BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi. Hal itu dapat mempengaruhi aspek-aspek kehidupan, yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Yang terbayang oleh kita saat ini adalah seberapa jauh kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Memasuki abad 21, dunia dihadapkan pada perkembangan teknologi dan arus globalisasi. Hal itu dapat mempengaruhi aspek-aspek kehidupan, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Ketidakberdayaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi dan arus globalisasi tersebut bisa menyebabkan hancurnya tatanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia dihadapkan pada sejumlah permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat material, akan tetapi sudah menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan urusan spiritual. Untuk menghindari terjadinya berbagai penyimpangan, dibutuhkan suatu pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dimaksudkan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual peserta didik saja, akan tetapi ditekankan pada proses menumbuhkan benih-benih adab manusia untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan. Selain itu, pendidikan juga merupakan

2 proses pembinaan kepribadian secara menyeluruh agar menjadi lebih dewasa. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya berhubungan dengan persoalan pengolahan dan pemberian informasi, juga bukan sekedar penerapan teori belajar di dalam kelas yang menekankan pada hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran. Akan tetapi menurut Bruner dalam Sagala (2008: 3) pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebudayaan. Pendapat tersebut menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya. Dalam usaha menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dibutuhkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang terdapat dalam ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan menurut Sagala (2008: 3) merupakan ilmu yang mempelajari proses pengaruh mempengaruhi antara peserta didik dengan pendidik dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Hasil dari pendidikan tersebut diharapkan bisa menjadikan peserta didik dapat bertanggungjawab atas tindakan dan keputusannya sendiri, sehingga mereka menjadi manusia yang mandiri dan dapat hidup lebih baik. Hal itu sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan, sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

3 mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam konteks ini, maka tujuan pendidikan adalah sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi para peserta didik agar mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik dapat tumbuh, bersaing, dan mempertahankan hidupnya di masa depan yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, setiap lembaga pendidikan diharapkan menciptakan suatu budaya belajar. Karena pendidikan dimaksudkan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, Pasal 4, Ayat 3, Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Proses pembudayaan dan pemberdayaan tersebut diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun keinginan, memberikan motivasi, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Hal itu tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Pasal 4, Ayat 4, Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik harus memberikan keteladanan dalam setiap tindakannya, memberikan motivasi agar peserta didik mau belajar, dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Hal

4 itu dikarenakan mutu pendidikan bukan hanya terletak pada mutu lulusannya saja, akan tetapi terletak pada input, proses, output, dan outcome. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Usman (2010: 513) bahwa mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, outcome. Pendidikan merupakan suatu industri layanan jasa. Institusi pendidikan baik yang formal maupun nonformal sebagai institusi pemberi jasa. Jasa berbeda dengan produk, karena biasanya pemberian jasa berhubungan langsung antara pemberi jasa dan pelanggannya (penerima jasa). Jasa diberikan secara langsung oleh orang dan diterima secara langsung oleh orang. Ada hubungan yang sangat dekat antara pemberi dan penerima jasa. Oleh karena itu, jasa tidak dapat dipisahkan dari orang yang memberikannya, dan yang menerimanya. Menurut Sallis (2010: 68-69), pelanggan dalam industri layanan jasa terbagi menjadi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan internal dalam dunia pendidikan adalah pendidik dan staf. Sedangkan pelanggan eksternalnya meliputi peserta didik, orang tua, pemerintah, dan dunia kerja. Sedangkan, pelanggan utamanya adalah peserta didik. Suatu institusi pendidikan dikatakan bermutu jika pelanggannya merasa puas atas layanan yang diberikan. Kepuasan pelanggan terlihat jika mutu pelayanan jasa yang diberikan sesuai dengan mutu pelayanan yang diharapkannya atau bahkan melebihinya. Sistem pendidikan nasional yang ada pada saat ini tampaknya lebih mengutamakan pengajaran daripada pendidikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasana (2011: 15) sistem pendidikan nasional cenderung menempatkan

