BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Anggi Soniawati, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan tentang pendidikan fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan peserta didik, peserta didik yang dicintai, disayangi, dan generasi yang masa depannya harus dipersiapkan.tugas mendidik anak ternyata tidak mudah dilakukan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini.kesulitan-kesulitan menjalankan tugas mendidik itu amat terasa, terutama ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa pengaruh lingkungan sudah sedemikian kuat, bahkan melampaui kekuatan pengaruh faktorfaktor pendidikan lainya. Sebagaimana dalam pasal Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikannasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan ditempuh melalui berbagai kebijakan.mulai dari kebijakan anggaran, muatan kurikulum, peningkatan kualifikasi guru, sistem kenaikan pangkat, dan segala usaha evaluasi (UN).Namun sampai saat ini usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan belum sepenuhnya berhasil hal tersebut ditunjukkan dengan masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan disegala bidang. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan bangsa (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Sanjaya (2006: 2) mengatakan terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia secara utuh. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Pendidikan adalah proses pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak untuk menghafal data dan fakta. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tiga aspek inilah, (sikap, kecerdasan, dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan harus diupayakan. Dalam hal tersebut di atas proses pembelajaran merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, faktor ini merupakan faktor yang dapat diupayakan sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sekaligus dapat menjadi penentu keberhasilan belajar siswa. Pendidikan sebagai upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan.kurniasih (2006) mensinyalir bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya interaksi dan motivasi siswa dalam belajar. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, sehingga orientasi pembelajaran yang memposisikan guru sebagai narasumber tunggal (teacher centered) harus diubah menjadi student centered. Namun demikian, paradigma teacher centered nampaknya masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini lebih praktis dan tidak menyita waktu. Dalam proses pendidikan, guru perlu mengembangkan strategi yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Hal ini adalah untuk memenuhi tuntutan pelaksanaan proses pembelajaran yang juga termuat dalam PP Nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 yaitu, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sekarang ini, perlu dilakukan berbagai upaya diantaranya peningkatan mutu pendidikan baik itu prestasi belajar siswa maupun kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Akan tetapi banyak kenyataan disekolah proses pembelajaran yang berlangsung masih bersifat tradisional/konvensional yakni terpusat pada guru (teacher centered) sehingga peran guru lebih dominan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam proses belajar mengajar umumnya guru lebih mementingkan ketercapaian target kurikulum dan kurang memperhatikan

penguasaan siswa dalam menerima materi, hal itu akan membuat siswa belajar pasif. Hal tersebut jelas merupakan suatu masalah yang harus dibenahi karena jika dibiarkan akan menyebabkan siswa tidak kreatif dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai pun tidak optimal. Berikut ini adalah data awal hasil tes konsep pemahaman belajar siswa kelas X SMAN 1 Parongpong: Kelas Tabel 1 Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Semester 1Kelas X SMAN 1 Parongpong Jumlah Nilai Nilai Nilai KKM >75 Siswa Terendah Tertinggi Ratarata Siswa Siswa Tidak Mencapai Mencapai KKM KKM X-1 44 3,5 7,8 5,18 1 43 X-2 43 2,5 9,4 6,88 17 26 X-3 44 4,0 9,3 7,13 16 28 X-4 44 3,0 8,5 6,18 17 27 Data penelitian, data diolah Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa semua kelas perolehan nilai rata-rata UAS nya masih dibawah KKM atau tidak tuntas. Dari keseluruhan jumlah siswa kelas X, perolehan nilai rata-rata yang masih dibawah KKM berjumlah 151 orang dari jumlah seluruh siswa kelas X sebanyak 217 orang. Data tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Parongpong belum optimal. Masalah diatas dapat diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-

faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi motivasi belajar, minat, persepsi siswa terhadap guru, sikap maupun kondisi fisik dan psikis siswa yang meliputi kompetensi guru, metode mengajar, kurikulum, keluarga dan fasilitas belajar.serta, faktor eksternal yakni faktor-faktor yang timbul dari luar individu seperti lingkungan keluarga, motivasi lingkungan sekitar, serta sarana dan prasarana pembelajaran. Selain itu, faktor internal dan eksternal tersebut akan secara langsung mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman belajar siswa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pengetahuan (C1) dan pemahaman belajar siswa (C2) dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika pengetahuan dan pemahaman belajar siswa telah dikatakan baik maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan baik pula. Begitupun sebaliknya, apabila pengetahuan (C1) dan pemahaman belajar siswa (C2) kurang maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Guru telah melakukan berbagai upaya guna memperbaiki kualitas proses belajar mengajar agar tujuan pembelajarannya tercapai. Upaya kearah peningkatan terutama dalm pelajaran ekonomi terus dilakukan dengan perbaikan dalam strategi pembelajaran, metode serta teknik pelaksanaan pembelajaran yang lebih mengarah kepada strategi yang dapat mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center) sehingga diharapkan prestasi belajar siswa menjadi meningkat dan lebih baik. Para pakar pendidikan berusaha menawarkan berbagai model dan metode pembelajaran yang tepat untuk membuat prestasi siswa menjadi lebih baik. Salah satu teknik pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi lebih aktif adalah teknik pembelajaran Group Investigation dan Think-Pair-Share. Model dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMAN 1 Parongong masih jarang digunakan, hal ini terbukti dari faktanya yaitu:

