Analisa Kuantitatif Tentang Autentifikasi Formulir Informed Consent Di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Triwulan Ke III Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

Risdian Nur Khayatur Rohman (Prodi D3 PMIK STIKes Buana Husada Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

PENGARUH SIKAP PETUGAS REKAM MEDIS TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

STUDI DESKRIPTIF KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS BEDAH ORTHOPEDY DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

ijmsbm.org IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara pariurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FOLDER REKAM MEDIS DI PELAYANAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GRIYA WALUYA KABUPATEN PONOROGO

Tinjauan Ketidaklengkapan Pengisian Resume Medis Di RS. X, Mei - Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Resume Medis Pasien Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUMAH SAKIT

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman Volume 8, Nomor 2, November 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi disemua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan bisa menjalani aktifitas kehidupannya dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat dan jenis pelayanan

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ]

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tinjauan Implementasi Persetujuan Tindakan Kedokteran di BLUD Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Periode Mei-Juni Tahun 2012

PENCAPAIAN STANDAR PENGOLAHAN REKAM MEDIS SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN DI RSUD PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, STIKES Bakti Nusantara, Gorontalo,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi profesional baik di bidang teknik medis maupun. dilaksanakan surat persetujuan tindakan kedokteran.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Informed Consent INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

QUANTITATIVE ANALYSIS OF THE MEDICAL RECORD DOCUMENT CASES OF STROKE HOSPITALIZATIONS FOURTH QUARTER OF 2012 IN THE HOSPITAL KRT SETJONEGORO WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 80 Volume 1. No. 2 Oktober 2015

INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

Transkripsi:

Analisa Kuantitatif Tentang Autentifikasi Formulir Informed Consent Di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Triwulan Ke III Tahun 2014 Syamsuriansyah, Ivon Jeny Diu Prodi Rekam Medis & Informasi Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram dengan obyek penelitian formulir informed consent sebanyak 71 lembar untuk diteliti kelengkapan nama dan tandatangan dari dokter dan pasien/wali. Sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik undian. Pengumpulan data sekunder diambil dari lembaran informed consent sedangkan data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan kepala kamar operasi dibantu dengan kuesioner selama 2 hari. Analisis data menggunakan analisis deskriptif menggunakan tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan autentifikasi formulir informed consent secara umum sudah lengkap. Hal ini sebagai perwujudan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kelengkapan pengisian formulir informed consent dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi baik bagi dokter maupun pasien. Kata Kunci : Analisa Kuantitatif, Autentifikasi, Informed Consent PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk pelayanan langsung kepada individu dan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu aspek pelayanan klinis, aspek pelayanan kesehatan masyarakat, dan aspek pelayanan administrasi. Ketiga aspek tersebut menjalankan upaya paripurna (lengkap) yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (PORMIKI, 2002). Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dan memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakita dalah bagian yang penting di bidang kesehatan dan berperan dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat agar hidup sehat dan sejahterah. Di rumah sakit mempunyai beberapa bidang baik untuk pengobatan, pelayanan, informasi, dan bagian rekam medis. Dalam ruang lingkup rumah sakit terdapat berbagai unit kerja yang saling berhubungan dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan bersama yang tertuang dalam visi dan misi suatu rumah sakit yang salah satunya adalah unit rekam medis. Menurut PMK Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008, unit rekam medis sebagai salah satu unit yang ada di rumah sakit yang bertugas untuk mengumpulkan, mengelola dan menganalisa semua berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut DEPKES (1997) Rekam medis adalah unit yang memberikan pelayanan pertama pada saat pasien berkunjung ke rumah sakit, oleh sebab itu unit rekam medis harus senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien serta memberikan suatu informasi yang tepat, cepat dan akurat demi tercapainya tertib administrasi dan tujuan rekam medis. Ada beberapa tujuan rekam medis yang harus tercapai demi tercapainya tertib administrasi rumah sakit. Salah satu tujuan rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 yang berkaitan dengan aspek hokum adalah informed consent. Informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Keadaan informed consent sangat penting artinya bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan, sebab dari informed consent akan lahir perjanjian atau kesepakatan kesehatan. Adanya perjanjian kesehatan merupakan faktor penentu dan akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi seorang dokter atau tenaga kesehatan untuk menjalankan tugasnya sebagai pemberi pelayanan kesehatan, terutama bila dikaitkan dengan kemungkinan adanya perselisihan antara pasien dengan dokter atau Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 76

