Keragaan Varietas Unggul Baru Kedelai dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kutai Timur, Kalimantan Timur Wawan Banu Prasetyo dan M. Hidayanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kaltim Jl. P.M. Noor Sempaja Samarinda 75119, Samarinda E-mail: wawan.banu@yahoo.com; mhidayanto@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keragaan agronomis VUB kedelai dan diharapkan diperoleh varitas yang berpotensi hasil tinggi. Kegiatan dilaksanakan pada lahan kering di Kutai Timur pada MK I bulan Mei 2014, menggunakan perlakuan 6 VUB kedelai (Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sinabung, Wilis, Tanggamus), ukuran petak 5 x 50 m. Sebagai pembanding di tanam varietas Anjasmoro pada dua petak berbeda dengan perlakuan PTT. Data yang diamati keragaan agronomis dan komponen produksi kemudian dianalisa menggunakan Anova serta diuji lanjut dengan DMRT 0.05. Hasil pengamatan menunjukan bahwa keragaan agronomis dari masing-masing perlakuan tidak menunjukan beda nyata, namun pada produksi beberapa perlakuan menunjukan perbedaan lebih baik dari VUB (Anjasmoro P1 : 2,63 ton/ha) kecuali varitas Anjansmoro P2 hanya 0,938 ton/ha, sedang varitas yang lain Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sinabung, Wilis, dan Tanggamus bertutut-turut 0,96 ton/ha, 1,0 ton/ha, 1,36 ton/ha, 1,16 ton/ha, 1,48 ton/ha, 1,76 ton/ha. VUB yang mempunyai potensi produksi lebih tinggi tersebut diharapkan dapat dipertimbangan untuk bisa direkomendasikan sebagai alternatif dalam pengembangan produksi kedelai. Kata Kunci : Keragaan agronomis, lahan kering, produksi, VUB Pendahuluan Dalam Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah (RPPJM: 2005-2010), Departemen Pertanian menyatakan bahwa sasaran pengembangan kedelai adalah meningkatkan produksi nasional dengan pertumbuhan sebesar 7% per tahun. Jika pertumbuhan produksi tersebut dapat tercapai, maka impor kedelai Indonesia akan turun dari sekitar 61% pada tahun 2004 menjadi sekitar 40% pada tahun 2012. Di Kalimantan Timur, produksi kedelai tahun 2012 diperkirakan hanya sebesar 1,7 ribu ton biji kering, mengalami penurunan sebanyak 618 ton ( - 27,10%) dibandingkan tahun 2011 karena terjadi penurunan luas panen (Bappeda Kaltim, 2012). Sedangkan kebutuhan konsumsi kedelai pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 340.679 ton (Dinas Pertanian Kaltim, 2012). Menurut data BPS (2014), produksi kedelai di Kalimantan Timur mencapai 1402 ton dari luas panen 963 Ha produksi ini mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang mencapai 1364 ton. Kedelai ( Glycine max L. Merr) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol dengan harga terjangkau. Kedelai juga merupakan komoditas pangan yang penting setelah padi dan jagung. Konsumsi kedelai dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan dapat meningkatkan gizi masyarakat. Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti : tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak (Anonim, 2012). Peluang peningkatan produktivitas dan produksi kedelai masih terbuka lebar. Saat in produktivitas nasional kedelai baru menyentuh angka 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6 2,0 ton/ha di tingkat petani, sedangkan ditingkat penelitian sudah mencapai 1,7 3,2 ton/ha, tergantung pada 720 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa produksi kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi (Deptan, 2008). Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT) adalah salah satu pendekatan dalam usahatani, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan pendapatan petani. Dalam implementasinya, PTT mengintegrasikan teknologi pengelolaan lahan (tanah, air, hara), tanaman, dan organisme pengganggu tanaman secara terpadu. Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar terdiri dari varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, pembuatan saluran drainase, pengaturan populasi tanaman dan pengendalian OPT secara terpadu, dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman kedelai. Langkah-langkah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai telah di lakukan di beberapa daerah di Indonesia diantaranya di Jawa timur. Usaha untuk mengatasi masalah peningkatan produksi dan produktivitas kedelai tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur telah melakukan; (1) Upaya peningkatan luas tanam dengan cara penggunaan lahan secara optimal, (2) Peningkatan produktivitas melalui penerapan inovasi teknologi, (3) Penyediaan bibit bermutu dan sarana produksi lainnya, (4) Perbaikan sistem pemasaran, dan (5) Pengu atan kelembagaan petani (Santoso dan Andri, 2012). Metodologi Kegiatan ini dilaksanakan di Kelompok tani Sumber Barokah Desa Kebon Agung Kabupaten Kutai Timur pada lahan kering setelah padi pada bulan Mei sampai Juli 2014. Pengkajian dirancang menggunakan rancangan acak kelompok, varietas unggul baru kedelai sebanyak 6 macam sebagai perlakuan (Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sinabung, Wilis, dan Tanggamus). Varietas yang ditanam untuk Display PTT adalah Anjasmoro. Perlakuan diulang tiga kali dengan ukuran petak 5 x 50 m. Lubang tugal dibuat dengan jarak tanam 40 x 20 cm, benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2-3 biji per lubang tanam, kemudian ditutup kembali dengan bahan organik di sekitar lubang tanam. Pemupukan dengan pupuk organik di lakukan 1 minggu sebelum benih ditanam dan digunakan sebagai penutup lubang tugal dengan dosis 1 ton/ha, 100 kg pupuk urea, 100 kg TSP dan 75 kg KCl. Aplikasi pupuk organik di lakukan secara larikan pada barisan yang ditanami benih kedelai sebagai penutup lubang tugal sedangkan pupuk kimia diberikan dengan cara tugal diberikan di sebelah lubang tanam pada 2 minggu setelah tanam. Pengairan tidak dilakukan karena merupakan lahan tadah hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada minggu ketiga setelah tanam dan melihat gejala di lapangan dengan penyemprotan Diazinon 600EC dan Dithane M45. Variabel-variabel yang diamati meliputi keragaan agronomis (umur berbunga, umur panen 95%, tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif) dan komponen produksi (jumlah polong per-tanaman, jumlah polong isi per-tanaman, berat 100 biji dan produksi) kemudian dianalisa menggunakan Anova serta diuji lanjut dengan DMRT 0.05. Selain variabel tersebut juga diamati ketahanan terhadap hama-penyakit yang ada selama pertumbuhan tanaman yang diamati secara visual berdasar penilaian skoring. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 721
Tabel 1. Komponen teknologi pada kajian keragaan VUB, Kutai Timur, 2014 No. Komponen Argomulyo, Anjasmoro, Anjasmoro display 1, 2 Kaba, Sinabung, Wilis, dan Tanggamus 1. Jumlah benih per lubang 2-3 2-3 2. Pupuk organik 1 t/ha - 3. Urea 100 kg 50 kg 4. Phonska - 50 kg 5. TSP 100 kg - 6. KCL 75 kg - 7. Pengaturan populasi tanaman Jarak tanam 40 x 20 cm, 125.000 btg/ha 8. Pengairan 9. Pengendalian OPT Diazinon, Dithane M45 pada 21 HST dan melihat gejala Jarak tanam 40 x 20 cm, 125.000 btg/ha Decis, Dithane M45 pada 14 dan 28 HST. Hasil dan Pembahasan Keragaan Agronomis Pertumbuhan Tanaman Tinggi tanaman Hasil pengkajian terhadap keragaan dari enam VUB kedelai yang diujikan. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel 2, dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata umur berbunga dan panen menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan, tetapi varietas Argomulyo berbunga lebih cepat (30 hari) dibanding varietas lain yang diuji. Demikian juga pada umur panen varietas Argomulyo lebih cepat dibanding varietas yang lain. Tabel 2. Keragaan Agronomis Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang Produktif, Umur berbunga 50% dan Umur Panen 90%. Perlakuan Tinggi Jumlah Cabang Umur Berbunga Umur Panen Tanaman (cm) Produktif 50% (hari) 90% (hari) Argomulyo 44.48 a 2.15 a 30 a 76 a Anjasmoro 45.52 a 2.90 a 35 b 85 a Kaba 46.90 ab 2.90 a 35 b 85 a Sinabung 45.63 a 2.35 a 35 b 85 a Wilis 46.75 ab 2.10 a 35 b 85 a Tanggamus 40.33 a 2.35 a 35 b 90 b Anjasmoro (PTT) 1 46.30 ab 3.40 ab 36 b 90 b Anjasmoro (PTT) 2 42.45 a 1.30 b 34 b 85 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%. Tabel 3. Keragaan komponen produksi dan produksi Perlakuan Jumlah polong isi Jumlah polong hampa Jumlah total polong Berat 100 biji (gr) Produksi (t/ha) Argomulyo 16,15 a 0,55 a 16,70 a 15,50 c 0,80 a Anjasmoro 16,95 a 0,70 a 17,65 a 14,00 bc 0,90 a Kaba 21,60 b 0,40 a 22,00 b 9,00 a 1,46 c Sinabung 16,95 a 0,05 a 17,00 a 10,00 a 1,06 b 722 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Perlakuan Jumlah polong isi Jumlah polong hampa Jumlah total polong Berat 100 biji (gr) Produksi (t/ha) Wilis 17,9 ab 0,15 a 18,05 a 9,68 a 1,22 b Tanggamus 32,30 c 0,50 a 32,80 bc 11,00 ab 1,66 c Anjasmoro 44,60 c 0,00 a 44,60 c 15,80 c 2,19 d (PTT)1 Anjasmoro (PTT)2 15,90 a 0,20 a 16,10 a 15,80 c 0,79 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tiap varietas berbeda-beda meskipun ada yang hampir sama yaitu mulai dari 40,33 cm (Tanggamus), hingga 46,9 cm (Kaba). Dengan demikian Kaba merupakan VUB dengan tinggi tanaman paling tinggi. Jumlah cabang produktif Jumlah cabang produktif dari masing VUB hampir sama jumlahnya tetapi jika dibandingkan dengan varietas pada display PTT maka jumlah cabang produktif pada display lebih banyak terutama pada display 1 yang ditanam pada lahan bekas padi ladang. Jumlah cabang terbanyak untuk Uji VUB adalah Anjasmoro dan Kaba yaitu 2,90 cabang sedangkan paling sedikit 2,10 cabang adalah Wilis (Tabel 2). Dalam deskripsi Puslitbangtan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007), Anjasmoro memiliki jumlah percabangan 2,9 5,6. Produksi tertinggi dihasilkan oleh varietas Anjasmoro pada PTT 1 dikuti oleh Tanggamus, Kaba, Wilis, dan Sinabung, sedangkan produksi varietas Anjasmoro pada uji VUB dan Argomulyo lebih rendah. Produksi tiap varietas pada uji VUB adalah varietas Tanggamus 1,66 ton/ha, Kaba 1,46 ton/ha, Wilis 1,22 ton/ha, Sinabung 1,06 ton/ha, Anjasmoro 0,90 ton/ha sedangkan terendah varietas Argomulyo 0,80 ton/ha. Pada display PTT varietas Anjasmoro PTT 1 mencapai 2,19 ton/ha sedangkan PTT 2 lebih rendah yaitu 0,79 ton/ha. Berdasarkan catatan selama kegiatan pendampingan, produksi yang belum maksimal disebabkan benih banyak dimakan hama sehingga pertumbuhan terganggu, terjadi kekeringan pada proses pertumbuhan dan lahan baru pertama kali ditanami kedelai. Kesimpulan 1. Penerapan PTT kedelai di Kutai Timur mampu mendorong peningkatan produktivitas usahatani untuk memantapkan ketahanan pangan khususnya kedelai di Kalimantan Timur 2. Setiap varietas kedelai mempunyai diskripsi berbeda terutama umur panen, seperti varietas Argomulyo panen umur 75 hari, hal ini bisa sebagai alternative tanaman sela/jeda sebelum tanam padi ladang yang berumur dalam. 3. VUB kedelai yang menghasilkan produksi tinggi berturut-turut mulai paling tinggi sampai terendah Anjasmoro, Tanggamus, Kaba, Wilis, Sinabung, Argomulyo. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 723
Daftar Pustaka Anonim. 2012. Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah, sulsel.litbang.deptan.go.id/.../index.php?...budidaya-kedelai. Diakses tanggal 1 OKtober 2014. Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta. Bappeda Kaltim. 2012. Produksi Pangan Kaltim tahun 2012. http://bappedakaltim.com/kaltim/385-pangan.html. Diakses tanggal 1 Oktober 2014. Deptan. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian Kaltim. 2012. Komoditi Pertanian Unggulan Propinsi Kalimantan Timur. http://dispertan.kaltimprov.go.id/komoditi-12-kedelai.html. Diakses tanggal 1 Oktober 2014. Harnowo, D., et al. 2014. Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem. Balitbangtan, Jakarta. Harnowo, D., et al. 2015. Prinsip-prinsip Produksi Benih Sumber Kedelai. Balitbangtan, Jakarta. Marwoto, Subandi, et al. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai. Balitbangtan, Deptan. Jakarta. Musaddad, A., Taufiq A., et al. 2014. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balitkabi Puslitbangtan. Malang. Nazar, A., D.R. Mustikawati, Alvi Y. 2007. Teknologi Budidaya Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta. Santoso, P., K. Boga Andri. 2012. Sistem Penyediaan Benih Kedelai Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Di Kabupaten Lamongan Dan Ngawi. Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2011. Badan Litbang Pertanian. 724 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian