2018 Program Studi Geografi Universitas Muhammadiyah Gorontalo JURNAL SAINS INFORMASI GEOGRAFI [JSIG] Volume I Nomor 1, Mei 2018 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

Slum, shantytown, land sharing, legality of land, Sindulang One Urban Village, Tuminting Sub-district, Manado City

KAJIAN PERUBAHAN TINGKAT KEKUMUHAN PASCA PENANGANAN KAWASAN KUMUH COT BAK U, KOTA SABANG PROVINSI ACEH

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

ANALISIS POTENSIAL KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN LAHOMI KABUPATEN NIAS BARAT DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS T E S I S

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA BONTANG. Amos Setiadi 1

TIPOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PESISIR KABUPATEN TUBAN, STUDI KASUS: KELURAHAN KINGKING

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto

IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH MELALUI UPAYA PEREMAJAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA JAMBI IDENTIFICATION OF SLUMS AREA IN THE CENTER OF JAMBI CITY

ANALISIS FAKTOR KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI KELURAHAN CALACA KOTA MANADO

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Strategi Penentuan Prioritas Kawasan Permukiman Ciloseh Kota Tasikmalaya Berdasarkan Kriteria Kekumuhan

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

SUPLEMEN TATACARA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA TARAKAN

ANALISA TINGKAT KETAHANAN TERHADAP KEBAKARAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TARAKAN. Budi Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI 30 KABUPATEN/KOTA PRIORITAS

PENILAIAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KOTA SEMARANG

BAB V Area Beresiko Sanitasi

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN LINGKAS UJUNG KOTA TARAKAN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI SUNGAI 1

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

Rilis PUPR #2 12 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/555. Sentuhan Infrastruktur PUPR Berupaya Menghapus Wajah Kumuh Kampung Nelayan Tegalsari

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

STRATEGI PENCAPAIAN TARGET RPJMN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Denpasar, 20 April 2016

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

2018 Program Studi Geografi Universitas Muhammadiyah Gorontalo JURNAL SAINS INFORMASI GEOGRAFI [JSIG] Volume I Nomor 1, Mei 2018 ISSN 2614-1671 IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN TALUMOLO KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO Identification of Slum Settlement in Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo Muhammad Rijal Syukri 1, Sri Sutarni Arifin 2 1,2 Teknik Arsitektur Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia Email Korespondensi: muh.rijalsyukri@gmail.com DOI: http://dx.doi.org/10.31314/jsig.v1i1.144 Abstract - The high number of urban residents due to the large number of migrants caused the reduction of land for settlements. This triggered the emergence of slums in various areas of the city. Dumbo Raya sub-district is a coastal area that is geographically flanked by the sea and hills. This condition causes the region to be very vulnerable to the disaster so that the growth of irregular or well-structured settlements will increase the chances of disaster occurring. This study aims to determine the slums in Talumolo Subdistrict, Dumbo Raya District based on several indicators that have been determined and obtain data in the form of the area of slum identified. This study also aims to determine the level of slum in the selected area. The method used in this research is through the application of Geographic Information System (GIS) and data analysis of questionnaires through mathematical calculations. Through this study obtained results in the form of: 1) Determination of locations included in the slum area based on 6 (six) variables namely non-economic vitality, economic vitality, land status, condition of infrastructure facilities, commitment of local governments and priority handling; 2) The results of identification and delineation of slum areas in Talumolo Village indicate that there is a slum area of 32,235 hectares with MEDIUM classification. Keywords: region, settlement, slum, Gorontalo, urban Abstrak Tingginya jumlah penduduk kota akibat banyaknya pendatang menyebabkan berkurangnya lahan untuk permukiman. Hal ini memicu munculnya permukiman kumuh pada berbagai wilayah kota. Kecamatan Dumbo Raya merupakan wilayah pesisir yang secara geografis wilayahnya diapit oleh laut dan perbukitan. ini mengakibatkan wilayah ini sangat rawan dengan bencana sehingga pertumbuhan permukiman yang tidak teratur atau tertata dengan baik akan memperbesar peluang terjadinya bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kawasan kumuh yang ada di Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya berdasarkan beberapa indikator yang telah ditetapkan dan memperoleh data berupa luas kawasan kumuh yang diidentifikasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan tingkat kekumuhannya kawasan yang terpilih. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis data hasil kuisioner melalui hitungan matematis. Melalui penelitian ini diperoleh hasil berupa : 1) Penentuan lokasi yang termasuk ke dalam kawasan kumuh disusun berdasarkan 6 (enam) variabel yaitu vitalitas non ekonomi, vitalitas ekonomi, status tanah, kondisi prasarana sarana, komitmen pemerintah daerah dan prioritas penanganan; 2) Hasil identifikasi dan deliniasi kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Talumolo menunjukkan bahwa terdapat kawasan kumuh seluas 32,235 hektar dengan tingkat kekumuhan SEDANG. Kata kunci: kawasan, permukiman, kumuh, Gorontalo, perkotaan 51

