I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, yaitu sebagai : (a) pemasok bahan baku kebutuhan pangan dan industri, (b) pengendali stabilitas harga, (c) penyedia lapangan kerja, dan (d) sumber devisa (Solahuddin, 2009). Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, sektor pertanian terus berupaya memperbaiki kinerja pembangunannya. Pembangunan pertanian diartikan sebagai serangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani, peternak, dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian masih menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Setiap tahunnya, kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS (2009) 1, kontribusi pertanian terhadap PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dari tahun 2006 hingga semester I tahun 2009 adalah sebesar 13 persen, 13,7 persen, 14,4 persen, dan 15,8 persen. Pembangunan subsektor peternakan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian. Potensi pengembangan komoditas peternakan yang masih cukup besar merupakan alasan utama menjadikan subsektor peternakan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi bagi sektor pertanian saat ini. Beberapa peranan subsektor peternakan tersebut diantaranya: menyediakan sumber protein hewani dari produk pangan asal ternak untuk melengkapi hasil-hasil pertanian yang tidak dapat digantikan oleh protein nabati, memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan, serta melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial ini, selayaknya peternakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1 [BPS] Biro Pusat Statistik. 2009. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 2009 pada Semester I (persen). http://www.datastatistik-indonesia.com. [11 Februari 2010] 1
Dibandingkan subsektor lainnya, tidak sedikit kontribusi PDB yang telah diberikan subsektor peternakan terhadap sektor pertanian. Berdasarkan Ditjen Peternakan (2009), kontribusi PDB subsektor peternakan terhadap sektor pertanian pada tahun 2008 berdasarkan harga konstan tahun 2000 adalah 12,5 persen, merupakan urutan keempat terbesar setelah subsektor tanaman pangan (49,9 persen), perikanan (16,1 persen), dan perkebunan (15,8 persen). Kontribusi terbesar subsektor peternakan ini berasal dari daging, telur, dan susu yang merupakan produk utama asal ternak (Ditjen Peternakan, 2009). Besarnya kontribusi PDB subsektor peternakan terhadap sektor pertanian dan nasional tahun 2004 2008 atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,93 persen per tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Peternakan terhadap Sektor Pertanian dan Nasional Tahun 2004 2008 (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) Nilai Kontribusi terhadap Kontribusi terhadap Tahun (Rp. Milyar) Sektor Pertanian (%) PDB Nasional (%) 2004 31.672,500 12,244 1,912 2005 32.346,500 12,741 1,848 2006 33.430,200 12,740 1,810 2007 *) 34.220,700 12,609 1,743 2008 **) 35.552,800 12,504 1,708 Sumber : Ditjen Peternakan (2009) diolah *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sebagai salah satu produk utama asal ternak, daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan manusia karena daging mengandung kalori yang dibutuhkan untuk kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan daging cenderung mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan permintaan terhadap daging tersebut adalah adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Walaupun Indonesia turut terkena imbas dari dampak krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, namun secara perlahan pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali pulih. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada tingkat 4,4 persen dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2010 menjadi 4,8 persen (TWB, 2009). Pertumbuhan ekonomi ini berimplikasi pada meningkatnya 2
tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging. Selain itu, tingginya permintaan terhadap daging juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Berdasarkan Datastatistik-indonesia (2009), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai angka lebih dari 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sekitar 1,41 persen tiap tahunnya sejak tahun 2000. Ini berarti kebutuhan masyarakat akan daging juga akan terus meningkat. Dilain pihak, walaupun terjadi peningkatan terhadap permintaan daging, tetapi hal ini tidak diimbangi oleh produksi daging itu sendiri. Ditjen Peternakan (2009) menyatakan bahwa konsumsi daging masyarakat Indonesia pada tahun 2009 berkisar di atas sebesar 2.281.659,4 ton, sementara tingkat produksi daging sendiri hanya mencapai angka sebesar 2.181.186 ton. Kebijakan impor daging merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut. Untuk menutupi tingginya permintaan terhadap daging, Indonesia harus mengimpor daging dari negara-negara tetangga yang mencapai lebih dari 100.000 ton dengan pertumbuhan rata-rata impor daging tiap tahunnya sebesar 19 persen (BPS, 2009) 2. Melihat kenyataan