BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni Lokasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Sumber : Nurman S.P. (

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2017. Lokasi Penelitian Desa Jatirembe, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur merupakan daerah dataran rendah dan tergolong sawah tadah hujan. Desa Jatirembe terletak di bagian selatan Kota Gresik, mempunyai ketinggian 14 meter di atas permukaan laut (dpl) serta suhu udara berkisar antara 28 0 C - 30 0 C dengan bulan basah yang mempunyai curah hujan mencapai > 200 mm. 3.2 Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan adalah benih padi varietas ciherang 2 Kg, bebek lokal Mojosari jenis peking dan hibrida (Anas platyrhynchos javanicus) 54 ekor/360 m 2, Urea 120 Kg/ha, SP-36 108 Kg/ha dan Petroganik 78 Kg/ha, pakan bebek (kosentrat 40 Kg dan dedak 100 Kg), kompos kotoran bebek 3,8 ton/ha, dan Azolla pinnata 1,3 ton/ha dalam bentuk kompos dan azolla segar didapatkan dari Laoratorium Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Peralatan yang dibutuhkan meliputi: ajir 235 buah, plastik pembatas 200 m, kabel listrik 50 m, rumah bebek anakan dan indukan 16 m 2, soil tester (alat pengukur ph tanah dan kelembapan tanah), alat-alat pertanian (cangkul, sabit, handspryer), alat-alat pengukuran (jaring, kamera, tag-name, meteran/penggaris, timbangan, karung, marker dan box). 23

3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok petak terbagi (Split plot) dengan dua faktor perlakuan, yaitu: Petak Utama (PU): Jenis pupuk (N) N0 N1 N2 : Dosis rekomendasi petani (DRP) : Kompos kotoran bebek 3,8 t/ha : Azolla pinnata 1,3 t/ha Anak petak (AP): Model budidaya padi (P) P0 P1 : Budidaya monokultur : Budidaya integrasi padi-bebek Sehingga didapatkan 6 (enam) kombinasi perlakuan sebagai berikut: N0P0 : Dosis rekomendasi petani (DRP); Budidaya monokultur N0P1 : Dosis rekomendasi petani (DRP); Budidaya integrasi padi-bebek N1P0 : Kompos kotoran bebek 3,8 t/ha; Budidaya monokultur N1P1 : Kompos kotoran bebek 3,8 t/ha; Budidaya integrasi padi-bebek N2P0 : Azolla pinnata 1,3 t/ha; Budidaya monokultur N2P1 : Azolla pinnata 1,3 t/ha; Budidaya integrasi padi-bebek Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 (tiga) kali. Total plot percobaan berjumlah 18 (delapan belas). Sebagai gambaran lebih lanjut denah petak percobaan akan dijelaskan pada Gambar 3.1. 24

3.3.1 Petak Percobaan Masing-masing kombinasi petak perlakuan memiliki ukuran 5 m x 6 m = 30 m 2 sehingga keseluruhan lahan yang digunakan dalam penelitian yaitu 270 m 2. Berikut adalah Gambar 3.1 denah petak percobaan dengan berbagai kombinasi perlakuan: Ulangan 1 PU: N 0 PU: N 1 PU: N 2 AP: P 1 AP: P 0 AP: P 0 AP: P 1 AP: P 1 AP: P 0 5 m 6 m Ulangan 2 PU: N 0 PU: N 1 PU: N 2 AP: P 0 AP: P 1 AP: P 1 AP: P 0 AP: P 0 AP: P 1 15 m Ulangan 3 PU: N 0 PU: N 1 PU: N 2 AP: P 1 AP: P 0 AP: P 0 AP: P 1 AP: P 1 AP: P 0 18 m Gambar 3.1 Denah Petak Percobaan Keterangan : Petak Utama (PU) : Jenis pupuk (N) N0 N1 N2 = Dosis rekomendasi petani (DRP) = Kompos kotoran bebek 3,8 t/ha = Azolla pinnata 1,3 t/ha Anak Petak (AP) : Model Budidaya Padi (P) P0 P1 = Budidaya Monokultur = Budidaya integrasi padi-bebek 25

