BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Ika Rostika, Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Melalui Metode Stad Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Akuntasi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perubahan dalam setiap aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP AKTIVITAS, INTERAKSI, DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanggung jawab, sehigga kebebasan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun informal harus disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan yang memerlukan jenisketerampilan dan keahlian serta peningkatan mutunya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai unsur penting dalam pembangunan suatu bangsa. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (RI) No.20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk pemberdayaan seluruh Warga Negara Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang berkualitas dan mampu serta proaktif dalam menjawab tantangan jaman. Sedangkan misi Pendidikan Nasional menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 dinyatakan sebagai berikut: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak dini sampai akhir rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat. 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas dalam proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kependidikan yang bermoral.

2 4. Meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. 5. Memberdayakan peran serta 1 masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks kesatuankesatuan Republik Indonesia. Namun dalam kenyataannya, realisasi dari konsep yang sudah direncanakan diatas masih banyak menghadapi kendala. Sehingga kualitas pendidikan nasional masih jauh dari harapan, dan belum mampu bersaing dalam tataran global. Diperoleh data dari Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau Education For All (EFA) dalam Setianingsing, A (2013:201) bahwa kondisi pendidikan di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011, Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan menurun dibandingkan tahun 2010 yang berada pada posisi 65, ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malasyia (65). Berdasarkan uraian diatas untuk sementara dapat diduga hal-hal diatas terjadi karena pemahaman suatu konsep yang rendah. Maka pemahaman konsep sangat diperlukan dalam pembelajaran karena siswa selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sangat memerlukan pemahaman konsep dalam menghubungkan pemecahan masalah tersebut dengan konsep materi yang sudah dipelajarinya. Oleh sebab itu, pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Rendahnya pemahaman konsep ini disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada proses perubahan konseptual. Menurut Dahar (2006: 155) perubahan konseptual melibatkan dua komponen, yaitu kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi perubahan konseptual dan ekologi konseptual yang menyediakan konteks yang berlangsungnya perubahan konseptual. Aspek kognitif tingkat rendah berupa hapalan hanya merupakan proses input

3 pengetahuan dan kurang memiliki makna bagi peserta didik. Pada proses menghapal peserta didik hanya belajar mengingat, tidak menuntut aktivitas berfikir yang berimplikasi pada tidak terbiasanya peserta didik untuk berfikir kritis dan menggunakan nalar logis. Kondisi konseptual dan ekologi konseptual yang mendukung perubahan konseptual tidak efektif jika proses pembelajaran berupa hapalan, bersifat verbal, tidak melibatkan fakta aktual, dan tidak menggunakan media konkrit serta tidak aplikabel dalam memecahkan masalah. Rahayu (2013:5) mengatakan bahwa dalam aktivitas pembelajaran yang saat ini dilaksanakan pada pembelajaran ekonomi hanya bertujuan untuk menyampaikan materi kurikulum, lebih mengutamakan hapalan, bukan pada pemahaman konsep dan tujuan pendidikan. Dalam penyampaian materi masih banyak guru yang hanya menggunakan model pembelajaran langsung, dimana peserta didik hanya duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan atau ditulis oleh guru di papan tulis. Dalam kondisi ini, g uru menjadi pusatdalam pembelajaran, dan peserta didik menjadi peserta yang pa sif. Menurut Wahyudi, I. (2012:4) mengatakan bahwa rendahnya pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi pelajaran IPS salah satunya dapat terbentuk oleh proses pembelajaran yang kurang memiliki makna dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, sehingga berakibat tidak memberikan tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan bagi siwa. Kemudian dalam penelitian Hartati (2014:2) menemukan bahwa pemahaman dan keterampilan peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan akan sulit untuk diwujudkan karena anggapan guru bahwa dengan metode pembelajaran ekspositori seperti kebiasaan ceramah dan mencatat lebih menghemat waktu sehingga walaupun materi pembelajaran IPS cukup padat namun target pencapaian kurikulum tetap dapat tercapai.