di atas, hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk terus mengembangkan peternakannya terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan daging nasional. Sebagai salah satu komoditas peternakan, domba sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan daging. Daging domba memiliki kandungan zat gizi berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sempurna karena kandungan zat gizi tersebut berada dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Sebagai sumber penghasil daging, domba memiliki beberapa kelebihan dibandingkan hewan ternak penghasil daging lainnya. Domba memiliki sifat mudah beradaptasi dengan lingkungan, mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan domba relatif kecil (Sudarmono dan Sugeng, 2005). 2 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Volume Impor Ternak dan Hasil Ternak Tahun 2004 2009. http://www.bps.go.id [17 Maret 2010] 3
Berdasarkan data Ditjen Peternakan (2009), jumlah populasi ternak domba yang berada di tiap-tiap propinsi di Indonesia cenderung berfluktuasi. Namun, secara keseluruhan, sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 jumlah total populasi ternak domba yang ada di Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana peningkatan terbesar terjadi antara tahun 2008-2009 yaitu sebesar sembilan persen atau sebesar 866.652 ekor, sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 1. Adanya peningkatan jumlah total populasi ternak domba yang ada di Indonesia ini seiring dengan meningkatnya permintaan nasional terhadap domba yang sekaligus mengindikasikan bahwa potensi daging domba dalam rangka pemenuhan kebutuhan daging masih sangat terbuka lebar. Adanya potensi daging domba dalam memenuhi kebutuhan daging juga dapat dilihat dari kebutuhan pasar domestik terhadap daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2-3 ekor tiap harinya (Kodar, 2009) 3. Selain itu, jika dilihat dari sisi harga maka penjualan daging domba cukup kompetitif dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam ras (Tabel 2). Terdapat margin yang relatif tinggi pada daging domba dan kambing sebesar 25,96 persen dibandingkan dengan sapi dan kerbau (8,7 persen). Sedangkan pada ayam ras, margin yang didapat pedagang sebesar 20,93 persen. Dapat dikatakan bahwa beternak domba dan jika melakukan penjualan hingga konsumen akhir, maka keuntungannya relatif tinggi. Tabel 2. Standar Harga Penjualan Daging Ternak di Indonesia Tahun 2008 No Jenis ternak Harga jual Tingkat Produsen (Rp/Kg) Tingkat Konsumen (Rp/Kg) 1 Sapi Potong (murni) 47.417 51.563 2 Kerbau 47.417 51.563 3 Kambing 31.771 40.021 4 Domba 31.771 40.021 5 Ayam Ras 17.766 21.485 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009) 3 Kodar, S. 05 Juni 2009. Potensi Besar Pemanfaatan Kecil. Pikiran Rakyat 4
Jawa Barat tercatat sebagai penyumbang daging domba terbesar di Indonesia dimana pada tahun 2009 populasi ternak di Provinsi Jawa Barat diperkirakan sebanyak 5.524.209 ekor atau mencapai 52,75 persen dari populasi domba nasional (Ditjen Peternakan, 2009). Hal ini dikarenakan usaha pemeliharaan ternak domba merupakan usaha yang memasyarakat di Jawa Barat. Di berbagai pelosok pedesaan, sudah menjadi hal yang biasa memelihara satu atau dua ekor domba hingga dapat berkembang menjadi dua atau empat ekor per tahun (Kodar, 2009) 4. Meski demikian, tingginya permintaan daging domba di Jawa Barat masih belum dapat terpenuhi oleh wilayah Jawa Barat sendiri. Hal ini terlihat pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa peningkatan permintaan terhadap daging domba belum dapat diimbangi oleh tingkat produksinya. Tingkat produksi rata-rata daging domba di Jawa Barat baru dapat memenuhi sekitar 73 persen dari total permintaan masyarakat terhadap daging domba tiap tahunnya, dimana tingkat produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 61 persen dari total permintaan yang ada pada tahun yang sama. Tabel 3. Permintaan dan Produksi Daging Domba Jawa Barat Tahun 2005 2009 Tahun Permintaan Daging (kg) Produksi Daging (kg) 2005 39.227.150 27.425.000 2006 47.375.000 44.328.963 2007 48.356.879 34.065.000 2008 51.755.372 37.043.000 2009 *) 63.559.229 38.524.020 Sumber : Ditjen Peternakan (2009) diolah *) Angka Sementara Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi peternakan domba terbesar di Jawa Barat. Walaupun demikian, populasi domba yang berada di Kabupaten Bogor hampir mengalami penurunan setiap tahunnya sejak tahun 2006. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006 perhatian pemerintah daerah terkonsentrasi pada pengembangan komoditas kambing PE sehingga menyebabkan trade off pada anggaran pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan bahwa komoditas kambing PE dinilai lebih prospektif untuk dikembangkan dengan beberapa pertimbangan pada saat ini dibandingkan komoditas domba. 4 Kodar, S. 05 Juni 2009. Potensi Besar Pemanfaatan Kecil. Pikiran Rakyat 5