3.3.2 Denah Pengambilan Sampel Pengamatan Berikut adalah gambar denah pengambilan sampel pengamatan: Gambar 3.2 Denah Pengambilan Sampel Pengamatan Keterangan : : Tanaman border : Tanaman : Petak panen : Sampel pengamatan Jarak tanam : Jajar Legowo 2 : 1 (15 x 20 x 40 cm) Populasi tanaman : 480 tanaman Ukuran petak panen : 2 m x 3 m Jumlah tanaman panen : 32 tanaman Jumlah tanaman sampel OPT : 10 tanaman sampel Luas Petak ulangan : 30 m 2 26

3.4 Pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa tahap kegiatan sebagai berikut: 3.4.1 Persiapan lahan Tahap persiapan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan dan pembajakan. Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan gulma di pematang sawah. Pencangkulan dilakukan untuk memperbaik pematang, dan saluran air, sehingga mempermudah pengolahan tanah. Pembajakan dilakukan untuk pengemburan tanah. Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah gembur dan siap untuk ditanami padi. Pembajakan dilakukan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air sesuai dengan kebutuhan agar gembur. Pembajakan dilakukan dua kali yang pertama membalik tanah dan yang kedua meratakan tanah. Gambar 3.4 Pembajakan Gambar 3.5 Penggaruan Dokumentasi. Nafis (20170102) Dokumentasi. Nafis (20170115) Selanjutnya membuat petakan sesuai dengan denah petak percobaan (Gambar 3.6) dan membuat saluran drainase dengan kedalaman 50 cm dan lebar 50 cm mengelilingi seluruh petak. Plastik pembatas dipasang disekeliling untuk menghindari serangan hama tikus (Gambar 3.7). 27

Gambar 3.6 Pengukuran lahan Gambar 3.7 Pemasangan plastik Dokumentasi. Nafis (20170131) Dokumentasi. Nafis (20170205) 3.4.2 Persiapan Benih Benih padi varietas ciherang yang digunakan adalah benih bersertifikat dengan label pink (stock seed ). Ciri-ciri sebagai berikut: bentuk gabah ramping, fisiknya panjang, warna kuning bersih dan relative seragam, bentuk tanaman tegak, tahan rebah, tahan rontok tahan terhadap hama atau penyakit dan tidak tercampur benih lain. Benih yang dibutuhkan dalam 1 hektar yaitu 40 Kg (Gambar 3.8). Benih padi yang digunakan varietas ciherang dengan daya kecambah 90%. Benih dipilih yang bernas dengan cara memasukkannya kedalam larutan PGPR dan Tricoderma dengan konsentrasi 20 ml/l selama 2 jam. Benih yang bernas segera dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan garamnya, kemudian dilanjutkan pemeraman selama 48 jam sampai benih berkecambah (Gambar 3.9) Kemudian benih yang berkecambah disemaikan di lahan bedengan. Gambar 3.8 Persiapan benih Gambar 3.9 Benih berkecambah Dokumentasi. Nafis (20170212) Dokumentasi. Nafis (20170214) 28

3.4.3 Penyemaian Persiapan penyemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Persiapan lahan semai dilakukan dengan proses pencangkulan hingga tanah menjadi gembur. Luas persemaian untuk 1 hektar lahan adalah 400 m 2 (4% dari luas tanam). Jadi dibutuhkan luas lahan persemaian 10,8 m 2 untuk lahan penelitian seluas 180 m 2. Umur pindah tanam dari persemaian (Gambar 3.10) yaitu 10 hari setelah semai (hss) dengan ketinggian tanaman 15 cm (Gambar 3.11). Gambar 3.10 Persemaian Gambar 3.11 Benih umur 10 hss Dokumentasi. Nafis (20170215) Dokumentasi. Nafis (20170225) 3.4.4 Persiapan Azolla 3.4.4.1 Perbanyakan Azolla Azolla pinnata didapatkan dari Laboratorium Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Azolla dapat tumbuh di lahan sawah pada ketebalan air optimal 3-5 cm maupun pada permukaan tanah yang lembab (Gambar 3.12). Perbanyakan azolla dilakukan dengan cara menebarkan bibit azolla yang berumur dua minggu di lahan seluas 30 m 2 sebanyak 15 kg. Bibit azolla setelah umur dua minggu dipindah ke lahan penelitian. 3.4.4.2 Aplikasi Azolla 3.4.4.2.1 Azolla Segar Hasil dari perbanyakan azolla kemudian dipindah ke lahan penelitian sesuai dengan petak perlakuan seberat 1,3 ton/ha setara dengan 3,39 kg per 30 m 2. 29