rumah sakit di kemudian hari. Kelengkapan pengisian informed consent juga meliputi aspek autentifikasi atau pembubuhan tandatangan pihak yang terkait di dalam pembuatan persetujuan medis sehingga formulir informed consent bersifat legal. Rumah Sakit Bhayangkara Mataram merupakan rumah sakit tipe C di dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berguna serta menghasilkan informasi yang tepat dan akurat tentunya harus didukung oleh pengisian setiap lembar rekam medis dan lembaran persetujuan tindakan medis (informed consent). Apabila dari lembaran tersebut tidak diisi dengan lengkap, maka akan mengakibatkan informasi yang ada di dalam rekam medis menjadi tidak tepat, tidak akurat dan tidak sah atau tidak legal. Dari studi awal, diketahui total pasien operasi pada triwulan III tahun 2014 adalah sebanyak 249 pasien dengan rincian:pada bulan Juli terdapat 65 pasien, bulan Agustus terdapat 75 pasien dan bulan September sebanyak 109 pasien operasi. Keabsahan formulir informed concent ditandai dengan adanya pemberian tandatangan oleh pihak terkait, yaitu dokter yang akan melakukan operasi, pasien sendiri, dan saksi, tetapiumumnya rumah sakit sudah menganggap sah jika yang menandatangani informed consenthanya 2 pihak, yaitu dokter yang menangani operasi dan pasien (atau yang mewakili dari pihak keluarga pasien) tanpa adanya tandatangan saksi. Bagi pihak rumah sakit, keabsahan informed consent akan menjadi alat pelindung apabila terjadi perselisihan dengan pasien di kemudian hari. Selain itu, dari sudut pertanggungjawaban secara hukum, ketidakcermatan dalam pengisian informed consent dapat berakibat fatal, baik terhadap pasien, instansi maupun sebagai ancaman kelalaian terhadap pihak pengisi (Hatta, 2012). Tidak hanya itu, kelengkapan pengisian informed consent akan mendukung tercapainya mutu berkas rekam medis yang selanjutnya akan menggambarkan kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan melihat begitu besarnya manfaat serta masalah yang akan ditimbulkan akibat ketidaklengkapan autentifikasi informed consent di rumah sakit, maka penulis mengangkat judul Analisa Kuantitatif Tentang Autentifikasi Formulir Informed Consent Di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Triwulan Ke III Tahun 2014. 249 lembar pada triwulan ke III (bulan Juli-September) di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram tahun 2014. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Random sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 71 lembar informed consent. Data yang diperoleh dianalisis dari lembaran informed consent dalam bentuk tabulasi kemudian dideskripsikan sesuai dengan hasil yang diperoleh untuk mengetahui jumlah dan persentase kelengkapan autentifikasi (berdasarkan kategori lengkap dan tidak lengkap). HASIL PENELITIAN Tabel Check List Kelengkapan Autentifikasi Informed Consent Triwulan Ke III (Juli-September) di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Tahun 2014 METODE PENELITIAN Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, peneliti meninjau tentang kelengkapan autentifikasi (nama dan tanda tangan) pada lembaran informed consent di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lembaran informed consent yang berjumlah Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 77

100% 080% 060% 040% 020% 000% Gambar 1. Grafik Kelengkapan Autentifikasi Lembaran Informed Concent di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Triwulan Ke III Tahun 2014 PEMBAHASAN Lengkap tidak lengkap Dari 71 lembaran informed consent yang diteliti, diperoleh hasil 55 lembaran informed consent lengkap dengan persentase kelengkapan sebanyak 77,46%. Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Mataram sudah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan yang berlaku seperti pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 269 Pasal 5 ayat (4): Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung, UU RI Nomor 29 Tahun 2004: Tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat (5): Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008, Pasal 3 ayat (1): Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Unit Rekam Medis bahwa kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas dengan standar kelengkapan 100 %. Sedangkan jumlah informed concent yang tidak lengkap sebanyak 16 lembar (22,54 %). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala kamar operasi, diketahui bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian lembaran informed concent (nama dan atau autentifikasi) adalah sebagai berikut : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 78 autentifi kasi 1. Kurangnya sosialisasi kepada dokter dan atau pasien/wali tentang pentingnya kelengkapan pengisian informed consent (nama dan tandatangan). Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu untuk sosialisasi. 2. Kurangnya pemahaman pasien akan pentingnya kelengkapan pengisian lembaran informed consent (khususnya pada item nama setelah tandatangan). Hal ini disebabkan oleh : a. Latar belakang pendidikan pasien b. Penggunaan bahasa, dimana terdapat pasien/wali yang hanya memahami bahasa daerah (bahasa Sasak) c. Pasien/wali dalam keadaan panik sehingga tidak dapat memahami penjelasan dokter/perawat. Menghadapi hal tersebut, Rumah Sakit Bhayangkara telah menjalankan beberapa upaya, yaitu : a. Mengkonfirmasi ulang kepada dokter atau pasien (wali) untuk segera melengkapi pengisian informed consent (nama dan tandatangan). b. Jika setelah konfirmasi, dokter tidak melengkapi pengisian informed consent (tandatangan dan nama), maka diberikan sanksi berupa teguran lisan 3 kali berturut-turut, teguran tertulis sebanyak 2 kali jika teguran lisan tidak dihiraukan, dan tindakan berupa penghapusan ijin praktek apabila teguran tertulis juga tidak direspon oleh dokter c. Memberikan sosialisasi kepada pasien/wali d. Mengingatkan dokter untuk menandatangani lembaran informed concent. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Terdapat 55 lembaran informed concent yang lengkap dengan persentase kelengkapan 77,46 % dan jumlah informed concent yang tidak lengkap sebanyak 16 lembar dengan persentase kelengkapan 22,53 % 2. Faktor penyebab ketidaklengkapan autentifikasi informed concent, yaitu kurangnya sosialisasi kepada dokter dan atau pasien/wali serta pemahaman pasien yang masih kurang tentang pentingnya kelengkapan pengisian lembaran informed oncent. SARAN 1. Lebih meningkatkan sosialisasi kepada dokter dan pasien/wali tentang pentingnya kelengkapan pengisian informed consent (nama dan tandatangan). 2. Meningkatkan pemahaman pasien, contohnya dengan penggunaan bahasa daerah (bahasa Sasak) bagi pasien yang hanya memahami bahasa daerah. DAFTAR PUSTAKA Analisis Rekam Medis. Diperoleh Jumad, 24 April 2015. dari https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2014/07/ 01/analisis-rekam-medis-/

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta : Depkes RI. Hatta, G. R. 2012. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta. Hosizah. 2014. Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (manajemen Informasi Kesehatan). aptirmik Press. Yogyakarta. Tresna, I. Komang. Profil Rumah Sakit Bhayangkara Tahun 2014. Makalah Informed Consent. Diperoleh Kamis, 23 April 2015. dari https://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/mak alah-informed-consent/ Notoadmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen. Edisi Ke II. Salemba Medika. Jakarta. Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Ke II. Salemba Medika. Jakarta. PORMIKI, 2002. Modul Pembelajaran Pengelolaan Rekam Medis Dan Dokumentasi Rekam Medis. Semarang. Rustiyanto, E. 2009. Etika Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan. Edisi I. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (2006:11) Tentang Rekam Medis Wardhani Kusuma R. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Medis (Informed Consent) Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 79

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 80