BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular dapat berasal dari aneurisma, shunts, emboli, pelepasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dapat berasal dari aneurisma, shunts, emboli, pelepasan enzim maupun protein jantung, stenosis, thrombus, dan inkompetensi katub (Kowalak, 2011) yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi jantung. Perubahan fungsi jantung ini berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan akan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh. Adapun penyebab atau faktor resiko (Syamsudin, 2011) penyakit kardiovaskular yaitu kebiasaan merokok, berat badan berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, kadar lemak dan gula yang tinggi, serta hipertensi. Hal ini dapat menjadi kondisi yang serius dan dapat menyebabkan kematian apabila tanpa tatalaksana yang tepat. Faktor sosial masyarakat berdasarkan analisa data sekunder Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa pola makan atau diet erat kaitannya dengan kejadian penyakit Kardiovaskular (CVD). Pola makan atau diet merupakan salah satu faktor lingkungan utama penyebab penyakit kardiovaskular terutama PJK. Peranan faktor sosial sebagai penentu terhadap status derajat kesehatan terutama penyakit kardiovaskular antara lain kemiskinan, stress, pekerjaan, pendidikan, aktifitas fisik, addiksi obat, alkohol serta pola makan. Dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan kebijakan pelaksanaan pengendalian faktor resiko. Mengenali dan menanggulangi faktor resiko penyakit dengan hidup sehat yang mandiri dalam 1

2 pencegahan dan penanggulangan penyakit. Perawatan diri dapat menjadi indikator kesehatan secara umum bahwa kebanyakan dari kita perlu menjaga aktivitas fisik (olahraga), makan makanan sehat, kebersihan yang baik, pengobatan sendiri, dan menghindari risiko pengganggu kesehatan seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang pada 28 April 2013, pada umumnya pasien-pasien penyakit jantung yang dirawat di Instalasi Rawat Inap mengalami kesulitan dalam self-care dan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Saat wawancara, pasien mengatakan setelah menderita penyakit jantung mengalami keluhan cepat lelah, sesak nafas, terkadang nyeri, dan tidak bisa beraktifitas seperti semula yang berdampak pada kualitas hidupnya menjadi menurun. Berdasarkan rekam medis pada tahun 2011 terdapat pasien sebanyak 2.579 sebagai pengunjung lama dan 716 pengunjung baru yang terdiagnose sebagai penyakit kardiovaskular, pada tahun 2012 pengunjung lama sebanyak 3.155 dan pengunjung baru 692, sedangkan tahun 2013 pasien sebagai pengunjung lama adalah sebanyak 3.205 dan pengunjung baru 661 pasien. Pada tahun 2014, pasien penyakit kardiovaskular yang di rawat inap di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang pada bulan Januari adalah 130 sebagai pasien yang keluar hidup dan 23 pasien meninggal, kemudian pada bulan Februari pasien dengan status keluar hidup sejumlah 135 dan meninggal 19, sedangkan bulan Maret 176 pasien keluar hidup dan 26 meninggal. Pasien penyakit kardiovaskular yang di rawat inap rata-rata perminggunya adalah 44 pasien. Prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia, terdapat 7,2 % penduduk menderita penyakit kardiovaskular (Riskesdas, 2007). Sedangkan angka mortalitas

3 sebanyak 31,9 % disebabkan oleh penyakit kardioserebrovaskular yaitu penyakit jantung, stroke, dan pembuluh darah perifer (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008). Penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang wanita dibanding pria. Adanya perubahan fisiologis dan kondisi kronis terhadap kesehatan sangat berpengaruh terhadap perubahan kualitas hidup seseorang (Black & Hawks, 2009). Namun tidak secara langsung mempengaruhi perubahan kualitas hidup tetapi diawali dengan timbulnya keterbatasan fungsional yang merujuk pada keterbatasan fisik, sosial, fungsi peran, dan fungsi mental sebagai dampak dari salah satu penyakit kardiovaskular. Perawatan mandiri menjadi bagian penting dalam perawatan pasien penyakit jantung (Stromberg, Jaarsma, dan Riegel, 2012). Pasien dengan penyakit kronis seperti penderita penyakit kardiovaskular, memerlukan self-care untuk pasien dapat mengenal adanya perubahan gejala dan tanda (misalnya sesak, nyeri dada, atau edem). Pasien perlu dibantu untuk memilih praktik perawatan diri yang dapat meningkatkan penyesuaian terhadap penyakit (missal: mempertahankan program latihan/istirahat yang seimbang). Memberikan bantuan, supervise, dan penyuluhan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan praktik perawatan diri dan rasa percaya diri (Mi Ja Kim, 2005). Kemampuan self-care yang diperoleh melalui pengalaman menderita penyakit kronis akan berdampak pada perubahan gaya hidup dan secara langsung mempengaruhi kualitas hidup pasien itu sendiri (Smeltzer et.al. 2010). Pasien dengan penyakit kardiovaskular akan berefek pada kualitas hidupnya karena jantung organ terpenting tubuh, kelainan pada jantung dapat beresiko kematian. Tanpa pendidikan yang tegas mengenai harapan masa depan tentang kuantitas dan kualitas hidup, pasien dan keluarga inadekuat untuk membuat