4 Sedangkan pada SMAN 6 Bandung berdasarkan hasil test yang dilakukan pada siswa kelas XI-3 IIS (Peminatan) sebanyak 32 orang tanggal 20 agustus 2014, 27 agustus 2014, dan 3 september 2014 sedangkan pada kelas XI -1&4 MIA (Lintas Minat) sebanyak 36 orang tanggal 22 agustus 2014, 29 agustus 2014 dan 5 september 2014 ternyata pemahaman konsep dengan materi ketenagakerjaan yang ditunjukan siswa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. No Skor Tabel 1.1 Nilai Kemampuan Pemahaman Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI-3 IIS (Peminatan) SMA Negeri 6 Bandung 20-08- 2014 % 27-08- Kelas XI-3 IIS (Peminatan) 2014 % 03-09-2014 % 1 0-10 0 3,1 0 3,2 0 0 2 11-20 0 0 0 3,2 0 6,4 3 21-30 9 28,1 7 22,5 10 32,3 4 31-40 10 37,5 16 51,6 14 45,2 5 41-50 9 21,9 6 19,4 4 12,9 6 51-60 3 6,3 2 0 3 3,2 7 61-70 1 3,1 0 0 0 0 Jumlah Seluruhnya 32 31 31 rata-rata 36.77 Sumber : Rekapitulasi Hasil Tes Ujian Pra Penelitian Tabel 1.2 Nilai Kemampuan Pemahaman Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI- 1&4 MIA (Lintas Minat) SMA Negeri 6 Bandung Kelas XI-1&4 (Lintas Minat) No Skor 22-08-2014 % 29-08-2014 % 05-09-2014 %

5 1 0-10 1 3,0 0 0 0 0 2 11-20 0 0 1 3,2 2 6,3 3 21-30 10 30,3 7 22,6 6 18,7 4 31-40 15 45,5 14 45,2 15 46,8 5 41-50 4 12,1 9 29,0 6 18,8 6 51-60 2 6,1 0 0 3 9,4 7 61-70 1 3,0 0 0 0 0 Jumlah Seluruhnya 33 31 32 rata-rata 35.49 Sumber : Rekapitulasi Hasil Tes Ujian Pra Penelitian Dengan melihat hal di atas jelas bahwa siswa kelas XI-3 IIS dan siswa kelas XI-1&4 MIA (Lintas Minat) SMA Negeri 6 Bandung mencapai nilai yang masih jauh dari standar Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah tersebut untuk mata pelajaran Ekonomi adalah 75. Tabel 1.1 menjelaskan tentang hasil tes ulangan yang dicapai oleh kelas XI-3 IIS (Peminatan) pada tanggal 20 agustus 2014, tanggal 27 agustus 2014 dan tanggal 3 september 2014, persentase tertinggi dengan skor 31-40 dimana persentasenya: 37,5%, 51,6% dan 45,2%) dan rata-ratanya sebesar 36,77. Sedangkan kelas XI-1&4 MIA (Lintas minat) pada tanggal 22 agustus 2014, tanggal 29 agustus 2014 dan tanggal 5 september 2014, persentase tertinggi dengan skor 31-40 dimana persentasenya: 45,5%, 45,2% dan 46,8%) dan rata-ratanya sebesar 35,49. Dari uraian diatas dapat dikatakan para siswa kelas XI-3 IIS (Peminatan) dan siswa kelas XI-1&4 MIA (Lintas minat), memahami pembelajaran ekonomi dengan materi ketenagakerjaan

6 masih kurang baik, ini dapat terlihat dari jumlah siswa terbanyak memperoleh skor hasil test pada rentang nilai dari 31 sampai 40. Siswa kelas XI-3 IIS berjumlah 32 orang (Peminatan) dan siswa kelas XI- 1&4 MIA (Lintas Minat) berjumlah 36 orang, maka keseluruhan berjumlah 68 orang siswa. Hasil tes ini berupa tes pilihan ganda dan tes uraian dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran ekonomi dengan materi ketenagakerjaan. Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan (kelas) selama pembelajaran ekonomi dengan materi ketenagakerjaan, ditentukan beberapa permasalahan utama yang menyebabkan pembelajaran ekonomi pada sebagian peserta didik belum dapat mencapai standar keberhasilan seperti yang diharapkan khususnya dari segi pemahaman konsep peserta didik. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari fenomena yang terdapat dilapangan diantaranya: 1. guru hanya berfokus pada materi yang ada pada buku paket, 2. menjelaskan materi secara abstrak, 3. guru menggunakan satu media saja, 4. peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru, 5. peserta didik hanya mencatat materi dari guru; Akibatnya hasil belajar kurang baik, karena sebagian peserta didik belum mendapatkan nilai diatas nilai standar keberhasilan yang ditentukan guru (KKM). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi mata pelajaran ekonomi bahwa sebagian siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak sesuai konsep yang diajarkan guru, contohnya dalam pertanyaan yang diajukan guru : bagaimana seorang sarjana bisa menganggur?, menurut mereka karena memilih-milih pekerjaan. Sesuatu pernyataan yang menurut peneliti tidak mendasar. Hal ini disebabkan karena perubahan konsep yang sebagian siswa tersebut tidak memahami konsep terlebih dahulu, sehingga konsep selanjutnya mereka tidak memiliki dasar yang kuat, sedangkan pemahaman konsep siswa yang tidak terarah tersebut karena ekologi konsep yang tidak sistematis dan

