BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Lestari Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Willy Eka Cahyadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

METODE JIGSAW II DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI TOKOH PADA NOVEL REMAJA

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

Transkripsi:

1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa siswa dapat dilihat dari berbagai aspek yang diantaranya, kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Kemampuan membaca siswa merupakan salah satu komponen yang menunjang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dengan adanya keterampilan membaca, siswa dapat menemukan jalan untuk mengetahui segala informasi yang ada dan dapat menikmati setiap bahasa yang dituliskan. Menurut Tarigan (1987: 7-8) membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat dan tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Itulah sebabnya membaca sering disebutkan sebagai jendela utama dalam pemaknaan suatu pengetahuan. Dari keterampilan membaca siswa dalam kegiatan berbahasa, mereka pun dituntut untuk dapat menguasai keterampilan membaca dalam pembelajaran sastranya. Sebagai contoh pada karya sastra berbentuk puisi, karya puisi dapat dinikmati ketika dibaca. Pembacaan puisi pun tidak bisa disamakan dengan membaca buku ilmiah, karena pembacanya harus memahami dan mengartikan isi puisi yang dibacanya bahkan mampu menempatkan diri sebagai penyair dari puisinya yang dibacakan. Dari segi pemahaman, pembaca puisi pun hendaknya mampu membacakan puisi dengan benar dan indah, agar pendengar dapat memahami maksud dari puisi yang dibacakan. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa siswa harus mampu menguasai kompetensi membaca indah puisi. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP kelas VII semester II pun telah tercantum kompetensi ajar untuk memahami sebuah teks sastra, melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. Kemampuan membaca puisi tingkat SMP terdapat dalam kompetensi dasar membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi. Pembelajaran membaca puisi merupakan salah satu bentuk apresiasi karya sastra. Salad (2014, hlm.18) menyatakan bahwa seseorang tidak mungkin dapat melakukan baca puisi dengan baik tanpa memiliki apresiasi sastra yang memadai.

2 Namun dalam kegiatan praktiknya, tidak semua siswa memiliki apresiasi sastra dipastikan dapat melakukan baca puisi dengan baik. Bahasa puisi yang indah dan cenderung bermakna menimbulkan perbedaan pada cara membacakannya. Maka ketika puisi akan dibacakan pembaca harus mampu memahami dan menempatkan dirinya sebagai penulis atau penyair dari puisi yang dibacakannya. Dalam pembelajaran sastra memang dibutuhkan kemampuan guru yang berkompeten pada bidang tersebut. Siswa seharusnya tidak hanya dijejali oleh teori atau perintah hafalan nama sastrawan beserta judul karyanya saja, tetapi lebih dari itu. Pembelajaran sastra membutuhkan bentuk konkret yang dapat dinikmati seperti pembacaan puisi yang baik dan benar. Salah satu bentuk wujud apresiasi sastra yang baik adalah tidak hanya dengan mengagumi karyanya saja, namun mampu merasakan seperti apa isi dari karyanya tersebut. Kenyataan yang terjadi adalah munculnya asumsi bahwa sastra hanya merupakan pelajaran untuk kesenangan, bahwa sastra tidak berpotensi mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Peneliti pun ingin mengujicobakan sebuah teknik yang disebut Teknik Olah Sukma. Teknik olah sukma ini merupakan sebuah teknik yang umumnya dilakukan pada saat proses pelatihan teater. Teknik ini merupakan bagian kecil dari proses pelatihan akting pada aktor. Secara singkat teknik latihan ini dapat digunakan untuk melatih kepekaan siswa terhadap proses apresiasi sebuah karya sastra. Selain itu teknik ini bisa melatih vokal, meningkatkan pemahaman dengan intuisinya serta melatih penghayatan yang diperlukan oleh pelaku apresiasi sastra. Atas dasar itulah peneliti ingin menguji penerapannya dalam proses pelatihan membaca indah puisi. Teknik yang lebih umum digunakan pada dunia penokohan atau teater, diuji cobakan serta diterapkan untuk menjawab masalah mengenai sulitnya menghayati puisi. Melalui pendekatan estetis, baca puisi sebenarnya dapat diprogram sebagai kegiatan tersendiri yang bersifat khusus seperti kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan jam tambahan di luar pembelajaran sekolah. Tujuan utamanya tentu saja untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, teori dan praktik, sehingga siswa yang terlibat memiliki keterampilan dan kecakapan, serta kemampuan dan

3 kesanggupan untuk berlatih baca puisi di dalam pembelajaran kelas bahkan di atas panggung pertunjukan yang sesuai dengan konvensi estetis, ukuran, dan kriteria tertentu yang melingkupinya. Dengan demikian, orientasi baca puisi tidak hanya sebagai sebuah tampilan membaca yang biasa saja, namun bisa menjadi sebuah pertunjukan. Penerapan teknik tersebut untuk menjawab banyaknya persoalan yang seringkali ditemukan ketika proses pembelajaran pembacaan puisi di kelas-kelas pembelajaran. Persoalan ini dimulai dari teknik pembelajaran membaca puisi yang diberikan guru masih terkesan monoton dan kurang menarik, kemudian minat siswa yang masih kurang dalam pembelajaran sastra, hingga kesulitan siswa dalam menghayati isi puisi yang berdampak pada kurangnya proses pembacaan puisi yang baik. Kesulitan-kesulitan yang ditemui ini didukung dengan fakta yang terjadi di sekolah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 15 Bandung, peneliti menemukan bahwa ketika siswa dibenturkan dengan pemahaman isi puisi siswa merasa kesulitan, lalu adanya rasa kurang percaya diri ketika harus membacakan puisi di hadapan orang lain dan hal tersebut berpengaruh terhadap penghayatan puisi yang akan dibacakannya karena tidak semua puisi dapat dibacakan dengan lantang atau pun dengan rasa terharu. Menurut siswa, bahasa puisi terlalu rumit dengan pemaknaan yang luas sehingga membingungkan dan berbeda dengan cara membacakan karya prosa atau dialog drama. Jadi, permasalahan utama dari kemampuan membaca indah puisi siswa adalah masih kurangnya rasa percaya diri, kurangnya proses penghayatan dan pemahaman siswa ketika membaca puisi. Kesulitan tersebutlah yang menyebabkan siswa pun tidak meminati pembelajaran sastra khususnya pada pembacaan puisi. Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2009) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Membaca Indah Puisi dengan Menggunakan Metode Pelatihan Dasar menunjukan adanya hasil peningkatan dari metode yang diterapkannya.

4 Penelitian tindak kelas ini sedikitnya mampu membantu proses pembelajaran membaca puisi yang diinginkan. Selain itu penelitian selanjutnya adalah Penggunaan Teknik LOVOS (Latihan Olah Vokal dan Olah Sukma) dalam Pembelajaran Musikalisasi Puisi karya Heriadi (2010). Pada pemaparannya, teknik ini berhasil membuat perubahan pada siswa khususnya dalam hal bermusikalisasi puisi atau lebih luasnya terhadap apresiasi karya sastra. selanjutnya pada penelitian Penerapan Teknik Akting Stanislavski dalam Pembelajaran Membaca Indah Pusi karya Yuliane (2015). Pada penelitian tersebut dipaparkan bahwa teknik akting berhasil untuk diterapkan dalam kegiatan membaca indah puisi. Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa metode pelatihan dasar, teknik LOVOS (Latihan Olah Vokal Dan Olah Sukma) hingga teknik akting Stanislavski yang umumnya digunakan pada proses pelatihan aktor dalam teater dapat digunakan dalam pembelajaran puisi di kelas. Adapun yang menjadi perbedaan dasar penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perlakuan Teknik Olah Sukma ini dilakukan pada kegiatan yang tidak terpaku pada jam pembelajaran di kelas untuk menciptakan sebuah suasana yang tidak terlalu formal namun diujikan dengan tes yang dilakukan di dalam pembelajaran membaca puisi di kelas. Keunggulan dari Teknik Olah Sukma ini pun lebih ditonjolkan sebagai penyokong dari penampilan siswa dalam membacakan puisi baik itu untuk pembelajaran dalam kelas maupun sebagai sebuah pertunjukan. Dengan diterapkannya Teknik Olah Sukma pada pelatihan membaca puisi pun diharapkan dapat merangsang siswa untuk mampu membaca puisi dengan rasa percaya diri yang baik, agar maksud dari puisi para pengarang dapat tersampaikan kepada para pendengarnya dengan indah dan menarik. 1.2. Identifikasi Masalah Kegiatan membaca indah puisi masih kurang diminati dan dianggap sulit oleh siswa disebabkan oleh beberapa hal: 1) kurangnya pemahaman siswa terhadap isi dari teks puisi; 2) kurangnya rasa percaya diri siswa untuk membacakan puisi di depan kelas;

