BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris Siswa Kelas XI SMK Yapek Gombong dengan Metode Example Non-Example

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Mukhlisotun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I. daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Pendidikan dasar mempunyai. tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek keterampilan yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan penjelasan pendapat dari para ahli yang mendukung suatu penelitian. Penjelasan teori tersebut juga berbeda-beda namun menuju pada objek yang sama. Pembahasan teori ini berisi tentang pembelajaran Cooperative Learning dan hasil belajar aspek menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia. 2.1.1 Menulis Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 1983 : 4). Hal ini dapat diartikan bahwa dalam menulis harus diimbangi dengan adanya keterampilan yang lain. Inilah yang juga membuktikan bahwa menulis itu bukanlah hal yang mudah. Kemampuan seseorang untuk menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam menulis sebagai hasil dari keunikan pribadinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Johnson (2009 : 213) pernyataan bahwa kita ditakdirkan menjadi kreatif sesuai dengan penemuan, ilmuwan modern yang mengatakan bahwa prinsip diferensiasi telah menghasilkan semacam keanekaragaman di alam semesta sehingga tidak ada dua sel pun yang serupa. Dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat komponen yang sangat penting yakni tercapainya suatu tujuan. Kompetensi sebagai karakteristik yang sangat menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan / kegiatan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku. 6

7 Sebagai bagian dari kemampuan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks (Heaton dalam Slamet, 2007:141). Dengan demikian keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Menurut Donn Byrne dalam Slamet (2007:141) keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekeras kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Dalam pembelajaran menulis terdiri dari dua tahap yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain : (a) Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan cerita. (b) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf. (c) Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia. (d) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya. (e) Membuat karangan dengan gambar seri. (f) Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas. Berdasarkan metode penulisan yang telah disebutkan, perlu diperhatikan oleh agar hasil tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan tersebut, yaitu: 1) isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan; 2) bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat; 3) tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;

8 4) gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap karangan 5) penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek menulis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Kompetensi Dasar Kelas 3 tentang mengarang berdasarkan gambar seri yaitu KD 8. Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik. 2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning Model pembelajaran Cooperative Learning ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu,proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, sedangkan aktif adalah peserta didik dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pada dasarnya model pembelajaran Cooperative Learning bukan hanya sekedar belajar berkelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka. Menurut Lie (2002:189) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan menurut Slavin (2009:15) Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Adapun menurut Abdurrahman dan Bintoro (2007:190) Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

9 Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah teknik mengelompokkan peserta didik untuk bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri atas 4-6 orang yang memeliki tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tujuan dari model pembelajaran Cooperative Learning adalah; a. Hasil belajar akademik Yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. b. Penerimaan terhadap keragaman Yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. c. Pengembangan keterampilan sosial Yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. 2.1.4 Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Kelebihan dari model pembelajaran Cooperative learning adalah sebagai berikut: a. Penerimaan terhadap perbedaan individual yang lebih besar b. Konflik antar pribadi berkurang c. Pemahaman yang lebih mendalam

10 d. Cooperative Learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif e. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik) f. Menambah motivasi dan percaya diri 2.1.5 Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning Kelemahan dari model pembelajaran Cooperative learning adalah; a. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam Cooperative Learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok. b. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. c. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam Cooperative Learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu. Solusi dari kelemahan model Cooperative Learning adalah; a. Guru memberikan arahan kepada siswa bahwa sebaiknya kita tidak boleh membeda-bedakan antara teman yang satu dengan yang lain.

