GUBERNUR MALUKU UTARA PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

dokumen-dokumen yang mirip
JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 53 TAHUN No. 53, 2017 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 92 TAHUN 2009 TENTANG DATABASE PENCATATAN DAN PELAPORAN PENANGGANAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Transkripsi:

GUBERNUR MALUKU UTARA PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU UTARA, a. bahwa perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan tanggung jawab Pemerintah dalam rangka menegakkan hak asasi manusia; b. bahwa perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan di Maluku Utara masih terus terjadi namun belum tertangani secara maksimal; c. bahwa untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman dan tindak kekerasan tersebut, perlu dilakukan pencegahan, pelayanan terpadu dan berkelanjutan kepada perempuan dan anak korban kekerasanan sebagaimana ketentuan perundang-undangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pelayanan ~ 164 ~

Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Eliminatian of All Forms of Discrimination Againts Women) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3668); 3. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Baru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3895); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 95); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125); 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. ~ 165 ~

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64) 8. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 15); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH MALUKU UTARA Dan GUBERNUR MALUKU UTARA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Maluku Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 3. Gubernur adalah Gubernur Maluku Utara. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku Utara. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disingkat, SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara yang menyelenggarakan ~ 166 ~

urusan pemerintahan daerah di bidang Permberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana. 6. Kekerasan adalah setiap perbuatan yang berakibat atau dapat mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan baik fisik, seksual, ekonomi, sosial, dan psikis terhadap korban. 7. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit dan cidera fisik terhadap korban. 8. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. 9. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual, baik dengan tidak wajar atau disukai dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. 10. Pelayanan adalah tindakan yang harus segera dilakukan kepada korban kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk perlindungan. 11. Perlindungan adalah suatu bentuk fasilitasi pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya. 12. Korban adalah orang yang mengalami kesengsaraan dan atau penderitaan baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari kekerasan terhadap perempuan dan anak. 13. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. 14. Pendamping adalah orang atau perwakilan dan lembaga yang mempunyai keahlian melakukan pendampingan korban untuk melakukan konseling dan advokasi guna penguatan dan pemulihan diri korban kekerasan. ~ 167 ~

15. Pusat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disingkat PPT adalah lembaga penyedia layanan terhadap korban kekerasan yang berbasis Rumah Sakit dikelola secara bersama-sama dalam bentuk pelayanan medis (termasuk medico legal) psico-sosial dan pelayanan hukum. 16. Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah dan unsur masyarakat non Pegawai Negeri Sipil Daerah yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pusat Pelayanan Terpadu berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 17. Rumah aman adalah tempat tinggal sementara yang digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap korban sesuai dengan standar operasional yang ditentukan. 18. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, organisasi sosial dan atau organisasi kemasyarakatan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian kesatu Asas Pasal 2 Penyelenggaraan Peraturan Daerah tentang perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan berasaskan pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhineka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, keseimbangan, keserasian, keselarasan, tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, penghormatan terhadap hak-hak korban, keadilan dan kesetaraan gender, non dikriminasi, kepentingan terbaik bagi korban. ~ 168 ~

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Penyelenggaraan perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan bertujuan: 1. mencegah terjadi berulangnya kekerasan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan; 2. memfasilitasi upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan. BAB III Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini meliputi: 1. Hak-hak Korban; 2. Kewajiban dan Tanggungjawab; 3. Pelayanan; 4. Pendampingan; 5. Prosedur dan Tata Cara Pelayanan 6. Penganggaran; 7. Pembinaan dan Pengawasan; BAB IV HAK-HAK KORBAN Pasal 5 Setiap korban berhak untuk mendapatkan perlindungan, informasi, pelayanan terpadu, penanganan berkelanjutan sampai tahap rehabilitasi dan penanganan secara rahasia baik dari individu, kelompok atau lembaga pemerintah maupun masyarakat. Pasal 6 Dalam hal terjadi kekerasan, setiap korban berhak mendapatkan perlindungan dan pelayanan, baik secara psikologis maupun ~ 169 ~

