BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah I.I.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan universal yang memiliki banyak fungsi. Di antara banyak fungsi yang dimiliki oleh bahasa, fungsinya sebagai alat komunikasi menempati urutan yang pertama. Sementara komunikasi bertujuan mentransformasikan ide atau maksud diantara mereka yang melakukan komunikasi itu. Maka, apabila ide atau maksud tidak berhasil disampaikan dalam suatu komunikasi, komunikasi itu dianggap tidak efektif bahkan gagal. Kridalaksana (dalam Chaer, 1994:33) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bakerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan hasil dari aktifitas manusia. Melalui bahasa akan terungkap suatu hal yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Suatu hal tersebut tentu saja berupa informasi-informasi, baik berupa lisan dalam bentuk ujaran maupun yang berupa tulisan. Kalau kita berbicara tentang bahasa, kita juga harus berbicara tentang pengertian bahasa itu sebagai alat komunikasi antargolongan ataupun antarpribadi. Selanjutnya, dalam pengertiannya sebagai alat komunikasi, tentu kita juga dihadapkan dengan berbagai ragam kaidah yang tentu berkaitan dengan tataran
kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu kaidah itu adalah pemakaian kata yang tepat sesuai dengan makna yang dimaksud. Berbicara mengenai makna, maka kita cenderung memikirkan hubungan sesuatu pikiran dengan wujud. Dengan kata lain, tidak jarang pula makna itu diartikan sebagai arti atau maksud. Dalam kaitan inilah banyak kata atau istilah yang muncul dalam pemakaian bahasa. Makna konotasi merupakan salah satu dari jenis-jenis makna yang dikemukakan oleh bebarapa pakar linguistik. Menurut Hendry Guntur Tarigan (1986 : 58) Makna konotasi adalah pancaran impresi-impresi yang tidak dapat dirasa dan tidak dapat dinyatakan secara jelas. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotasi apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Walaupun kata kurus dan langsing mempunyai makna denotasi yang sama tetapi kedua kata itu memiliki nilai rasa yang berbeda, dengan kata lain memiliki makna konotasi yang berbeda. Menjadi orang yang langsing jelas menjadi idaman, impian, keinginan orang dalam masyarakat; sedangkan menjadi orang kurus jelas tidak diinginkan orang, karena hal itu mengandung konotasi negatif, kurang gizi, kurang urus badan. Sesungguhnya persoalan makna memang sangat sulit, karena walaupun makna itu adalah persoalan bahasa, tetapi keterkaitan dan keterikatannya dengan segala segi kehidupan manusia sangat erat. Padahal segi-segi kehidupan manusia itu sendiri sangat kompleks dan luas. Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain,
sesuai dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Kadangkadang orang tidak tahu benar bagaimana harus menggunakan kata-kata dalam kalimat secara tepat dan bagaimana maksud yang ditimbulkannya sehingga mempengaruhi pemakaian bahasa itu. Sering kata digunakan tidak tepat dalam kalimat, baik karena artinya tidak tepat atau tidak tepat benar, atau karena penggabungan kata itu dengan kata lain dalam sebuah frase, klausa, atau kalimat. Sekarang ini kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai macam peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Pers sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peranan yang sangat besar dalam pembinaan bahasa. Salah satu dari sekian banyak media massa yang tersebar di Indonesia adalah surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi yang relatif praktis dan ekonomis. Dengan demikian, maka surat kabar juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mengembangkan bahasa Indonesia. Walaupun penggunaan internet sudah meluas tetapi surat kabar tidak pernah ditinggalkan orang, terutama lansia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan surat kabar juga cukup pesat dengan berbagai nama terbitan surat kabar. Namun, surat kabar yang penulis ambil untuk penelitian ini adalah surat kabar Harian Analisa. Harian Analisa adalah surat kabar harian lokal yang terbit di kota Medan.Harian Analisa diterbitkan pertama kali pada tanggal 23 Maret 1972.
Harian Analisa mempunyai 35 lembar dan merupakan surat kabar yang terbesar dikota Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu. (Sumber: Http:///id.wikipedia org/wiki/analisa. Com/23/07/2005) Dalam surat kabar Harian Analisa terdapat berbagai rubrik yang memuat informasi-informasi salah satunya adalah opini.opini berisikan tentang pendapat, pikiran dan sikap resmi suatu media sebagai penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontrovesial yang berkembang dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan untuk mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media pers yang bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lambang penerbitan media berkala. Opini bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat di jajaran redaksi atau dibagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lambang penerbitan pers, karena merupakan suara lembaga (Sumadiria: 2005: 7). Setelah penulis membaca dan memahami teori ragam makna konotasi menurut Hendry Guntur Tarigan dan membaca surat kabar Harian Analisa, penulis tertarik untuk menganalisis dan menemukan ragam makna konotasi pada opini Harian Analisa serta peneliti juga ingin mengetahui ragam konotasi yang paling dominan pada opini Harian Analisa.
I.1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu: 1. Ragam konotasi kolektif apa sajakah yang terdapat pada opini Harian Analisa? 2. Ragam konotasi kolektif apa yang dominan pada opini Harian Analisa? I.2 Batasan Masalah Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta tujuan dari penelitian dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti membatasi pada ragam konotasi kolektif pada opini Harian Analisa periode 1 Juli- 31 Juli 2010. I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Peneitian 1. Mendeskripsikan ragam konotasi kolektif pada opini Harian Analisa.
2. Mendeskripsikan ragam konotasi kolektif yang dominan pada opini Harian Analisa. 1.3.2 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan tentu saja mempunyai manfaat. Manfaat penelitian ini adalah : 1. Pembaca dapat mengetahui ragam konotasi kolektif pada opini Harian Analisa. 2. Menjadi bahan perbandingan kepada peneliti peneliti lain yang akan menganalisis hal yang sama dalam bidang linguistik, khususnya yang ingin meneliti tentang makna konotasi. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran awal dari objek yang diabstrakkan dari peristiwa konkret dan digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kridalaksana (2001: 117) mengatakan bahwa konsep adalah gambaran awal dari objek penelitian yang digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ragam Konotasi Kolektif