5 porsi pengajaran lebih besar daripada porsi pendidikan, sehingga kegiatan pendidikan cenderung diidentikkan dengan proses peningkatan kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan belaka. Sedangkan, pembentukan kepribadian unggul dan budaya mutu belum diperhatikan secara mendasar. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran yang lebih mengutamakan proses penguasaan materi dan nilai daripada pembentukan kepribadian. Sistem dan proses itulah yang menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan kualitas diri. Ketidak seimbangan tersebut antara lain diakibatkan oleh banyaknya mata pelajaran dan padatnya materi yang harus diberikan kepada para peserta didik. Penyampaian materi (transfer ilmu pengetahuan) yang disebabkan oleh banyaknya materi menyita waktu pembelajaran, sehingga mengabaikan tugas pokok lainnya, yaitu meningkatkan pertumbuhan dan kualitas kepribadian peserta didik. Secara lahiriah, anak-anak lebih suka berada dalam ruangan yang informal, terbuka dan bebas daripada dalam suasana yang formal, tertutup dan dengan lingkungan yang terbatas. Anak-anak lebih dapat menikmati waktu belajar mereka di ruang terbuka, sehingga pengembangan kreatifitas dan kemampuan dirinya menjadi lebih efektif. Armstrong yang diterjemahkan oleh Lovely dan Widjanarko (2011: 154) mengemukakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan perkembangan dalam pendidikan sekolah dasar, sebagai berikut: 1. Ruang kelas yang membuka dunia nyata 2. Membaca, menulis, dan matematika yang berhubungan dengan penemuan dunia nyata

6 3. Bahan pelajaran autentik yang biasanya menjadi bagian dari dunia nyata 4. Eksplorasi siswa pada dunia nyata yang dipandu oleh guru 5. Balajar berdasarkan pertemuannya dengan dunia nyata, menghasilkan gagasan, wawasan, pencerahan, renungan, pengamatan, dan sebagainya. Memberikan kepercayaan dan sikap positif pada diri anak terhadap lingkungannya merupakan sistem pengembangan pendidikan yang utama. Namun, pendidikan yang ada telah mematikan daya kritis dan kreativitas generasi bangsa. Sejak duduk di Taman Kanak-kanak hingga perguruan tunggi siswa dididik untuk tidak boleh kritis dan kreatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh www.ayahbundaku.com pada Ruang Ayah Edi menunjukkan bahwa sistem pendidikan di sekolah yang ada di Indonesia pada umumnya: 1. Berpusat pada jasmani saja, bukan pada jasmani dan rohani (holistic). Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai aspek rohani yang meliputi fungsi-fungsi kerja otak dan psikologi anak. 2. Berpusat pada kepentingan guru bukan murid. 3. Berpusat pada target materi/kurikulum bukan dinamika kelas. 4. Berpusat pada pemahaman fungsi otak yang terbatas (IQ) bukan pada multiple intelligence (kecerdasan unik tanpa batas). 5. Berpusat pada kemampuan naluri mengajar bukan pada keahlian professional mengajar berdasarkan pelatihan. 6. Berpusat pada lower order thinking bukan highly order thinking.

7 7. Berpusat pada 1 model tes (verbal test model/scholastic aptitude test) bukan berdasarkan tes beragam yang disesuaikan dengan jenis bidang dan mata pelajaran dan keunggulan spesifik anak. 8. Berpusat pada hasil akhir (hanya sebagai uji ingatan) bukan pada proses perbaikan yang diamati dan dicatat dari waktu ke waktu. 9. Berpusat pada proses imaginative bukan realitas 10. Guru sebagai sumber kebenaran 11. Berpusat pada ruang dan tempat yang terbatas. 12. Miskinnya pemberian dukungan belajar/ motivasi dari para guru. Guru lebih suka memuji siswa yang sukses daripada membangkitkan siswa yang gagal dan memuji usaha-usaha kebangkitannya terlepas dari kegagalan. 13. Guru sebagai penguji bukan pembimbing, guru merasa tidak bertanggungjawab terhadap kegagalan para siswanya dalam ujian yang dibuatnya sendiri. 14. Berpusat pada tradisi bukan kreatifitas, sehingga materi yang diajarkan selalu sama dan seringkali tidak relevan dengan perubahan zaman yang dialami siswanya sekarang. Oleh karena itu, sekolah lebih tepat disebut sebagai lembaga pengajaran bukan lembaga pendidikan. Mengajar adalah membuat tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa sedangkan mendidik adalah membuat anak tidak mau menjadi mau. Sasaran mengajar adalah ilmu sedangkan sasaran mendidik adalah moral dan karakter. Maka, wajar jika banyak anak didik di sekolah yang justru memiliki karakter sama seperti orang yang tidak terdidik.