3.4.4.2.2 Azolla Kompos Aplikasi azolla dalam bentuk kompos dilakukan dengan cara dibenamkan. Waktu pembenaman dilakukan saat pengolahan tanah pertama dan kedua serta saat penyiangan pertama dan kedua (Gambar 3.13) seberat 1,3 ton/ha setara dengan 3,39 Kg per 30 m 2. Gambar 3.12 Perbanyakan azolla Gambar 3.13 Kompos Azolla Dokumentasi. Nafis (20170216) Dokumentasi. Nafis (20170221) 3.4.5 Penanaman dan Penyulaman Penanaman dilakukan sepuluh hari setelah semai dengan sistem jajar legowo 2 : 1 (20 x 15 x 40) cm, dengan kedalaman 3 cm dan setiap lubang ditanam 2 bibit (Gambar 3.14). Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang mati atau rusak. Waktu penyulaman sampai tanaman umur 10 hari setelah tanam (Gambar 3.15). Gambar 3.14 Penanaman Gambar 3.15 Penyulaman Dokumentasi. Nafis (20170301) Dokumentasi. Nafis (20170315) 30

3.4.6 Model Budidaya Integrasi Padi Bebek Cara penerapan perlakuan model budidaya padi secara monokultur dilakukan seperti budidaya padi pada umumnya. Cara penerapan model budidaya integrasi padi bebek - azolla (Gambar 3.16) dilakukan sesuai dengan tabel 3.1. Gambar 3.16 Integrasi padi-bebek-azolla (perlakuan; N 2P 1) Dokumentasi. Nafis (20170323) Tabel 3.1 Spesifikasi Teknologi Integrasi Bebek pada Lahan Sawah Padi Komponen Teknologi Umur bebek Kepadatan tebar bebek Pemberian pakan Waktu integrasi bebek Cara pengandangan Spesifikasi Pada umur padi 21 hari setelah tanam, bebek umur 20 hari dilepas di petak percobaan model budidaya integrasi padi-bebek. Bebek dilepas di sawah sampai padi fase primordia. Selanjutnya bebek akan dilepaskan lagi selama 14 hari setelah panen. Setiap petak diisi dengan 6 ekor bebek jenis peking dan hibrida dengan luasan 30 m 2 setara 300 ekor bebek per hektar Perbandingan pemberian pakan antara dedak dan konsentrat yaitu 1:1. Pakan diberikan pada pagi hari sebelum bebek dilepaskan di sawah. Komposisi pakan yang diberikan berbeda tergantung usia bebek yaitu rata-rata 75-150 g / bebek / hari. Bebek diintegrasikan di lahan sawah saat pagi hari setelah diberi makan dan kembali ke pematang sawah saat siang hari. Pada malam hari bebek dimasukkan ke dalam kandang. Kandang bebek dibangun dari bambu seluas 3 m x 1,5 m, diletakkan di pematang sawah. Pada siang hari bebek berada di pematang seluas 7 m x 0,5 m sedangkan pada malam hari dimasukkan dalam kandang. 31

3.4.7 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman padi (Oryza sativa L.) meliputi pengairan, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. 3.4.7.1 Pengairan Pengairan hanya mengandalkan air hujan dan aliran air yang berasal dari sawah yang berada di atasnya (Gambar 3.16). 3.4.7.2 Penyiangan Gambar 3.16 Pengairan Dokumentasi. Nafis (20170328) Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mebersihkan atau mengurangi tanaman lain seperti gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara manual setiap dua minggu sekali. 3.4.7.3 Pemupukan Perlakuan pemupukan dosis rekomendasi petani (DRP) dilakukan sesuai tabel 3.2 perlakuan pemupukan kompos kotoran bebek dan kompos azolla dilakukan sesuai tabel 3.3. Gambar 3.17 Pemupukan dasar Gambar 3.18 Pempukan susulan 1 Dokumentasi. Nafis (20170219) Dokumentasi. Nafis (20170315) 32

