BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dapat berasal dari aneurisma, shunts, emboli, pelepasan enzim maupun protein jantung, stenosis, thrombus, dan inkompetensi katub (Kowalak, 2011) yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi jantung. Perubahan fungsi jantung ini berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan akan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh. Adapun penyebab atau faktor resiko (Syamsudin, 2011) penyakit kardiovaskular yaitu kebiasaan merokok, berat badan berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, kadar lemak dan gula yang tinggi, serta hipertensi. Hal ini dapat menjadi kondisi yang serius dan dapat menyebabkan kematian apabila tanpa tatalaksana yang tepat. Faktor sosial masyarakat berdasarkan analisa data sekunder Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa pola makan atau diet erat kaitannya dengan kejadian penyakit Kardiovaskular (CVD). Pola makan atau diet merupakan salah satu faktor lingkungan utama penyebab penyakit kardiovaskular terutama PJK. Peranan faktor sosial sebagai penentu terhadap status derajat kesehatan terutama penyakit kardiovaskular antara lain kemiskinan, stress, pekerjaan, pendidikan, aktifitas fisik, addiksi obat, alkohol serta pola makan. Dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan kebijakan pelaksanaan pengendalian faktor resiko. Mengenali dan menanggulangi faktor resiko penyakit dengan hidup sehat yang mandiri dalam 1
2 pencegahan dan penanggulangan penyakit. Perawatan diri dapat menjadi indikator kesehatan secara umum bahwa kebanyakan dari kita perlu menjaga aktivitas fisik (olahraga), makan makanan sehat, kebersihan yang baik, pengobatan sendiri, dan menghindari risiko pengganggu kesehatan seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang pada 28 April 2013, pada umumnya pasien-pasien penyakit jantung yang dirawat di Instalasi Rawat Inap mengalami kesulitan dalam self-care dan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Saat wawancara, pasien mengatakan setelah menderita penyakit jantung mengalami keluhan cepat lelah, sesak nafas, terkadang nyeri, dan tidak bisa beraktifitas seperti semula yang berdampak pada kualitas hidupnya menjadi menurun. Berdasarkan rekam medis pada tahun 2011 terdapat pasien sebanyak 2.579 sebagai pengunjung lama dan 716 pengunjung baru yang terdiagnose sebagai penyakit kardiovaskular, pada tahun 2012 pengunjung lama sebanyak 3.155 dan pengunjung baru 692, sedangkan tahun 2013 pasien sebagai pengunjung lama adalah sebanyak 3.205 dan pengunjung baru 661 pasien. Pada tahun 2014, pasien penyakit kardiovaskular yang di rawat inap di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang pada bulan Januari adalah 130 sebagai pasien yang keluar hidup dan 23 pasien meninggal, kemudian pada bulan Februari pasien dengan status keluar hidup sejumlah 135 dan meninggal 19, sedangkan bulan Maret 176 pasien keluar hidup dan 26 meninggal. Pasien penyakit kardiovaskular yang di rawat inap rata-rata perminggunya adalah 44 pasien. Prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia, terdapat 7,2 % penduduk menderita penyakit kardiovaskular (Riskesdas, 2007). Sedangkan angka mortalitas
3 sebanyak 31,9 % disebabkan oleh penyakit kardioserebrovaskular yaitu penyakit jantung, stroke, dan pembuluh darah perifer (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008). Penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang wanita dibanding pria. Adanya perubahan fisiologis dan kondisi kronis terhadap kesehatan sangat berpengaruh terhadap perubahan kualitas hidup seseorang (Black & Hawks, 2009). Namun tidak secara langsung mempengaruhi perubahan kualitas hidup tetapi diawali dengan timbulnya keterbatasan fungsional yang merujuk pada keterbatasan fisik, sosial, fungsi peran, dan fungsi mental sebagai dampak dari salah satu penyakit kardiovaskular. Perawatan mandiri menjadi bagian penting dalam perawatan pasien penyakit jantung (Stromberg, Jaarsma, dan Riegel, 2012). Pasien dengan penyakit kronis seperti penderita penyakit kardiovaskular, memerlukan self-care untuk pasien dapat mengenal adanya perubahan gejala dan tanda (misalnya sesak, nyeri dada, atau edem). Pasien perlu dibantu untuk memilih praktik perawatan diri yang dapat meningkatkan penyesuaian terhadap penyakit (missal: mempertahankan program latihan/istirahat yang seimbang). Memberikan bantuan, supervise, dan penyuluhan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan praktik perawatan diri dan rasa percaya diri (Mi Ja Kim, 2005). Kemampuan self-care yang diperoleh melalui pengalaman menderita penyakit kronis akan berdampak pada perubahan gaya hidup dan secara langsung mempengaruhi kualitas hidup pasien itu sendiri (Smeltzer et.al. 2010). Pasien dengan penyakit kardiovaskular akan berefek pada kualitas hidupnya karena jantung organ terpenting tubuh, kelainan pada jantung dapat beresiko kematian. Tanpa pendidikan yang tegas mengenai harapan masa depan tentang kuantitas dan kualitas hidup, pasien dan keluarga inadekuat untuk membuat
4 keputusan penting tentang arah yang optimal dari pengobatan mereka (Allen, Gheorghiade, Reid et.al., 2011). Kebanyakan pasien yang memiliki gejala fisik minimal, mampu untuk melakukan pekerjaan serta tidak menunjukkan kecemasan, dan melaporkan memiliki kualitas hidup yang sangat baik (Heo, Doering, Widener, & Moser, 2008). Perawatan diri dapat memiliki dampak penting terhadap kesehatan. Kemampuan perawatan mandiri (self-care) selalu menjadi salah satu konsep kunci dari manajemen penyakit dan program untuk berbagai jenis penyakit kronis. Hal ini sering menjadi sebuah pernyataan bahwa perawatan mandiri adalah biaya-efektif. Namun, dalam banyak studi sulit untuk memperoleh efek perawatan diri dengan tepat karena intervensi dan juga mencakup komponen lainnya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang.