Berdasarkan data perkembangan populasi ternak kecil (Tabel 4) terlihat bahwa populasi ternak kecil semakin lama semakin menurun. Penurunan terbesar dialami oleh populasi kambing pada tahun 2008 sebesar 9,03 persen. Hal tersebut juga dialami oleh ternak domba yang mengalami penurunan populasi sebesar 0,94 persen, lebih kecil daripada kambing pada tahun yang sama. Namun dilihat dari sisi rata-rata pertumbuhan, populasi domba mengalami peningkatan walau tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,5 persen, dibandingkan kambing pedaging yang selalu menurun tiap tahunnya yaitu sebesar 11,30 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha peternakan domba prospektif untuk dikembangkan. Tabel 4. Perkembangan Populasi Ternak Kecil di Kabupaten Bogor Tahun 2008 Jenis ternak Kambing pedaging 120.255 122.064 117.386 106.787 (11,30) Domba 220.467 229.012 223.253 221.149 0,5 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor adalah Tawakkal Farm (TF) yang terletak di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Bogor. TF berupaya memanfaatkan peluang untuk dapat memenuhi permintaan daging khususnya daging domba, dimana sejak tahun 1991 perusahaan ini telah mencoba memasuki pasar penjualan domba dengan memanfaatkan momen Idul Adha. 1.2 Perumusan Masalah Tahun 2005 2006 2007 2008 Peningkatan rata-rata per tahun (%) Tawakkal Farm (TF) merupakan salah satu usaha peternakan domba terbesar di Kabupaten Bogor dan telah terdaftar di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Peternakan ini diresmikan pada tahun 1993 sebagai usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Sejak TF didirikan, penjualan domba yang dilakukan oleh usaha peternakan ini cenderung meningkat setiap tahunnya. Penjualan domba diutamakan untuk persiapan menjelang hari raya Idul Adha dengan angka penjualan rata-rata per tahun sebesar 1400 ekor. Hingga saat ini, wilayah pemasaran domba TF telah menjangkau wilayah Bogor, Tangerang, dan Jakarta dengan jenis domba yang dipasarkan adalah domba ekor tipis (lokal) dan domba garut. Selain memenuhi kebutuhan kurban, saat ini, TF juga melayani permintaan pasar harian seperti pasar daging, 6
aqiqah, dan restoran-warung sate, baik dalam bentuk hidup maupun siap masak (daging). Selain itu, permintaan juga datang dari para peternak atau pehobi domba tangkas, Dalam jangka panjang, perusahaan mempunyai tujuan menjadi supplier domba untuk wilayah jabotabek, nasional, bahkan internasional. Dalam beberapa tahun terakhir ini, penjualan domba yang dilakukan oleh TF cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai penjualan domba TF untuk kebutuhan harian yang cukup stabil, yaitu 2-3 ekor per hari. Selain itu, penjualan domba juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kurban pada saat menjelang Idul Adha, dimana penjualan domba yang dilakukan oleh perusahaan TF mencapai angka di atas 1400 ekor atau hampir menyamai jumlah kapasitas kandang perusahaan (Tabel 5). Namun pada tahun 2009 lalu, penjualan TF terutama untuk kebutuhan kurban mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 20 persen. Perusahaan hanya mampu menjual dombanya untuk kebutuhan Idul Adha selama satu tahun berjalan sebesar 1200 ekor. Angka penjualan ini tidak sesuai dengan target perusahaan yang seharusnya dapat mencapai 1500 ekor, sehingga banyaknya jumlah domba yang tidak terjual tersebut mengakibatkan penurunan pada keuntungan dan arus kas perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian semakin besar apabila tidak segera ditangani 5. Tabel 5. Data Penjualan Domba Perusahaan Peternakan Tawakkal Farm Tahun 2005 2009 Tahun Target Jumlah Penjualan Penjualan Omzet Penjualan Laba 2005 1400 1385 831.000.000 443.200.000 2006 1500 1480 1.110.000.000 695.600.000 2007 1500 1490 1.117.500.000 700.300.000 2008 1500 1500 1.350.000.000 810.000.000 2009 1500 1200 1.080.000.000 648.000.000 Sumber : Data Primer Perusahaan (2010) Salah satu penyebab terjadinya penurunan penjualan domba pada perusahaan TF dikarenakan semakin banyaknya usaha peternakan domba di wilayah Bogor yang menjadi pesaing kompetitif. Semakin banyaknya peternak domba baik skala kecil maupun skala besar yang berpengalaman dan sudah sejak lama berkecimpung di usaha peternakan domba, khususnya di Kabupaten Bogor turut mempengaruhi tingkat penjualan TF. Usaha peternakan domba yang saat ini menjadi pesaing utama TF adalah peternakan ANDI Farm. Hal ini didasarkan 5 Hasil wawancara dengan pihak manajer/pemilik perusahaan 7