PENDAHULUAN Berdasarkan sejarah kota, masalah perumahan belum pernah tuntas bahkan terus bertambah. Pengalaman berbagai kota tua di zaman dahulu dan kota modern sekarang ini telah menunjukkan bahwa masalah perumahan adalah masalah yang tidak pernah selesai. Berbagai masalah dan kendala perumahan bertabrakan karena adanya tuntutan peningkatan mutu bagi orang yang berpunya dan kebutuhan akan sekedar papan atau tempat bernaung bagi penduduk kota yang miskin dan pendatang baru. Tingginya jumlah penduduk kota akibat banyaknya pendatang menyebabkan berkurangnya lahan untuk permukiman. Hal ini memicu munculnya permukiman kumuh pada berbagai wilayah kota. Pembangunan permukiman saat ini kurang atau belum mengantisipasi dan mengakomodir perkembangan kawasan perkotaan. Hal ini akan menimbulkan beberapa implikasi permasalahan antara lain: (a) tidak meratanya penyediaan infrastruktur perkotaan, dan (b) tidak tersedianya lingkungan permukiman yang layak, (c) tidak terkendalinya pembangunan permukiman pada daerah-daerah non-permukiman, dan (d) terjadinya permukiman kumuh. Kompleksitas kegiatan kawasan kumuh perkotaan akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan meliputi semua lini di perkotaan, perkembangan kawasan perkotaan ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisili dan melakukan aktivitas ekonominya di perkotaan. Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya merupakan wilayah pesisir yang secara geografis wilayahnya diapit oleh laut dan perbukitan. ini mengakibatkan wilayah ini sangat rawan dengan bencana sehingga pertumbuhan permukiman yang tidak teratur atau tertata dengan baik akan memperbesar peluang terjadinya bencana. Oleh karena itu, disusun penelitian ini yang berjudul Identifikasi Permukiman Kumuh di Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo yang bertujuan untuk menentukan kawasan yang terindikasi sebagai kawasan kumuh sehingga memudahkan dalam proses perencanaan penataan permukiman kumuh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kawasan kumuh yang ada di Kecamatan Dumbo Raya berdasarkan beberapa indikator yang telah ditetapkan dan memperoleh data berupa luas kawasan kumuh yang diidentifikasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan tingkat kekumuhannya kawasan yang terpilih. Melalui penelitian ini akan diperoleh data yang akan menjadi dasar dalam penyusunan program penataan permukiman kumuh di Kota Gorontalo. Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah baik Nasional maupun Daerah dalam perencanaan proses pembangunan di wilayah kajian. METODE DAN DATA Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif melalui tahapan sebagai berikut : 1. Tahapan pengumpulan data meliputi studi literatur, pengumpulan data primer, peta-peta dasar. 2. Survey untuk menentukan bentuk dan tingkat kekumuhan kawasan melalui identifikasi sarana dan prasarana permukiman yang tersedia serta gambaran kondisinya. 3. Penyebaran dan pengisian kuisioner oleh masyarakat untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat pada wilayah penelitian. 4. Analisis data hasil survey melalui Sistem Informasi Geografis Data hasil survey lapangan selanjutnya dihitung menggunakan rumus matematika untuk memperoleh persentasi ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan, ketidaksesuaian bangunan yang ada dengan persyaratan teknis bangunan, cakupan pelayanan jalan lingkungan, kualitas permukaan jalan lingkungan, ketersediaan akses aman air minum, ketidakmampuan megalirkan limpasan air, ketersediaan drainase, sistem pemeliharaan drainase, keterhubungan drainase dengan sistem perkotaan, sistem pengelolaan limbah berdasarkan standar teknis, prasarana dan sarana air limbah yang sesuai dengan standar teknis, sistem pengelolaan prasarana dan sarana persampahan, ketersediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran dan kesesuaian dengan dokumen perencanaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil delineasi kawasan kumuh ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi kondisi fisik permukiman yang mengacu pada kriteria penentuan kawasan permukiman kumuh untuk berupa: 52