Tabel 3.2 Perlakuan Dosis Rekomendasi Petani (DRP) : Pemupukan Pemupukan 1 Pemupukan 2 Waktu Aplikasi Umur tanaman 10 hst Umur tanaman 30 hst Jenis Pupuk Pupuk Urea Pupuk SP-36 Pupuk Petroganik Pupuk Urea Pupuk SP-36 Pupuk Petroganik Jumlah Dosis Kg/ha 120 Kg/ha 108 Kg/ha 78 Kg/ha 120 Kg/ha 108 Kg/ha 78 Kg/ha Jumlah dosis/ petak 360 g/m 2 324 g/m 2 234 g/m 2 360 g/m 2 324 g/m 2 234 g/m 2 Tabel 3.3 Perlakuan Dosis Azolla dan Kotoran Bebek Pemupukan Waktu Aplikasi Pemupukan 1 Pengolahan tanah pertama Pemupukan 2 Pengolahan tanah kedua Pemupukan 3 Umur tanaman 10 hst Umur tanaman 35 hst Pemupukan 4 Umur tanaman 35 hst Jenis Pupuk Jumlah Dosis Jumlah t/ha Kg N/ha dosis / petak Azolla kompos 1,3 42,02 4 kg Kotoran Bebek 3,8 42,02 14,37 kg Azolla - - - Kotoran Bebek - - - Azolla segar 1,3 42,02 4 Kg Kotoran Bebek - - - Azolla segar dari penyebaran umur tanaman 10 hst dibenamkan - - - Azolla kompos 1,3 42,02 4 kg Kotoran Bebek 3,8 42,02 14,37 kg 33

3.4.7.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu yaitu menjaga keseimbangan ekosistem dengan menggunakan agen hayati dan pestisida nabati sebagai pengendali serangan OPT. Agen hayati (Gambar 3.20) yang digunakan yaitu Tricoderma, PGPR, dan Beuveria. Pestisida nabati yang digunakan yaitu urin sapi, cromolaena odorata, ekstrak bawang merah, bawang putih dan cabai. Alat yang digunakan dalam pengendalian hand sprayer (Gambar 3.19). Waktu aplikasi agen hayati ditampilkan pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Aplikasi Penggunaan Agen Hayati dan Pestisida Nabati: Agen Hayati Pestisida Nabati Jenis Waktu Aplikasi Dosis Tricoderma sp Setiap minggu 5 liter /ha 135 ml/m² Beuveria sp mulai tanam 25 liter/ha 405 ml/m 2 PGPR sampai panen 15 liter /ha 250 ml/m 2 Urin sapi 15 liter /ha 250 ml/m 2 Setiap minggu cromolaena odorata 15 liter /ha 250 ml/m 2 mulai tanam ekstrak bawang 15 liter /ha 250 ml/m 2 sampai panen merah, bawang putih dan cabai Gambar 3.19 Penyemprotan Gambar 3.20 Aplikasi Agen hayati Dokumentasi. Nafis (20170316) Dokumentasi. Nafis (20170408) 34

3.4.8 Pemanenan Tanaman Padi dipanen saat masak fisiologi ditandai dengan padi mulai menguning 90 % dan bulir padi mulai mengeras. Pemanenan (Gambar 3.21) dilakukan secara manual (Gambar 3.22). Gambar 3.21 Pemanenan Gambar 3.22 Proses perontokan gabah Dokumentasi. Nafis (20170619) Dokumentasi. Nafis (20170619) 3.5 Pengamatan Analisa tanaman yang dilakukan dalam penelitian ini ada enam variabel pengamatan, yaitu: variabel pertumbuhan, variabel hasil, prosentase serangan hama dan penyakit tanaman dan analisa usaha tani. Analisis tanah dilakukan diawal penelitian meliputi analisa unsur N (Nitrogen), P (Fosfor), dan K (Kalium), C Organik dan ph (derajat keasaman) tanah di Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya. 3.5.1 Variabel Pertumbuhan Tanaman Pengamatan dilakukan setelah padi berumur satu minggu setelah tanam. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan interval satu minggu sekali selama fase vegetatif. Pengamatan variabel pertumbuhan disajikan pada tabel 3.5 35