pada populasi ternak domba yang dimiliki peternakan ini hampir sama besar dengan populasi yang dimiliki oleh peternakan domba TF serta performa ternak yang dimiliki juga hampir menyamai performa ternak perusahaan TF. Walau demikian, ANDI Farm masih tergolong pemain baru dalam industri peternakan domba dengan segmen pasarnya baru memenuhi kebutuhan persiapan Idul Adha saja. Namun adanya persamaan segmen pasar yang dimasuki tersebut turut mempengaruhi tingkat penjualan yang dilakukan oleh TF. Disamping peternakan ANDI Farm, MT Farm juga merupakan salah satu pesaing utama TF. Hal ini dikarenakan selain kapasitas yang dimiliki perusahaan ini cukup besar, segmen pasar yang dimasuki MT Farm juga tidak jauh berbeda dengan segmen pasar TF yaitu mencakup pasar tahunan dan pasar harian. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan beberapa usaha peternakan domba yang berada di wilayah Bogor yang merupakan pesaing bagi perusahaan TF. Tabel 6. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor Tahun 2008 No. Jenis Peternakan Lokasi Populasi Ternak (ekor) 1 Peternakan Tawakkal Farm Cimande Hilir 1500 2 Penggemukan Domba ANDI Farm Cimande Hilir 1000 3 Peternakan MT Farm Ciampea 750 4 Pembibitan Domba Garut Cisalopa, Cinagara 600 5 DUAFA (Domba Sehat) Pasir Buncir 500 6 PT. CAPRITO A.P Cariu 350 7 Pembibitan Domba Garut Lesang Pagelaran 300 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) diolah Adanya kesenjangan antara target dan kenyataan yang terjadi pada penjualan TF juga diduga karena kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Hingga saat ini, upaya promosi yang dilakukan TF dalam meningkatkan penjualan sekadar promosi word of mouth dan menjalin hubungan baik dengan mitranya. Selain itu, perencanaan dan strategi bisnis yang dilakukan TF selama ini belum terstruktur dengan baik. Hingga saat ini TF belum membuat perencanaan dan perumusan strategi bisnisnya secara mendetail guna meningkatkan penjualan dan mengungguli pesaing. TF kurang jeli dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan internal serta menangkap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi usahanya, mengingat besarnya potensi pasar dan semakin berkembangnya usaha peternakan. 8
Sebagai salah satu perusahaan peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor, seharusnya TF dapat memanfaatkan peluang besarnya potensi pasar domba. Namun, karena perencanaan dan perumusan strategi bisnis yang dilakukan perusahaan belum efektif mengakibatkan TF belum mampu memenuhi target penjualan perusahaan, serta menghadapi tingginya permintaan masyarakat dan tingkat persaingan sesama perusahaan sejenis. Akibatnya, TF harus mampu bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien ditunjang oleh strategi yang tepat untuk dapat berkompetisi di pasar. Untuk itu, guna menghadapi persaingan yang ada, dibutuhkan strategi khusus agar mampu bertahan dan terus berkembang. Hal ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan TF yang tidak hanya harus bersaing dari segi kuantitas dan kualitas, tetapi juga harus dapat bertahan dalam situasi lingkungan internal dan eksternal dalam hal mempertahankan pelanggan dan merebut konsumen potensialnya. Melihat dari kenyataan yang ada, perusahaan TF harus dapat merumuskan dan memformulasikan beberapa alternatif strategi bisnis agar usahanya dapat terus berjalan. Di sisi lain, perusahaan harus dapat mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) serta mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi dari lingkungan eksternal perusahaan. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, diharapkan perusahaan dapat membuat sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Akan tetapi, adanya rentang produk yang dimiliki oleh peternakan domba TF, mengakibatkan perusahaan harus mampu mengidentifikasi dan menganalisis produk yang paling prospektif yang dimiliki TF untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan kompetitif relatif dibandingkan produk lainnya serta segmen pasar yang potensial untuk produk prospektif tersebut. Dengan adanya penentuan produk prospektif dan segmen pasar yang potensial bagi TF, maka strategi bisnis yang akan dijalankan akan lebih fokus dan terarah. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis domba TF apakah yang prospektif untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial manakah yang dipilih oleh TF untuk memasarkan produknya? 9
2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF? 3. Bagaimanakah formulasi strategi yang tepat untuk diterapkan dan rekomendasi prioritas strategi bisnisnya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis jenis domba yang prospektif yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF. 3. Memformulasikan strategi bisnis dan menentukan prioritas strategi bisnis yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan TF. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan utama dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam perencanaan, penetapan strategi, dan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan usahanya. Bagi penulis, akan diperoleh pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis dalam menentukan strategi bisnis suatu perusahaan. Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti lainnya sebagai bahan pustaka atau acuan dalam mendukung penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada tahap pemberian alternatif strategi bisnis bagi perusahaan TF agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan implementasi dari hasil perumusan strategi diserahkan sepenuhnya kepada pihak pemilik/manajer perusahaan. 10