7 menyeluruh untuk dipahami para siswa. Hal ini jika dibiarkan terus akan membuat aspek kognitif siswa tidak tercapai dengan baik. Didalam membangun pengetahuannya sendiri para siswa seharusnya difasilitasi, agar dapat belajar memahami suatu konsep materi dengan benar dan mampu belajar mandiri. Hal ini sejalan dengan munculnya teori pembelajaran kontruktivisme dan semakin dibutuhkannya kemampuan memahami konsep terhadap suatu materi pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan aliran kontruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2007) dalam Rusman, (2012:201) pembelajaran kooperatif menggalakan siswa secara aktif dan positif dalam kelompok. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat melatih siswa untuk saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif (Trianto, 2007:43). Artinya, dalam model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya, bersama anggota kelompok atau kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdulhak dalam (Rusman, 2012:203) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui proses saling berbagi antar siswa, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara siswa itu sendiri. Tujuan dari model pembelajaran ini menurut Arends (2008:6) adalah untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dua tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe pembelajaran Team assisted Individualization (TAI) dan tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Kedua tipe pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep. Dasar pemikiran pembelajaran tipe TAI, menurut Slavin (2005:187) adalah untuk mengadaftasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Selain itu masih menurut Slavin (2005:190), tipe TAI dirancang salah satunya untuk meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan latihan soal dan pengelolaan rutin. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada tipe ini, anggota kelompok haruslah terdiri dari siswa yang kemampuannya heterogen. Disamping

8 itu, setiap kelompok harus memiliki leader yang merupakan siswa dengan kemampuan yang menonjol dibandingkan dengan anggota lainnya. Sehingga proses pembelajaran dalam kelompok lebih efektif, karena didalamnya akan terjadi proses saling bertukar pikiran, beradu argument, dan menghargai perbedaan individual demi mengupayakan peserta didik mengkonstruksi konsep, membangun konsep dan mencapai prestasi optimal. Sedangkan pada tipe pembelajaran STAD, siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka memahami konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Artinya, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Peneliti mengharapkan ketika pembelajaran dengan menggunakan kedua tipe dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat meminimalisir permasalahanpermasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dan diharapkan kedua tipe dalam model pembelajaaran kooperatif tersebut dapat membantu para siswa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan diatas, sehingga pemahaman konsep siswa dapat meningkat dan mengetahui peningkatan manakah yang lebih tinggi dari kedua tipe dalam model pembelajaran kooperatif tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian dengan menggunakan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Pemahaman Konsep (Studi Quasi Eksperimen Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Materi Pasar Modal pada Siswa Kelas XI-3 IIS (Peminatan) & XI-1&4 MIA (Lintas Minat) SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih efektif dibanding dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kelas XI-3 IIS (peminatan)? 2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih efektif dibanding model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kelas XI- 1&4 MIA (lintas minat)? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) antara kelas XI-3 IIS (peminatan) dengan kelas XI-1&4 MIA (lintas minat)? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) antara kelas XI-3 IIS (Peminatan) dengan kelas XI-1&4 MIA (lintas minat)? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keefektifan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dibanding dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kelas XI-3 IIS (peminatan). 2. Untuk mengetahui keefektifan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dibanding dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

10 Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kelas XI-1&4 MIA (lintas minat). 3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan tingkat pemahaman konsep siswa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) antara kelas XI-3 IIS (peminatan) dengan kelas XI-1&4 MIA (lintas minat). 4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan tingkat pemahaman konsep siswa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) antara kelas XI-3 IIS (peminatan) dengan kelas XI-1&4 MIA (lintas minat). D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis dilaksanakan dan diharapkan dapat menjadi sumbangan pada dunia pendidikan khususnya pengembangan model pembelajaran dalam pengajaran ekonomi serta sebagai landasan awal bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis yang terkait. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. 2. Untuk guru, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi salah satu alternatif model pembelajaran terhadap siswa yang bervariatif sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang menarik bagi siwa. 3. Untuk sekolah, dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka peningkatan pemahaman konsep siswa.

11 4. Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.