8 Salah satu sekolah alternatif yang berorientasi holistic bahkan spiritual adalah Sekolah Alam. Sekolah Alam merupakan salah satu pendidikan alternatif berbasis lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia. Sekolah Alam merupakan sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta untuk membantu siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya mampu memanfaatkan, mencintai, dan memelihara alam. Penelitian mengambil tempat di Sekolah Alam Bandung. Sekolah Alam Bandung berusaha mengaplikasi model pembelajaran yang memperhatikan perkembangan psikologis siswanya. Satu-satunya cara terbaik yang dapat ditempuh untuk memenuhi perkembangan anak adalah dengan permainan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Amstrong (2011: 124) bahwa bermain adalah proses yang terus berubah dan bersifat multi-indrawi, interaktif, kreatif, dan imajinatif. Maka, proses belajar anak seharusnya tidak boleh terpisah dari dunia bermain. Sekolah Alam Bandung membuat terobosan baru dalam dunia pendidikan dengan menekankan proses pembelajaran yang disampaikan secara aktif dan fun yang dapat membuat anak tetap riang gembira di saat sekolah berlangsung (joyful learning). Prinsip dasarnya, anak akan belajar secara efektif bila berada dalam kondisi fun dan nyaman. Sistem pendidikan yang dikembangkan di Sekolah Alam Bandung adalah dengan cara memberikan kepercayaan, sikap positif pada diri anak terhadap lingkungannya, karena perkembangan intelektualitas, emosional dan spiritual quotient sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam sekitar, sehingga

9 anak dapat mengembangkan nilai kepemimpinannya, memiliki emosi yang stabil dan dapat bekerja dalam suatu kelompok. Berdasarkan pengamatan awal, Sekolah Alam Bandung mendesain sekolah menjadi tempat belajar yang menyenangkan sehingga anak menjadi kerasan. Siswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga belajar di ruang terbuka, alam bebas maupun di arena bermain yang edukatif. Materi sekolah yang diterapkan di Sekolah Alam Bandung tetap mengacu pada kurikulum Diknas, namun ditambah dengan beberapa kajian khusus dan penerapannya diselaraskan dengan filosofi Sekolah Alam yang disajikan dalam bentuk tiga falsafah, yaitu ketakwaan, keilmuan, dan kepemimpinan. 1.2 FOKUS PENELITIAN Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembudayaan. Hal itu sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 4, Ayat 3 yang menyatakan bahwa proses pendidikan sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan peserta didik sepanjang hayat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan harus menciptakan suatu budaya belajar. Sallis (2010:86) mengemukakan bahwa core bisnis pendidikan terletak pada mutu layanan pembelajaran. Jika layanan yang diberikan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan bahkan melebihinya, maka layanan tersebut bisa dikatakan bermutu, akan tetapi jika layanan tersebut tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan, maka dapat dikatakan tidak bermutu dan ada gap di dalamnya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, setiap sekolah sebagai

10 instiitusi formal di bidang pendidikan harus meningkatkan mutu layanan pembelajarannya. Namun kenyataannya, hasil-hasil pembelajaran yang ada sekarang ini seringkali dianggap kurang memuaskan berbagai pihak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut; pertama, kebutuhan dan aktivitas di berbagai bidang kehidupan terus berkembang lebih pesat daripada perkembangan proses pembelajaran, sehingga hasil-hasil pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik menjadi tidak cocok dengan kenyataan kehidupan yang dihadapinya. Kedua, temuan-temuan baru tentang pembelajaran di berbagai bidang membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaraan yang ada sekarang ini tidak cocok lagi untuk digunakan. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pembelajaran menuntut adanya upaya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran, dengan harapan dapat meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, berbagai kalangan pendidikan mulai mengembangkan falsafah dan metode pembelajaran. Dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran tersebut, mulai bermunculan sekolah-sekolah yang mengembangkan falsafah dan metode pembelajaran yang dipandang lebih efektif bagi para peserta didik. Salah satunya adalah Sekolah Alam. Sekolah Alam merupakan sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta untuk membantu siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya mampu memanfaatkan, mencintai, dan memelihara alam. Metode pembelajaran yang digunakan di Sekolah Alam menekankan proses

11 pembelajaran yang disampaikan secara aktif dan fun yang dapat membuat anak tetap riang gembira di saat sekolah berlangsung (joyful learning). Sekolah Alam mengembangkan proses pembelajaran dengan berlandaskan tiga falsafah, yaitu ketaqwaan, keilmuan, dan kepemimpinan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diambil fokus penelitian sebagai berikut: 1. Dasar pemikiran yang mendasari pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung 2. Budaya belajar di Sekolah Alam Bandung 3. Proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung dalam upaya mengembangkan budaya belajar 4. Mutu layanan pembelajaran di Sekolah Alam Bandung sebagai dampak dari budaya belajar 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan fokus penelitian di atas, dapat dirinci pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah dasar pemikiran yang mendasari pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung a. Apa yang melatarbelakangi pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung? b. Apa tujuan Sekolah Alam Bandung? c. Apa visi dan misi Sekolah Alam Bandung?