5 3) kesulitan siswa dalam hal penghayatan ketika membacakan suatu teks puisi; 4) metode yang digunakan guru masih belum mengoptimalkan kreativitas siswa. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimana hasil pretest dan posttest kemampuan membaca indah puisi siswa menggunakan teknik olah sukma di kelas eksperimen? 2) Bagaimana hasil pretest dan posttest kemampuan membaca indah puisi tanpa perlakuan peneliti di kelas kontrol? 3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca indah puisi di kelas eksperimen dan kelas kontrol? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1) menjelaskan hasil pretest dan posttest kemampuan membaca indah puisi siswa menggunakan teknik olah sukma di kelas eksperimen; 2) menjelaskan hasil pretest dan posttest kemampuan membaca indah puisi tanpa perlakuan peneliti di kelas kontrol; 3) memaparkan perbedaan hasil pembelajaran membaca indah puisi yang terdapat di kelas kontrol dan kelas eksperimen. 1.5. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat penelitian ini dapat terbagi menjadi dua sebagai berikut. a. Manfaat Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan teknik pembelajaran yang telah ada khususnya teknik Olah Sukma dalam pembelajaran membaca indah puisi.

6 b. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan peneliti. Adapun penjelasan dari ketiganya sebagai berikut. (1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan wawasan baru yang khususnya mengenai Teknik Olah Sukma. (2) Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan khususnya dalam pembelajaran apresiasi karya sastra yaitu, membaca indah teks puisi. (3) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa terhadap sastra, yang salah satunya dengan proses membaca sebagai wujud dari apresiasi sastra. 1.6.Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri atas lima bab yang diantaranya, Bab 1 mengenai pendahuluan yang memuat lima aspek terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang masalah penelitian ini berkaitan dengan penerapan teknik Olah Sukma dalam pelatihan membaca indah puisi siswa. Kemampuan membaca puisi siswa terdapat dalam kompetensi dasar membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi. Beberapa kesulitan kerap dialami siswa bahkan guru yang mengejarkan. Dari latar belakang tersebutlah, peneliti ingin mengujicobakan sebuah teknik yang disebut Teknik Olah Sukma. Teknik latihan olah sukma ini merupakan sebuah teknik yang umumnya dilakukan pada saat proses pelatihan teater dan teknik latihan ini dapat digunakan untuk melatih kepekaan siswa terhadap proses apresiasi sebuah karya sastra. Rumusan masalah penelitian ini terdapat pada tiga pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini terdapat tiga poin juga yang berkaitan dengan rumusan masalah sebelumnya. Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu antara manfaat teoretis dan manfaat praktis. Struktur organisasi pada penelitian ini memberikan pemaparan isi, urutan penulisan, dan keterkaitan

7 bab mengenai Penerapan Teknik Olah Sukma dalam Pelatihan Membaca Indah Puisi pada siswa kelas VII SMP. Bab II penelitian ini memaparkan mengenai landasan teoretis, yang berisi tentang uraian-uraian teori para ahli yang dijadikan sebagai dasar dari pengerjaan penelitian dan teori mengenai rujukan solusi yang bisa digunakan untuk masalah dalam penelitian. Dalam landasan teoretis ini terdapat pembahasan mengenai Teknik Olah Sukma, pengertian membaca indah, hingga bentuk penilaian membaca indah puisi siswa. Bab III penelitian ini mengenai uraian metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, sumber data penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Metode penelitian yang digunakan di penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini menerapkan atau menggunakan dua kelompok subjek yang salah satunya diberi perlakuan. Sumber data penelitian ini yaitu dua kelas dari populasi SMPN 15 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes yang terdiri dari lembar tes dan lembar observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan observasi. Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan perhitungan statistik. Data yang dimaksud adalah data hasil tes awal dan tes akhir siswa dalam membaca indah puisi. Bab IV merupakan uraian dari hasil temuan dan pembahasan mengenai hal-hal yang diteliti dalam penerapan Teknik Olah Sukma dalam pelatihan membaca indah puisi. Pembahasan yang dimaksud adalah hasil-hasil temuan mengenai proses penerapan Teknik Olah Sukma dalam pembelajaran membaca indah puisi yang dibandingkan dengan proses pembelajaran tanpa treatmen Teknik Olah Sukma. Bab V merupakan bab yang berisi atas simpulan dari pembahasan penelitian dan rekomendasi peneliti. Simpulan pada bab ini berisi tentang jawaban akhir dari rumusan masalah yang dibuat sebelumnya yaitu mengenai penerapan Teknik Olah Sukma dalam pembelajaran membaca indah puisi. Rekomendasi yang diuraikan berisi mengenai kekurangan yang bisa diolah kembali untuk penelitian selanjutnya.