4 keputusan penting tentang arah yang optimal dari pengobatan mereka (Allen, Gheorghiade, Reid et.al., 2011). Kebanyakan pasien yang memiliki gejala fisik minimal, mampu untuk melakukan pekerjaan serta tidak menunjukkan kecemasan, dan melaporkan memiliki kualitas hidup yang sangat baik (Heo, Doering, Widener, & Moser, 2008). Perawatan diri dapat memiliki dampak penting terhadap kesehatan. Kemampuan perawatan mandiri (self-care) selalu menjadi salah satu konsep kunci dari manajemen penyakit dan program untuk berbagai jenis penyakit kronis. Hal ini sering menjadi sebuah pernyataan bahwa perawatan mandiri adalah biaya-efektif. Namun, dalam banyak studi sulit untuk memperoleh efek perawatan diri dengan tepat karena intervensi dan juga mencakup komponen lainnya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi self-care assistance pada pasien penyakit Kardiovaskular. 1.3.2.2 Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien dengan penyakit Kardiovaskular. 1.3.2.3 Menganalisis hubungan self-care assistance dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang kemampuan perawatan mandiri dihubungkan dengan kualitas hidup pada pasien penyakit Kardiovaskular. Sebagai tambahan informasi dan acuan untuk peneliti lain yang tertarik melakukan atau melanjutkan penelitian self care dan kualitas hidup pasien penyakit jantung. 1.4.2 Bagi Praktisi Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan oleh perawat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan peran sebagai motivator yang memberikan dorongan pada pasien dengan penyakit jantung agar melaksanakan self -care ketika di rumah. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi agar mengetahui pentingnya melaksanakan aplikasi selfcare dalam ilmu keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.

6 1.4.4 Bagi Pasien Penyakit Jantung Untuk mengoptimalkan aplikasi self-care dengan cara menerapkan self-care dalam aktivitas sehari-hari sehingga dapat memampukan kondisi pasien sendiri dengan kekuatan yang optimum, serta tercapainya peningkatan kualitas hidup pasien. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Britz dan Dunn (2010) dalam Kaawoan (2012) yang merupakan studi deskripsi untuk mengidentifikasi kemampuan self-care pasien heart failure yang dihubungkan dengan perubahan kualitas hidup, hasilnya menunjukan bahwa hanya self-care confidence dan persepsi yang baik terhadap kesehatan yang mempunyai hubungan signifikan dengan peningkatan kualitas hidup. Menurut penelitian Rochmayanti (2011) terdapat hubungan yaitu ansietas, depresi, koping, dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Pelni Jakarta dengan melihat arah korelasi positif atau semakin tinggi maka bearti kualitas hidup semakin baik. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282250-t%20rochmayanti.pdf yang diakses pada tanggal Wednesday, October 30, 2013 1:04:13 AM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penelitian ini pada selfcare assistance pasien yang mencangkup dari penyakit kardiovaskular. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan

7 pasien penyakit jantung yang berada di Ruang Rawat Inap RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang sebagai subjek penelitian. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul skripsi ini, maka beberapa istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Self-care assistance merupakan tindakan pribadi untuk melakukan kegiatan perawatan diri dasar dan aktivitas instrumental sehari-hari (Moorhead dkk, 2012). Dalam penelitian ini yang dimaksud perawatan mandiri adalah makan, mandi, kemampuan berpakaian, membersihkan diri (cuci muka, bersisir, bercukur, menggosok gigi), BAB, BAK, kemampuan di WC (membuka celana, cebok, menyiram WC), mobilisasi, berjalan di jalan yang datar, dan kemampuan naik turun tangga. 2. Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam kontek budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup mereka, harapan, standar dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan lingkungan mereka (WHO, 1997). Dalam penelitian ini yang dimaksud kualitas hidup adalah kondisi fisik, kondisi psikologis, hubungan sosial, dan kondisi lingkungan. 3. Penyakit Kardiovaskular (CVD) didefinisikan sebagai kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah yang melalui bilik jantung, aliran darah miokard, serta sirkulasi perifer yang menyebabkan

8 perubahan-perubahan dalam fungsi jantung (Poter dan Perry, 2010). Sampai saat ini gangguan jantung/ pembuluh darah terutama disebabkan infeksi, dan kesalahan dalam pola hidup sehari-hari masih merupakan angka tertinggi.