hukum serta mendapatkan jaminan atas hak-haknya yang berkaitan dengan statusnya sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat. BAB V KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 7 (1) Pemerintah Provinsi berkewajiban dan bertanggungjawab untuk melaksanakan upaya pencegahan terjadinya kekerasan, dalam bentuk: a. mengumpulkan data dan informasi tentang perempuan dan anak korban kekerasan. b. melaksanakan pendidikan dan pembimbingan tentang anti kekerasanan dan perlindungan pada perempuan dan anak korban kekerasan. c. melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan. d. mendirikan dan menfasilitasi terselenggarakannya pusat pelayanan terpadu untuk korban dengan melibatkan unsur masyarakat. e. mendorong kepedulian masyarakat tentang pentingnya perlindungan terhadap korban. (2). Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang menyelenggaran urusan Pemerintahan Daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana. Pasal 8 Setiap orang yang melihat, mendengar atau mengetahui terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak wajib mencegah terjadinya kekerasan, memberikan perlindungan ~ 170 ~

kepada korban kekerasan dan membantu proses pengajuan permohonan perlindungan. BAB VI PELAYANAN Pasal 9 (1) Pelayanan terhadap korban merupakan urusan pelayanan wajib yang dilakukan secara terpadu dalam wadah Pusat Pelayanan Terpadu yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini serta berkedudukan di Ibukota Provinsi. (2) Pusat Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Unit Pelaksana Teknis SKPD yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana. (3) Pusat Pelayanan Terpadu dapat menerima rujukan kasus dari Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas pokok dan fungsi Pusat Pelayanan Terpadu diatur dengan Peraturan Gubernur. Pasal 10 (1) Bentuk-bentuk pelayanan terhadap korban yang diselenggarakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, meliputi: a. pelayanan medis dan paramedis berupa perawatan dan pemulihan luka-luka dan akibat fisik yang lain bertujuan untuk pemulihan kondisi fisik korban; b. pelayanan medicolegal merupakan bentuk layanan medis untuk kepentingan pembuktian di bidang hukum; c. pelayanan psikososial merupakan pelayanan yang diberikan oleh pendamping dalam rangka memulihkan kondisi traumatis korban, termasuk penyediaan rumah ~ 171 ~

aman untuk melindungi korban dan memberikan dukungan secara sosial sehingga korban mempunyai rasa percaya diri, kekuatan dan kemandirian dalam penyelesaian masalahnya; d. pelayanan bimbingan rohani berupa pelayanan yang diberikan oleh pembimbing rohani dalam rangka penguatan iman dan taqwa sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; e. pelayanan hukum untuk membantu korban dalam menjalani proses pelaporan sampai peradilan; f. pelayanan kemandirian ekonomi berupa layanan untuk pelatihan keterampilan dan memberikan akses ekonomi agar korban dapat mandiri. (2) Mekanisme pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diatur dengan Peraturan Gubernur. (3). Apabila pejabat yang ditunjuk untuk menyelenggarakan perlindungan dan pelayanan tidak melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. (4) Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu yang melanggar prinsipprinsip pelayanan, dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah menentukan dan menetapkan rumah aman atau tempat tinggal alternatif bagi korban. (2) Rumah aman atau tempat tinggal alternatif dapat berada di Ibukota Provinsi, Kabupaten/Kota atau di tempat lain yang ditentukan. (3) Standar pelayanan rumah aman atau tempat tinggal alternatif sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. ~ 172 ~

Pasal 12 Penyelenggaraan pelayanan terhadap korban dilakukan dengan tidak dipungut biaya, cepat, aman, empati, non diskriminasi, mudah dijangkau dan adanya jaminan kerahasiaan. Pasal 13 (1) Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu berkewajiban menyelenggarakan layanan sesuai dengan prinsip-prinsip layanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12. (2) Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu yang berstatus Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu yang berstatus non Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dikenakan sanksi administrasi berupa: a. Peringatan, dan/atau b. Pemberhentian. BAB VII PENDAMPINGAN Pasal 14 Pendampingan dilakukan oleh orang atau lembaga yang mempunyai keahlian untuk melakukan konseling, terapi, bimbingan rohani dan nasihat hukum guna penguatan dan pemulihan diri korban. Pasal 15 (1) Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dilakukan oleh tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan ~ 173 ~

pendamping, advokat, dan pembimbing rohani yang diakui Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah. (2) Syarat dan kualifikasi tenaga pendampingan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Gubernur berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PENGANGGARAN Pasal 16 (1) Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dilaksanakan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Maluku Utara. (2) Pemerintah Daerah dan DPRD wajib menyediakan anggaran pada setiap tahun anggaran berdasarkan kebutuhan nyata Pusat Pelayanan Terpadu. Pasal 17 (1) Dalam hal tidak tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran kas untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan Pusat Pelayanan Terpadu. (2) Terhadap pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah menyampaikan kepada DPRD sebelum pengajuan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Perubahan APBD atau dicantumkan dalam laporan realisasi anggaran apabila pengeluaran kas dilaksanakan setelah perubahan APBD. ~ 174 ~

BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 (1) Pembinaan dan Pengawasan terhadap penyelenggaraan Pusat Pelayanan Terpadu dilaksanakan oleh Gubernur. (2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur dapat melimpahkan kepada pejabat pada SKPD yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah dapat melaksanakan kegiatan Pusat Pelayanan Terpadu berdasarkan Peraturan Daerah ini sepanjang belum diundangkannya Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Maluku Utara. (2) Peraturan Daerah yang mengatur tentang organisasi dan tata kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana beserta ketentuan pelaksanaannya wajib disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini. ~ 175 ~

BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara. Ditetapkan Di Sofifi Pada Tanggal, 19 Juli 2013 GUBERNUR MALUKU UTARA, Diundangkan Di Sofifi Pada Tanggal, 19 Juli 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA, THAIB ARMAIYN A. MADJID HUSEN (LEMBARAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2013 NOMOR 5 ) ~ 176 ~

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN I. UMUM Negara memiliki kewajiban untuk memberikan rasa aman warga negaranya dari ancaman dan tindakan yang dapat mengganggu atau merusak keamanan kejiwaan, fisik, seksual maupun ekonomi, hal tersebut secara filosofis dinyatakan pada pembukaan UUD 1945, bahwa tujuan dibentuknya negara Kesatuan Republik Indonesia, yang pertama adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Oleh karena Indonesia telah menandatangani Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM 1948) dan meratifikasi CEDAW (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala macam bentuk diskriminasi terhadap perempuan), Konvensi Hak Anak (Kepres Nomor 36 Tahun 1990), maka wajib mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Begitu pula dalam UUD 1945 amandemen keempat, Bab XA UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia adalah tanggungjawab negara terutama Pemerintah. Selanjutnya, dalam Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan terhadap Perempuan sebagai Ibu bangsa dan anak sebagai penerus bangsa merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga wajib dilindungi dan dijaga kehormatan, martabat dan harga dirinya secara wajar dan proporsional, baik secara hukum, ekonomi, ~ 177 ~

politik, sosial dan budaya tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Dan serangkaian ketentuan di atas, maka pemerintah bertanggungjawab untuk melakukan tindakan-tindakan baik secara hukum, politik, ekonomi maupun sosial untuk mencegah, menekan, mengurangi dan menghapuskan sebagala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak karena hal tersebut merupakan kejahatan terhadap eksistensi manusia. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Penghormatan terhadap hak-hak korban dimaksudkan untuk terpenuhinya hak-hak korban. Keadilan gender merupakan suatu proses untuk menjadi adil terhadap lakilaki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. a. Tidak diskriminatif adalah sikap dan perlakuan terhadap korban dengan tidak melakukan pembedaan atas dasar usia, jenis kelamin, ras, suku, agama dan antar golongan. b. Kepentingan yang terbaik bagi korban adalaah semua tindakan yang menyangkut korban yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif sesuai dengan tujuan penyelenggaraan perlindungan. Pasal 3 ~ 178 ~

Pasal 4 Pasal 5 Yang dimaksud dengan mendapatkan perlindungan adalah mendapatkan perlindungan dari individu, kelompok atau lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Yang dimaksud dengan mendapatkan informasi tentang keberadaan tempat pengaduan PPT adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan hak-hak korban dan terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perlindungan dan pelayanan serta perkembangan penanganan perkara. Yang dimaksud dengan penanganan berkelanjutan adalah penanganan yang tidak hanya berhenti sampai pada penyembuhan fisik dan psikis tetapi sampai korban dapat menjalani kehidupannya kembali dalam masyarakat termasuk pemulihan nama baik. Pasal 6 Yang dimaksudkan mendapatkan perlindungan dan pelayanan secara psikologi maupun hukum pada setiap tingkatan pemeriksaan dan selama proses peradilan dilaksanan. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 ~ 179 ~

Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) Ketentuan Perundang-undangan yang dimaksudkan adalah ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah. Ayat (3) Non Pegawai Negeri Sipil Daerah yang dimaksud adalah Pegawai Negeri Sipil dan bukan Pegawai Negeri Sipil. Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat 1 Ayat 2 ~ 180 ~

Pasal 19 Pasal 20 (TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2013 NOMOR 4 ) ~ 181 ~