11 b. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan lebih menekankan rasa percaya diri mereka, terutama dalam bekerjasama. c. Guru mengingatkan kepada setiap anggota kelompok bahwa di dalam suatu kelompok masing-masing anggota kelompok harus mendapat pekerjaan dan mereka juga harus dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut. 2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning dapat dituliskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Langkah Indikator Tingkah laku guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi Langkah 3 Langkah 4 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok belajar kepada siswa Guru menginformasikan pengelompokan siswa Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

12 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai keterampilan menulis telah banyak dilakukan oleh praktisi bidang pendidikan maupun para mahasiswa dengan berbagai macam metode, teknik, strategi maupun media yang digunakan berbeda-beda, semuanya memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan. Penelitian-penelitian yang banyak dilakukan pada umumnya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa yang masih rendah dikarenakan berbagai faktor masalah. Meskipun bukan hal yang baru, dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji sesuatu yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu tentang bagaimana peningkatan hasil belajar aspek menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Cooperative Learning siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Mulyaningsih (2009) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Menulis Poster Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Kelas VIII B SMP PGRI 3 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2008/2009 menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa kelas VIII B SMP PGRI 3 Boja, Kabupaten Kendal setelah mengikuti pembelajaran menulis poster melalui teknik klarifikasi nilai mengalami peningkatan. Terlihat dari hasil tes menulis prasiklus, siklus I, dan siklus II yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata tes prasiklus mencapai 61,3, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,7, dengan persentase kenaikan sebesar 6,7%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,12% atau dengan nilai rata-rata sebesar 75,2. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dari prasiklus sampai pada siklus II sebesar 22,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih memiliki persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning. Namun perbedaannya adalah Mulyaningsih melakukan penelitian tentang menulis poster, sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang menulis karangan sederhana.

13 Suhartiningsih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kreativitas dan Kemampuan Aspek Menulis Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Bagi Siswa Kelas IX D SMP Negeri 2 Purwodadi Pada Semester Tahun 2010/2011. Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini terlihat pada peningkatan rata-rata nilai tes yaitu 70 dan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa 85%. Meningkat pula partisipasi siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih memiliki persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek menulis. Namun perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti dan masalah dalam proses tindakan yang dilakukan. 2.3 Kerangka Berpikir Esensi belajar Bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis.untuk itu, pembelajaran bahasa pun harus menekankan aspek kemampuan dan keterampilan berbahasa tanpa melepaskan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.tujuan pembelajaran bahasa adalah membentuk siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkap ide dan gagasan serta membentuk siswa yang terampil dalam berkomunikasi.namun, tujuan tersebut belum dapat terlaksana pada siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar. Hal tersebut disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih klasik yakni dengan metode ceramah. Beberapa alternatif metode pembelajaran mulai banyak berkembang, dan tidak dapat dipungkiri bahwa setiap model atau metode pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan sesuai dengan peran guru dalam pembelajaran yaitu sebagai penyusun instruksional, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan memperhatikan karakteristik metode tersebut. Model yang akan digunakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar aspek menulis siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran

14 Cooperative Learning. Model ini menekankan pada cara belajar siswa secara berkelompok. Masing-masing anggota kelompok dapat saling bertukar pendapat. Selain itu siswa dapat saling bekerjasama untuk bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini akan membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Sehingga siswa dapat bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dan mendapatkan hasil belajar yang meningkat.

15 Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional Hasil belajar siswa masih rendah di bawah KKM 70 Kurangnya kerjasama antar siswa di dalam kelompok Diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Bahasa Indonesia 1. Siswa dilatih bertukar pikiran 2. Siswa dilatih mengungkapkan gagasan secara langsung melalui menulis 3. Siswa dilatih saling bekerjasama 1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan 2. Siswa antusias mengikuti pelajaran 1. Proses pembelajaran dan kemampuan pemahaman siswa meningkat 2. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat 70 Gambar 2.2 Peta Konsep Kerangka Berpikir

16 2.4 Hipotesis Berdasarkan masalah dan kajian pustaka yang telah peneliti paparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah; a. Penerapan model Cooperative Learning berbantuan media gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia akan dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan dengan langkah-langkah yaitu mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, serta mengevaluasi proses pemecahan masalah. b. Peningkatan proses pembelajaran melalui penerapan model Cooperative Learning berbantuan media gambar akan dapat meningkatkan hasil belajar aspek menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 3 SD N 2 Kalangbancar Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan dengan nilai belajar siswa 70 dan mengalami ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia 5 dari KKM 70 yang telah ditentukan oleh sekolah.