5 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi self-care assistance pada pasien penyakit Kardiovaskular. 1.3.2.2 Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien dengan penyakit Kardiovaskular. 1.3.2.3 Menganalisis hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang kemampuan perawatan mandiri dihubungkan dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular. Sebagai tambahan informasi dan acuan untuk peneliti lain yang tertarik melakukan atau melanjutkan penelitian self care dan kualitas hidup pasien penyakit jantung. 1.4.2 Bagi Praktisi Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan oleh perawat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan peran sebagai motivator yang memberikan dorongan pada pasien dengan penyakit jantung agar melaksanakan self -care ketika di rumah. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi agar mengetahui pentingnya melaksanakan aplikasi selfcare dalam ilmu keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
6 1.4.4 Bagi Pasien Penyakit Jantung Untuk mengoptimalkan aplikasi self-care dengan cara menerapkan self-care dalam aktivitas sehari-hari sehingga dapat memampukan kondisi pasien sendiri dengan kekuatan yang optimum, serta tercapainya peningkatan kualitas hidup pasien. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Britz dan Dunn (2010) dalam Kaawoan (2012) yang merupakan studi deskripsi untuk mengidentifikasi kemampuan self-care pasien heart failure yang dihubungkan dengan perubahan kualitas hidup, hasilnya menunjukan bahwa hanya self-care confidence dan persepsi yang baik terhadap kesehatan yang mempunyai hubungan signifikan dengan peningkatan kualitas hidup. Menurut penelitian Rochmayanti (2011) terdapat hubungan yaitu ansietas, depresi, koping, dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Pelni Jakarta dengan melihat arah korelasi positif atau semakin tinggi maka bearti kualitas hidup semakin baik. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282250-t%20rochmayanti.pdf yang diakses pada tanggal Wednesday, October 30, 2013 1:04:13 AM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penelitian ini pada selfcare assistance pasien yang mencangkup dari penyakit kardiovaskular. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan
7 pasien penyakit jantung yang berada di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang sebagai subjek penelitian. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul skripsi ini, maka beberapa istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Self-care assistance merupakan tindakan pribadi untuk melakukan kegiatan perawatan diri dasar dan aktivitas instrumental sehari-hari (Moorhead dkk, 2012). Dalam penelitian ini yang dimaksud perawatan mandiri adalah makan, mandi, kemampuan berpakaian, membersihkan diri (cuci muka, bersisir, bercukur, menggosok gigi), BAB, BAK, kemampuan di WC (membuka celana, cebok, menyiram WC), mobilisasi, berjalan di jalan yang datar, dan kemampuan naik turun tangga. 2. Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam kontek budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup mereka, harapan, standar dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan lingkungan mereka (WHO, 1997). Dalam penelitian ini yang dimaksud kualitas hidup adalah kondisi fisik, kondisi psikologis, hubungan sosial, dan kondisi lingkungan. 3. Penyakit Kardiovaskular (CVD) didefinisikan sebagai kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah yang melalui bilik jantung, aliran darah miokard, serta sirkulasi perifer yang menyebabkan
8 perubahan-perubahan dalam fungsi jantung (Poter dan Perry, 2010). Sampai saat ini gangguan jantung/ pembuluh darah terutama disebabkan infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari-hari masih merupakan angka tertinggi.