1. Guru masih kurang berinovasi dalam menggunakan berbagai model pembelajaran 2. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional berupa penggunaan teknik ceramah dalam pembelajaran 3. Masih kurang lengkapnya buku pembelajaran di perpustakaan sehingga referensinya masih kurang. Dengan adanya masalah-masalah tersebut, dan berdasarkan pengamatan sementara, maka terlihat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi kelas X di SMAN 1 Parongpong menunjukan gejala: 1. Kurang terjadinya pembelajaran siswa yang aktif dan kreatif 2. Kurang terjadinya pembelajaran yang menyenangkan 3. Kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima materi di dalam kelas 4. Kurangnya berfikir kritis pada siswa 5. Kurangnya pemahaman siswa 6. Masih banyaknya hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka salah satu usaha yang akan ditempuh adalah dengan penggunaan model dan teknik pembelajaran yang dapat menbuat siswa menjadi aktif, kreatif, menyenangkan, konsentrasi dan berpikir kritis. Salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam mengatasi masalah diatas adalah teknik pembelajaran Group Investigation dan Think-Pair-Share Dalam prakteknya dengan teknik ini guru dapat menggali kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa, mengasah daya pikir juga siswa menjadi lebih kreatif dan kritis, berani menuangkan ide dan gagasannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga pemahaman belajar siswa menjadi baik. Dengan demikian aktivitas belajar dipusatkan pada siswa dan guru bertugas sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Dari pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitan mengenai penerapan teknik pembelajaran Group Investigation dan Think-Pair-Share terhadap mata pelajaran ekonomi. Dengan pembelajaran menggunakan teknik ini diharapkan siswa dapat termotivasi dalam proses belajar sehingga hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik. Diangkat dari pernyataan tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul; Penggunaan Model Cooperative Learning Teknik Group Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS) TerhadapHasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Konsep Ekonomi Dalam Kaitannya Dengan Kegiatan Ekonomi Konsumen dan Produsen di Kelas X di SMAN 1 Parongpong Tahun Ajaran 2013-2014). 1.2 Rumusan Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah penggunaan metode yang digunakan oleh guru daam proses pembelajaran ekonomi. Berdasarkan latar belakang masalah dan faktor diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada tes awal (pre test) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model Cooperative Learning teknik Group Investigation? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada tes awal (pretest) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model Cooperative Learning teknik Think- Pair-Share? 3. Apakah terdapat perbedaam hasil belajar siswa pada test awal (pre test) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model konvensional pada kelas kontrol? 4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan modelcooperative Learning teknik Group Investigation dengan kelas control?

5. Apakah terdapat perbedaam hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan modelcooperative Learning teknik Think-Pair-Share dengan kelas kontrol? 6. Apakah terdapat perbedaanhasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model Cooperative Learningteknik Group Investigation dengan kelas yang menggunakan model Cooperative Learning teknikthink-pair-share? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada tes awal (pre test) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model Cooperative Learning teknik Group Investigation. 2. Untuk mengetahuiperbedaan hasil belajar siswa pada tes awal (pre test) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model Cooperative Learning teknik Think-Pair-Share. 3. Untuk mengetahuiperbedaam hasil belajar siswa pada test awal (pre test) dengan tes akhir (post test) yang menggunakan model konvensional. 4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan modelcooperative Learning teknik Group Investigationdengan kelas kontrol. 5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan modelcooperative Learning teknik Think-Pair-Share dengan kelas kontrol. 6. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model Cooperative Learning teknikgroup Investigation dengan kelas yang menggunakan model Cooperative Learning teknikthink-pair- Share.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat lebih meingkatkan hasil belajar siswa dan memperkaya ilmu pendidikan bagi guru khususnya dalam penggunaan model Cooperative Learning teknik Group Investigation dan Think-Pair- Share terhadap hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga sebagai kajian lebih lanjut khususnya tentang pengaruh model Cooperative Learning teknik Group Investigation dan Think-Pair-Share terhadap hasil belajar siswa untuk kepentingan dunia praktis, dan bisa juga dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.