12 2. Bagaimana usaha Sekolah Alam Bandung mengembangkan budaya belajar? a. Bagaimana kebijakan yang diterapkan di Sekolah Alam Bandung dalam mengembangkan budaya belajar? b. Bagaimana tata tertib yang diterapkan Sekolah Alam Bandung dalam mengembangkan budaya belajar? c. Bagaimana upaya konkrit dalam mengembangkan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung? 3. Bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung dalam upaya pengembangan budaya belajar? a. Bagaimana pengembangan kurikulum di Sekolah Alam Bandung? b. Bagaimana silabus pembelajaran di Sekolah Alam Bandung? c. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Alam Bandung? d. Bagaimana implementasi proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung? 4. Bagaimana mutu layanan pembelajaran di Sekolah Alam Bandung dari perspektif pelanggan (siswa dan orang tua)? a. Bagaimana fasilitas yang ada di Sekolah Alam Bandung dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua)? b. Bagaimana kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi, perhatian pribadi, dan memahami peserta didiknya dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua)?

13 c. Bagaimana kemampuan para guru Sekolah Alam Bandung dalam memberikan layanan yang dijanjikan dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua)? d. Bagaimana kemauan para guru Sekolah Alam Bandung untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua)? e. Bagaimana kemampuan, kompetensi, kesopanan, respek yang dimiliki oleh para guru Sekolah Alam Bandung terhadap peserta didik? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan: 1. Dasar pemikiran yang mendasari pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung. a. Latar belakang pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung. b. Tujuan pengembangan budaya belajar di Sekolah Alam Bandung. c. Visi dan Misi Sekolah Alam Bandung. 2. Usaha Sekolah Alam Bandung dalam mengembangkan budaya belajar. a. Kebijakan Sekolah Alam Bandung dalam mengembangkan budaya belajar. b. Tata tertib Sekolah Alam Bandung dalam mengembangkan budaya belajar. c. Strategi atau upaya konkrit dalam mengembangkan busaya belajar.

14 3. Proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung sebagai upaya pengembangan budaya belajar. a. Pengembangan kurikulum di Sekolah Alam Bandung. b. Silabus pembelajaran di Sekolah Alam Bandung. c. Rencana proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung. d. Implementasi proses pembelajaran di Sekolah Alam Bandung. 4. Mutu layanan pembelajaran di Sekolah Alam Bandung dari perspektif pelanggan (siswa dan orang tua). a. Fasilitas yang ada di Sekolah Alam Bandung dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua). b. Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi, perhatian pribadi, dan memahami peserta didiknya dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua). c. Kemampuan para guru Sekolah Alam Bandung dalam memberikan layanan yang dijanjikan dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua). d. Kemauan para guru Sekolah Alam Bandung untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dalam perspektif pelanggan (siswa dan orang tua). e. Kemampuan, kompetensi, kesopanan, respek oleh para guru Sekolah Alam Bandung terhadap peserta didik.

15 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat yang diperoleh, baik teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam: a. Memberikan informasi mengenai upaya pengembangan budaya belajar dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran. b. Menguji keberhasilan Sekolah Alam dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran sebagai dampak dari pengembangan budaya belajar. 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Sekolah Alam. Hal ini berguna bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang Sekolah Alam sebagai salah satu alternatif pendidikan selain sekolah formal. b. Praktisi Sekolah Alam 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi praktisi Sekolah Alam untuk lebih mengkaji aspek-aspek dari program kegiatan belajar Sekolah Alam agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. 2. Memberikan kontribusi yang positif pada Sekolah Alam, khususnya dalam meningkatkan mutu layanan untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang, serta diharapkan dapat

16 memberikan informasi penting dalam pemberian kebijakan guna meningkatkan pengembangan pendidikan sekolah-sekolah lain pada umumnya. c. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan Sekolah Alam. d. Bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Nasional Hasil penelitian ini diharapkan dapat memonitor perkembangan sekolah-sekolah alternatif yang ada di Indonesia, salah satunya Sekolah Alam.