Tabel 3.5 Variabel Pertumbuhan Tanaman Padi Pengamatan Cara Pengamatan Alat yang Digunakan Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Pengamatan dilakukan dengan cara tanaman padi diukur dari permukaan tanah sampai tepi daun tertinggi. Menghitung jumlah anakan per rumpun Bolpoin, Log book, penggaris atau meteran, papan dada 3.5.2 Variabel Hasil Tanaman Pengamatan variabel hasil disajikan dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Variabel Hasil Tanaman Padi Pengamatan Cara Pengamatan Satuan Anakan produktif Jumlah bulir per malai Persen gabah isi dan hampa per malai Panjang malai Bobot 100 butir gabah Kadar air gabah kering panen Bobot gabah kering panen (GKP) Bobot gabah kering giling Menghitung jumlah anakan produktif per rumpun Menghitung jumlah total bulir per malai Menghitung jumlah butir gabah hampa dan gabah isi per malai Mengukur panjang malai dari pangkal cincin malai sampai ujung malai Menghitung jumlah butir gabah / 100 kemudian ditimbang Mengukur kadar air gabah dengan menggunakan alat pengukur kadar air Menimbang bobot gabah kering panen per petak panen Menimbang bobot gabah kering giling dengan rumus perhitungan : Bobot Gabah Kering Giling = 100 kadar air (panen) 100 kadar air yang diinginkan x Bobot GKP - - % cm gram % ton/ha ton/ha Interval pengamatan Fase Generatif Pasca panen Alat yang Digunakan Bolpoin, Log book, papan dada. Bolpoin, Log book, papan dada, timbangan analitik dan alat pengukur kadar air 36

3.5.3 Analisis Usaha Tani Menghitung B/C ratio pada setiap interaksi perlakuan. Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 3.6 Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh beda nyata pada perlakuan dengan taraf signifikasi 5%. Berikut model matematika anova rancangan acak kelompok petak terbagi (Split plot) : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + pk + εijk i= 1,2,.,t ; j= 1,2,.,s ; k= 1,2..,n Keterangan : Yi j k = hasil pengamatan untuk faktor pemberian nutrisi padi taraf ke i, faktor model pertanian taraf ke j pada kelompok ke k µ = nilai tengah umum αi = pengaruh faktor pemberian nutrisi pada taraf ke i βj = pengaruh faktor model pertanian pada taraf ke j (αβ)ij = pengaruh interaksi faktor pemberian nutrisi padi dan faktor model pertanian pada taraf ke i (dari faktor pemberian nutrisi), dan taraf ke j (dari faktor model pertanian). pk = pengaruh taraf dari kelompok ke k 37

εi j k = pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke i (faktor pemberian nutrisi), taraf ke j (faktor model pertanian), interaksi pemberian nutrisi dan model pertanian yang ke i (faktor pemberian nutrisi) dan ke j (faktor model pertanian) Jika terdapat hasil yang berbeda nyata pada uji analisis sidik ragam, maka akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan s Multiple Range Test) 5 % pada perlakuan jenis pupuk dan model budidaya padi (Gomez and Gomez, 1995). Adapun formulasi uji Duncan adalah sebagai berikut :. DMRTα = R (ρ, v, α) x Keterangan : R (ρ, v, α) : tabel nilai kritis uji perbandingan berganda Duncan ρ : jumlah perlakuan dikurangi 1 (sebanyak p -1) v α KTG r : derajat bebas galat (db galat) : taraf nyata yang digunakan : kuadrat tengah galat : jumlah ulangan pada tiap nilai tengah perlakuan yang dibandingkan Sedangkan, jika pada perlakuan interaksi antara pemberian jenis pupuk dengan model budidaya padi menunjukkan perbedaan nyata pada uji analisis sidik ragam, maka dilakukan uji lanjut BNT dengan taraf signifikasi 5 % (Gomez and Gomez, 1995). 38

Formulasi uji BNT 5% adalah sebagai berikut: BNT0,05 = t 0,05 (db galat) x Hipotesis 1 2 KT (Galat a ) rb BNT0,05 = t 0,05 (db galat) x Hipotesis 2 BNT0,05 = t 0,05 (db galat) x Hipotesis 3 Keterangan : 2 KT (Galat b ) ra 2 KT rb t 0,05 (db galat) KTG : nilai tabel t dengan derajat bebes db galat (derajat bebas galat) : Kuadrat Tengah Galat r 2 KT (Galat a) rb 2 KT (Galat b) ra 2 KT r : dua rataan anak petak (rata rata dari seluruh perlakuan petak utama) : dua rataan petak utama (rata rata dari seluruh perlakuan anak petak) : galat baku pengaruh interaksi : jumlah ulangan pada tiap nilai tengah perlakuan yang dibandingkan 39