 2. Mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya sehingga diharapkan siswa mampu menjadi mandiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 7

B. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke dunia pendidikan, khususnya bidang bimbingan dan konseling sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikannya dilapangan tempat peneliti bekerja kelak. C. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memotivasi guru dan siswa untuk saling bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan membuat perencanaan karir siswa melalui proses bimbingan karir yang dilaksanakan di sekolah, dengan harapan siswa siswa mampu merencanaakan karirnya dengan tepat sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. 8