1. Vitalitas Non Ekonomi a. Kesesuaian dengan tata ruang b. fisik bangunan (pertambahan bangunan liar, kepadatan bangunan, bangunan temporer, building coverage, jarak antar bangunan) c. kependudukan (kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk) 2. Vitalitas Ekonomi a. Letak strategis kawasan b. Jarak ke tempat mata pencaharian c. Fungsi kawasan sekitar 3. Status Tanah a. Dominasi status tanah b. Status kepemilikan tanah 4. Sarana Prasarana a. jalan lingkungan b. drainase c. Air Minum d. Air Limbah e. Persampahan Hasil identifikasi dan deliniasi kawasan permukiman kumuh di Kota Gorontalo Tahun 2016 sebanyak 6 lokasi kawasan kumuh dengan luas kawasan kumuh sekitar 62,232 Ha. Kawasan permukiman kumuh tersebut tersebar di Kecamatan Dumbo Raya meliputi Kelurahan Talumolo, Kelurahan Leato Utara, dan Kelurahan Leato Selatan. Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Talumolo seluas 32,235 hektar dengan karakteristik tipologi di pinggir pantai, mata pencaharian mayoritas penduduk yaitu nelayan dan pekerja pelabuhan, kepadatan bangunan tinggi hingga sangat tinggi. Secara rinci lokasi kawasan permukiman kumuh di wilayah Kota Gorontalo disajikan pada Gambar 1. Permasalahan lingkungan pada lokasi kawasan permukiman kumuh di wilayah tersebut meliputi : 1) Kepadatan bangunan tinggi dan kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat; 2) jalan lingkungan yang belum diperkeras dan rusak; 3) Permasalahan akses terhadap air minum dengan kualitas baik; 4) Permasalahan drainase air yang belum tersedia dan belum memenuhi persyaratan teknis; 5) Belum tersedianya sarana pengelolaan air limbah yang sesuai persyaratan teknis; 6) Belum tersedianya fasilitas sanitasi masyarakat (MCK) yang sesuai persyaratan teknis; 7) Belum tersedianya sarana pengelolaan persampahan yang sesuai persyaratan teknis; Hasil Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo pada tahun 2016 terdiri atas 5.647 jiwa dengan 1.538 KK. Tipologi kawasan merupakan daerah tepi air/pantai yang diapit oleh daerah perbukitan. Hasil identifikasi kawasan menunjukkan bahwa terdapat permasalahan seperti jalan lingkungan yang pada umumnya belum diperkeras atau masih berupa jalan tanah dan tidak dilengkapi dengan drainase. Belum tersedia sistem penanganan maupun pengolahan limbah sehingga limbah domestik terbuang ke saluran drainase maupun tanah terbuka. Selain itu, prasarana persampahan tidak tersedia baik dalam bentuk bak sampah, pembuangan sampah sementara maupun sistem pengelolaan sampah lainnya. Hasil analisis penilaian tingkat kekumuhan kawasan berdasarkan 7 indikator kawasan kumuh yang termuat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 2/PRT/M/2016 di Keluraha Talumolo dapat dilihat pada Tabel 1. 53

Gambar 1. Hasil Delineasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Talumolo Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo Tabel 1. Kriteria dan Indikator Penilaian Tingkat Kekumuhan Kawasan Bangunan Aspek Kriteria dan Indikator Parameter Jalan Lingkungan Penyediaan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan Proteksi Kebakaran (Sumber : Data Primer, 2016) a. Ketidakteraturan Bangunan : 51% 75% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan. b. Tingkat Kepadatan Bangunan : 51% 75% kepadatan bangunan pada lokasi tidak sesuai ketentuan c. Kualitas Bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis. a. Cakupan Jaringan Pelayanan : 76% - 100% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan. b. Kualitas Permukaan Jalan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan buruk. a. Ketidaktersediaan Akses Aman : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang Air Minum aman. b. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum Air Minum minimalnya. a. Ketidaktersediaan Drainase : 25% - 50% area tidak tersedia drainase lingkungan. b. Pemeliharaan Drainase : 76%-100% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau. c. Ketidakterhubungan dengan Sistem : 76%-100% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki Drainase Perkotaan di atasnya. d. Kualitas Konstruksi Drainase : 76%-100% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk. a. Sistem Pengelolaan Air Limbah : 25% - 50% area memiliki sistem pengelolaan air limbah yang tidak sesuai standar teknis. b. Prasarana dan Sarana Air Limbah : 25% - 50% area memiliki prasarana dan sarana pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis. a. Prasarana dan Sarana Persampahan : 76%-100% area memiliki prasarana dan sarana pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis. b. Sistem Pengelolaan Persampahan : 76%-100% area memiliki sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis. c. Pemeliharaan Sarana Prasarana : 76%-100% area memiliki sarana prasarana persampahan yang Pengelolaan Persampahan tidak terpelihara. a. Sistem Proteksi Secara Aktif dan : 76% - 100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran. Pasif b. Sarana Proteksi Kebakaran : 76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus matematis data primer yang ada pada lokasi penelitian, maka diperoleh hasil yaitu nilai kekumuhan kawasan di Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo adalah sebesar 46. Tingkat kekumuhan ini berada pada klasifikasi SEDANG yaitu 45 70 (Kumuh Sedang). 54

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penentuan lokasi yang termasuk ke dalam kawasan kumuh disusun berdasarkan 6 (enam) variabel yaitu vitalitas non ekonomi, vitalitas ekonomi, status tanah, kondisi prasarana sarana, komitmen pemerintah daerah dan prioritas penanganan. 2. Perhitungan tingkat kekumuhan kawasan didasarkan pada 7 aspek yaitu : Bangunan, Jalan Lingkungan, Penyediaan Air Minum, Drainase Lingkungan, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan Persampahan, Proteksi Kebakaran. Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Talumolo seluas 32,235 hektar; Kelurahan Leato Utara seluas 13,48 hektar; dan Kelurahan Leato Selatan seluas 16,517 hektar dengan tingkat kekumuhan SEDANG. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo, 2016. Kecamatan Dumbo Raya Dalam Angka, 2015. Burhanuddin, 1998. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Perbaikan Lingkungan Perkotaan. Tesis Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Sinulingga, Budi, 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Yudohusodo, Siswono. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Direktorat Jendral Cipta Karya: Jakarta. 55