BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN DAN KREATIVITAS SISWA. (PTK Kelas V SD Negeri II Mulyoharjo Jepara) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fatima Dwi Ratna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

Skripsi Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika sebagai studi objek abstrak tentu saja sangat sulit dicerna anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang oleh Piaget mereka diklasifikasikan masih dalam tahap berpikir operasi kongkret. Siswa SD masih belum mampu berpikir formal, karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda kongkret. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa matematika tidak mungkin dapat diajarkan di SD, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan sejak usia balita. Siswa harus dipandang bukan sekedar obyek pendidikan, tetapi juga sebagi subyek pendidikan. Keaneka ragaman kemampuan siswa juga perbedaan minat mempersulit penyampaian matematika. Sebab metematika yang universal itu bersifat abstrak dan formal terlepas dari obyek kongkret walaupun inspirasinya dapat berasal dari dunia nyata. Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematika, diperlukan guru yang professional dan kompeten. Guru yang professional dan kompeten adalah guru yang menguasai materi pembelajaran matematika, memahami bagaimana anak-anak belajar, menguasai langkah-langkah pembelajaran sehingga mampu mencerdaskan peserta didik dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Muhsetyo, 2007: 37). Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, 2005:27). 5

6 Pembelajaran Matematika bertujuan melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Nur, 2003:52). Mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD maka perlu dicarikan jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh siswa SD pada umumnya. Kegiatan mengelola proses belajar mengajar matematika itu harus sesuai dengan kegiatan belajar matematika di SD sehingga belajar matematika menjadi bermanfaat dan relevan bagi kehidupan siswa. Pemilihan topik-topik matematika yang diperluas di SD harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bahwa : a. Mengajar matematika tidak sekedar menyusun urutan informasi, tetapi juga kemampuan siswa pada tingkat SD, relevansi materi yang dipilih ditinjau bagi kegunaan dan kepentingan siswa. b. Mengajar matematika dapat mengembangkan siswa mampu mengetas idenya, menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan idenya. Orientasi pengajaran matematika adalah subyek didik, yaitu agar siswa belajar matematika. Permasalahan yang timbul adalah tidak sesuainya kemampuan siwa terhadap matematika yang disajikan gurunya. Guru ingin segera menyelesaikan bahan pelajaran yang tercantum dalam silabus matematika, sedangkan siswa belum sempat memahaminya. Pada dasarnya siswa ingin berhasil. Mereka lebih mengharapkan sukses daripada gagal. Keberhasilan siswa akan membentuk masa depan yang meyakinkan. Banyak terjadi siswa lebih lambat mencerna konsep yang diberikan guru. Ini dapat diartikan guru terlalu banyak mengharapkan, dan mengakibatkan siswa membenci matematika. Yang harus diusahakan ialah agar siswa menyukai matematika. Untuk siswa tingkat SD, terdapat dua aspek dalam pengajaran matematika, yaitu:

7 a. Matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. b. Matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (rangsang) yang terjadi. (Fauzi, 1990:44). Gambar di bawah ini menunjukkan bagan proses belajar Tidak Tahu Proses belajar 1. Motivasi 2. Perhatian pada pelajaran 3. Menerima atau mengingat 4. Reproduksi 5. Generalisasi 6. Melaksanakan latihan dan umpan baliknya Mengerti 2.1.2.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka. Menurut (Sudjana, 1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Gagne dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan ada 5 (lima) kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sementara Bloom dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

8 seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Romiszowski (Abdurrachman, 1999:38) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs) Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan kinerja (performance). 2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi masalah. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika mempunyai peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu, cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini. Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan petanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Menurut Ismail (2002: 2), penilaian evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

9 1) Tugas-tugas Perencanaan Hakekat interaktifnya, pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa. a. Penetapan tujuan. Pertama kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri. b. Merencanakan situasi masalah. Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki dan tidak terdefinisi secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum. c. Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Pembelajaran berbasis masalah, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilaksanakan di perpustakaan bahkan dapat pula dilakukan di luar kelas. 2) Tugas Interaktif a. Orientasi siswa pada masalah. b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. 2.1.4 Pembelajaran Matematika dengan Metode Pemecahan Masalah Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah-masalah, dan perlu mencari penyelesaiannya. Bila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka harus

10 mencoba menyelesaikannya dengan cara yang lain. Dalam pembelajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan pada siswa biasanya disebut soal. Dengan demikian, soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut. 1) Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah yang bersifat melatih agar terampil atau sebagai aplikasi dan pengertian yang baru saja diajarkan. 2) Masalah tidak seperti halnya latihan pada no.1 yang menghendaki siswa agar menggunakan sintesis atau analisis untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing siswa-siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah. Melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari. Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan. Sebab siswa tersebut mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan dan menganalisis informasi tersebut. Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitasaktivitas matematika seperti mencari generalisasi dan menamakan konsep melalui strategi pemecahan masalah. Dengan dihadapkan kepada suatu

11 masalah, maka siswa akan berusaha melakukan penyelesaiannya. Ia belajar bagaimana melakukan perencanaan dengan melalui proses memecahkan masalah. Menurut Hudojo dan Sutowijoyo menyatakan bahwa petunjuk langkahlangkah sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut. 1) Pemahaman terhadap masalah, meliputi pemahaman kata demi kata, kalimat demi kalimat. Identifikasi masalah yang hendak dicapai. Abaikan hal-hal yang tidak relevan dan jangan menambahkan hal-hal sehingga masalahnya menjadi berbeda. 2) Perencanaan penyelesaian masalah yang seringkali memerlukan kreativitas untuk merumuskan rencana/strategi penyelesaian masalah. 3) Merencanakan penyelesaian masalah. Langkah ini merupakan langkah Pola yang didefinisikan sebagai melaksanakan perencanaan penyelesaian. 4) Melihat kembali penyelesaian. Menurut Polya (Suherman, 2003:99), dalam pemecahan suatu masalah terdapat 4 (empat) langkah yang harus dilakukan yaitu, memahami masalah, merencanakan pemecahannya, memecahkan masalah sesuai rencana langkah kedua dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pemecahan masalah (Suherman, 2003:103). Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika, sebab : 1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis dan kemudian meneliti kembali hasilnya. 2) Keputusan intelektual akan timbul dari dalam dan ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa. 3) Potensi intelektual siswa meningkat.

12 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Seorang guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok dan bermakna bagi siswa-siswanya agar siswanya tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut bisa bersumber dari buku-buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan matematika sekolah. Selain itu agar para siswa tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan. Mengajar menyelesaikan masalah kepada siswa merupakan pendidikan tentang kemauan. Menyelesaikan masalah yang tidak mudah bagi siswa yang mungkin dimulai dengan suatu kegagalan tidaklah jelek. Karena melalui kegagalan, siswa menghargai sedikit kemajuan dan sambil menantikan gagasan-gagasan yang lebih cemerlang. 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang peningkatan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Latifah, (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas 6 SD Negeri Loktabat 1 melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah, dengan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah tingkat pemahaman dan hasil belajar IPA pada siswa meningkat. Ris Wiwin Herlina, (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran matematika berbasis masalah untuk meningkatkan penalaran dan kreativitas siswa (ptk kelas 5 SD Negeri II Mulyoharjo Jepara). Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Program Sarjana Program Pendidikan Matematika, juga terbukti benar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan tingkat penalaran dan kreativitas siswa.

13 2.3 Kerangka Pikir Rendahnya prestasi belajar Matematika tentang pokok bahasan pengukuran pada SDN Sumur 03 tahun pelajaran 2012-2013 menjadi inspirasi munculnya penelitian. Dari pembelajaran awal pada mata pelajaran Matematika kelas 6 SDN Sumur 03 tentang pokok bahasan pengukuran banyak siswa yang memperoleh nilai evaluasi kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 70. Pada kondisi awal guru belum menggunakan pembelajaran berbasis masalah, sehingga hasil belajar matematika siswa masih rendah. Pada pembelajaran Matematika akan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, karena dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari sehingga membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan dan dapat menemukan sendiri jawaban dengan cara mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pada siklus I siswa menjadi 4 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 orang, membagikan seperangkat pembelajaran yang meliputi kartu masalah, papan nama kelompok, kertas manila dan spidol, memberikan kebebasan tentang cara menyelesaikan permasalahan kepada masing-masing kelompok untuk bekerjasama dalam menyelesaikan kartu masalah. Sedangkan pada siklus II mendorong siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya. Melalui penyelesaian masalah siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teori-teori dan keterampilan yang telah dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah mengajarkan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah sehingga siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif sehingga hasil belajar Matematika pada siswa kelas 6 SDN 03 Sumur dapat meningkat di atas KKM 70.

14 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat hasil belajar dengan pokok bahasan pengukuran pada siswa kelas 6 SD Negeri Sumur 03 Pati tahun Pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan.