BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

2 Kepala Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pen

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

2015, No menyelesaikan sengketa yang timbul dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Waliko

No.852, 2014 BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Perolehan Suara. Rekapitulasi. Pengawasan.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9

Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten Mamuju. Written by sysadmin Rabu, 07 September :40 - Last Updated Rabu, 23 Mei :25

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

III. MEKANISME KERJA KPU PROVINSI, KPU KABUPATEN/KOTA, PPK, PPS KPPS DAN PPDP

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2017

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

Transkripsi:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PENGAWAS KECAMATAN, PENGAWAS PEMILIHAN LAPANGAN, PENGAWAS PEMILIHAN UMUM LUAR NEGERI DAN PENGAWAS TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang: a. bahwa dalam rangka Untuk mensinergikan dan menjamin proses pengawasan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, maka peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor.. Tahun..tentang. tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, maka dipandang perlu pengaturan mengenai tata kerja dan pola hubungan Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota; a. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara, dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota; Alternatif: 1. Untuk mensinergikan dan menjamin proses pengawasan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota 2. Untuk perbaikan dan penyesuaian pola pengawasan

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) ; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor Tahun. Memutuskan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, selanjutnya disebut Pemilihan, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara demokratis. 2. Badan Pengawas Pemilihan selanjutnya disebut Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilihan yang bertugas mengawasi penyeleggaraan Pemilihan di seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonsesia. 3. Badan Pengawas Pemilihan Provinsi selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi, adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilihan di wilayah Provinsi. 4. Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota selanjutnya disebut Panwas Kabupaten/Kota adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi Penyelenggaraan Pemilihan di Kabupaten/kota. 5. Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatanadalah panitia yang dibentuk Panwas kabupaten/kota yang bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan pemilihan di wilayah kecamatan 6. Pengawas Pemilihan Lapangan selanjutnya disingkat PPL adalah petugas yang dibentuk Panwaslu Kecamatanuntuk mengawasi penyelenggaraan Pemilihan di desa atau sebutan lain/kelurahan 7. Pengawas Tempat Pemungutan Suara selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah petugas yang dibentuk Panwaslu Kecamatanuntuk membantu PPL 8. Kelompok kerja, selanjutnya disebut Pokja adalah unit kerja yang dibentuk untuk jangka waktu tertentu dalam rangka

pengawasan tahapan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Walikota 9. Divisi adalah pembagian kerja di antara anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi utama pengawasan. 10. Koordinator wilayah selanjutnya disebut korwil adalah anggota pengawas pemilihan untuk melaksanakan fungsi koordinasi, konsultasi, dan komunikasi sesuai pembagian wilayah kerjanya. Catatan: - Korwil adalah anggota pengawas pemilihan yang bertugas untuk mengoordinasikan pelaksanaan fungsi-fungsi pengawasan sesuai dengan pembagian wilayah kerjanya BAB II PENGAWAS TPS Pasal 2 (1) Pengawas TPS berjumlah 1 orang di setiap TPS (2) Pengawas TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan usulan PPL kepada Panwas Kecamatan (3) Pengawas TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk untuk membantu PPL dalam melaksanakan tugas pengawasan Pasal 3 (1) Tugas dan wewenang Pengawas TPS adalah: a. Mengawasi persiapan pemungutan dan penghitungan suara; b. Mengawasi pelaksanaan pemungutan suara c. Mengawasi persiapan penghitungan suara d. mengawasi pelaksanaan penghitungan suara e. menyampaikan keberatan kepada KPPS dalam hal ditemukan dugaan pelanggaran, kesalahan, dan/atau penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara; dan f. menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara dari KPPS. (2) Kewajiban pengawas TPS adalah: a. Menyampaikan laporan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara kepada Panwaslu Kecamatanmelalui PPL; b. Menyampaikan laporan dugaan pelanggaran pidana pemilihan yang terjadi di TPS kepada Panwaslu Kecamatanmelalui PPL; c. Menyampaikan dokumen hasil pemungutan dan penghitungan suara kepada Panwaslu Kecamatanmelalui PPL; dan

d. Melaksanakan kewajiban lain yang diperintahkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Catatan: terkait pengangkatan kembali Pengawas TPS akan diatur dalam Perbawaslu tentang Pembentukan dan Pengangkatan... Pasal 4 (1) Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pengawas TPS dapat berkoordinasi dengan Pengawas TPS lainnya yang masih dalam satu desa atau sebutan lain/kelurahan. (2) Dalam hal koordinasi dilakukan oleh antar Pengawas TPS di luar desa atau sebutan lain/kelurahan, koordinasi dilakukan melalui PPL. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, Pengawas TPS berkonsultasi kepada PPL jika diperlukan. BAB III PENGAWAS PEMILU LAPANGAN Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 6 (1) PPL berjumlah 1 (satu) orang di setiap desa atau sebutan lain/kelurahan (2) PPL dibentuk oleh Panwas Kecamatan Pasal 7 (1) Tugas dan wewenang PPL adalah : a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat desa atau sebutan lain/kelurahan yang meliputi: 1. pelaksanaan pemutakhiran data Pemilih berdasarkandata kependudukan dan penetapan Daftar PemilihSementara, daftar Pemilih hasil perbaikan, dan DaftarPemilih Tetap; 2. pelaksanaan Kampanye; 3. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya; 4. pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS; 5. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS; 6. pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat PPS; 7. penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK; dan

8. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suaraulang, Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan. b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapanpenyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan olehpenyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. meneruskan temuan dan laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilihan sebagaimanadimaksud pada huruf b kepada instansi yang berwenang; d. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPS dan KPPSuntuk ditindaklanjuti; e. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atastemuan dan laporan tentang adanya tindakan yangmengandung unsur tindak pidana Pemilihan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan; f. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraanpemilihan; dan g. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan. (2) Dalam Pemilihan, PPL wajib: a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; b. menyampaikan laporan kepada Panwaslu Kecamatanberkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraanpemilihan di tingkat Desa atau sebutan lain/kelurahan; c. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Kecamatan berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaranyang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang mengakibatkanterganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilihan ditingkat Desa atau sebutan lain/kelurahan; d. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah kerjanya kepada Panwas Kecamatan; dan e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan. Bagian Kedua Pola Hubungan Pasal 8 (1) Dalam hal jumlah PPL pada 1 (satu) desa atau sebutan lain/kelurahan lebih dari 1 (satu) PPL, pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dapat dilakukan koordinasi dengan PPL lainnya yang masih dalam satu desa atau sebutan lain/kelurahan.

(2) Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang memerlukan koordinasi dengan PPL lain di luar wilayah kerjanya tetapi masih dalam 1 (satu) kecamatan, PPL dapat berkoordinasi dengan PPL lainnya. (3) Untuk pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang memerlukan koordinasi dengan PPL lain antarkecamatan, PPL dapat berkoordinasi dengan PPL lainnya melalui Panwas Kecamatan. Pasal 9 Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, PPL berkonsultasi kepada Panwaslu Kecamatan jika diperlukan. PPL dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, menyelenggarakan fungsi: a. pembinaan; dan b. pengawasan, kepada Pengawas TPS. Dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan kepada Pengawas TPS sebagaimana dimaksud dalam, PPL melakukan: a. pembimbingan teknis kepada Pengawas TPS; dan b. pemberian arahan dan menyediakan wadah konsultasi bagi Pengawas TPS. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan kepada Pengawas TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal, PPL melakukan: a. pengawasan pelaksanaan tugas-tugas pengawasan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh Pengawas Pemilihan Lapangan dan Pengawas TPS; dan b. pengawasan ketaatan anggota Pengawas Pemilihan Lapangan terhadap ketentuan Kode Etik Penyelenggara Pemilihan dan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan. BAB IV PANWASLU KECAMATAN Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 10

(1) Panwaslu Kecamatan berjumlah 3 (tiga) orang di setiap Kecamatan (2) Pengawas Pemilihan Kecamatan dibentuk oleh Panwas Kabupaten/Kota (3) Tugas dan wewenang Panwaslu Kecamatandalam Pemilihan meliputi: a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah Kecamatan yang meliputi: 1. pemutakhiran data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap; 2. pelaksanaan Kampanye; 3. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya; 4. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara hasil Pemilihan; 5. penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK; 6. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari seluruh TPS; dan; 7. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan; b. mengawasi penyerahan kotak suara tersegel kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota; c. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf a; d. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPK untuk ditindaklanjuti; e. meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang; f. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan; g. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan mengenai tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilihan; dan h. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. (4) Dalam Pemilihan, Panwaslu Kecamatan wajib: a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; b. menyampaikan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat Kecamatan; c. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapanpenyelenggaraan Pemilihan di wilayah kerjanya kepada Panwas Kabupaten/Kota;

d. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilihan ditingkat Kecamatan; dan e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) Panwaslu kecamatan dapat mendistribusikan pelaksanaan tugas, wewenang serta kewajiban kepada masing-masing anggota berdasarkan fungsi dan/atau wilayah kerja. (2) Pendistribusian berdasarkan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam 3 (tiga) divisi yang terdiri atas: a. Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga; b. Divisi Penindakan Pelanggaran; dan c. Divisi Organisasi dan SDM. (3) Divisi sebagaimana pada ayat (2) dipimpin oleh 1 (satu) orang anggota Panwaslu Kecamatan sebagai koordinator. (4) Pendistribusian berdasarkan pembagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam beberapa kelurahan dan/atau desa atau sebutan lain secara proporsional. (5) Wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dipimpin oleh setiap anggota Panwaslu Kecamatan Pasal 12 Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pengawasan tahapan pemilu di tingkat kecamatan; b. pengadministrasian hasil pengawasan; c. hubungan masyarakat; d. kerjasama antar lembaga; e. sosialisasi pengawasan Pemilu; dan f. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga. Pasal 13 Divisi Penindakan Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. penerimaan laporan dugaan pelanggaran; b. pengkajian dan tindaklanjut laporan dan/atau temuan pelanggaran; dan c. pengawasan atas tindaklanjut laporan atau temuan; d. penyelesaian sengketa antar peserta pemilu; dan

e. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Penindakan Pelanggaran. Pasal 14 Divisi Organisasi dan SDM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pembentukan PPL; b. pendidikan dan pelatihan bagi PPL dan/atau Pengawas TPS; c. pembinaan PPL dan/atau Pengawas TPS; d. penyiapan laporan kegiatan Divisi Organisasi dan SDM; dan e. penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Tahapan dan Laporan Akhir Panwaslu Kecamatan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota. Pasal 17 (1) Panwaslu kecamatan mengambil keputusan melalui rapat pleno. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah menyangkut: a. pemilihan ketua Panwaslu Kecamatan; b. penetapan pengangkatan dan pemberhentian PPL; c. penetapan pengangkatan dan pemberhentian Pengawas TPS; d. penetapan rencana kegiatan pengawasan; e. tindak lanjut temuan dan/atau laporan pelanggaran dan penyelesaian sengketa; f. pengusulan calon Kepala Sekretariat; g. hal lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Catatan: 1. mengesahkan kebijakan strategis pengawasan dilingkup masing-masing 2. menetapkan atau memberhentikan pejabat strategis (seperti ketua, ka. Sekretariat, dll) 3. menetapkan/memutuskan tindak lanjut perkara 4. memutuskan/mengevaluasi kinerja selama masa tugas 5. mengesahkan laporan tahapan atau laporan akhir pengawasan 6. hal lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Pasal 18 (1) Rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi Panwaslu Kecamatan. (2) Rapat pleno diikuti oleh anggota Panwaslu Kecamatan. (3) Setiap anggota Panwaslu Kecamatan memiliki 1 (satu) suara.

(4) Rapat pleno dapat diselenggarakan atas usulan anggota Panwas Kecamatan. (5) Undangan dan agenda rapat pleno Panwaslu Kecamatan disampaikan oleh Ketua Panwaslu Kecamatan 1 (satu) hari sebelum rapat pleno dilaksanakan. Pasal 19 (1) Setiap anggota Panwaslu Kecamatan wajib menghadiri rapat pleno. (2) Kehadiran anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan daftar hadir. (3) Rapat pleno Panwaslu Kecamatan sah apabila diikuti oleh paling sedikit 2 (dua) anggota Panwas Kecamatan. (4) Keputusan rapat pleno Panwaslu Kecamatan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 2 (dua) anggota Panwaslu Kecamatan. (5) Dalam hal rapat pleno tidak dapat mengambil keputusan, maka pengambilan keputusan dilakukan dalam rapat pleno berikutnya. Pasal 20 (1) Dalam rapat pleno Panwaslu Kecamatan, setiap anggota memiliki 1 (satu) suara. (2) Keputusan Panwaslu Kecamatan merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan. Pasal 21 (1) Undangan dan agenda rapat pleno Panwaslu Kecamatan disampaikan secara tertulis paling lambat 1 (satu) hari sebelum rapat pleno Panwaslu Kecamatandilaksanakan. (2) Rapat pleno dipimpin oleh ketua Panwas Kecamatan. (3) Apabila ketua berhalangan, rapat pleno Panwaslu Kecamatandipimpin oleh salah satu anggota yang hadir. (4) Kepala Sekretariat Panwaslu Kecamatan wajib memberikan dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno Panwas Kecamatan. (5) Dalam hal keadaan memaksa, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan. Pasal 22 Hasil rapat pleno dituangkan dalam Berita Acara Rapat Pleno yang ditandatangani oleh Ketua dan Anggota. Pasal 23

(1) Dalam keadaan mendesak, Panwaslu Kecamatan dapat melakukan rapat pleno melalui media telekomunikasi yang disepakati. (2) Keadaan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan dimana Panwaslu Kecamatan harus membuat suatu keputusan dalam jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam, sedangkan anggota tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal.. ayat (1). Pasal 24 (1) Selain rapat pleno, Panwaslu Kecamatan dapat melaksanakan rapat yang terdiri atas : a. rapat koordinasi; dan b. rapat teknis; (2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai kebutuhan dan kepentingan pengawasan Pemilu. Pasal 25 (1) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a merupakan kegiatan untuk penyamaan persepsi, penyerasian, dan penyatuan tindakan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugas dan wewenang. (2) Rapat koordinasi terdiri dari: a. bersifat internal yang diikuti oleh anggota Panwaslu Kecamatan, PPL, dan atau Pengawas TPS; dan b. bersifat eksternal yang diikuti oleh Panwaslu Kecamatan bersama lembaga atau instansi lain yang setingkat. Pasal 26 (1) Rapat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b dilakukan untuk menyusun langkah-langkah strategis dan teknis pelaksanaan pengawasan Pemilu. (2) Rapat teknis dikuti oleh Panwaslu Kecamatan dan/atau jajaran sekretariat Bagian Kedua Pola Hubungan (1) Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam. dapat dikoordinasikan dengan Panwaslu Kecamatan lain dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota. (2) Dalam hal koordinasi dengan Panwaslu Kecamatan lain di luar kabupaten/kota, dilakukan melalui Panwaslu Kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, Panwaslu Kecamatan berkonsultasi kepada Panwaslu Kabupaten/kota. Panwaslu Kecamatan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, menyelenggarakan fungsi: a. pembinaan; dan b. pengawasan, kepada PPL dan Pengawas TPS. Dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan kepada Pengawas TPS sebagaimana dimaksud dalam, PPL melakukan: a. pembimbingan teknis kepada PPL dan Pengawas TPS; dan b. pemberian arahan dan menyediakan wadah konsultasi bagi PPL dan Pengawas TPS. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan kepada Pengawas TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal, PPL melakukan: a. pengawasan pelaksanaan tugas-tugas pengawasan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh Pengawas Pemilihan Lapangan dan Pengawas TPS; dan b. pengawasan ketaatan anggota Pengawas Pemilihan Lapangan terhadap ketentuan Kode Etik Penyelenggara Pemilihan dan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan. BAB V PANWASLU KABUPATEN/KOTA Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 27 (1) Panwas Kabupaten/Kota berjumlah 3 (tiga) orang. (2) Panwas Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bawaslu Provinsi. (3) Tugas dan wewenang Panwas Kabupaten/Kota adalah: a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang meliputi: 1. pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap; 2. pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan; 3. proses dan penetapan calon; 4. pelaksanaan Kampanye;

5. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya; 6. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilihan; 7. mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara; 8. penyampaian surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK; 9. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kota dari seluruh Kecamatan; dan 10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan; b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan; c. menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilihan yang tidak mengandung unsur tindak pidana; d. menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti; e. meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang; f. menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan oleh penyelenggara di Provinsi, Kabupaten, dan Kota; g. mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang sedang berlangsung; h. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan; dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pasal 28 (1) Panwaslu Kabupaten/Kota mendistribusikan pelaksanaan tugas, wewenang serta kewajiban kepada masing-masing anggota. (2) Pendistribusian pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bagi dalam 3 (tiga) divisi yang terdiri atas: a. Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga; b. Divisi Penindakan Pelanggaran; dan c. Divisi Organisasi dan SDM. (3) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dipimpin oleh 1 (satu) orang Panwaslu Kabupaten/Kota sebagai coordinator. Pasal 29

Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pengawasan tahapan pemilu di tingkat kabupaten/kota; b. pengadministrasian hasil pengawasan; c. hubungan masyarakat; d. kerjasama antar lembaga; e. sosialisasi pengawasan Pemilu; dan f. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga. Pasal 30 Divisi Penindakan Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. penerimaan laporan dugaan pelanggaran; b. pengkajian dan tindaklanjut laporan dan/atau temuan pelanggaran; dan c. pengawasan atas tindaklanjut laporan atau temuan; d. penyelesaian sengketa pemilu; dan e. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Penindakan Pelanggaran. Pasal 31 Divisi Organisasi dan SDM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pembentukan Panwaslu Kecamatan; b. pendidikan dan pelatihan bagi Panwaslu Kecamatan; c. pembinaan Panwaslu Kecamatan; d. penyiapan laporan kegiatan Divisi Organisasi dan SDM; dan e. penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Tahapan dan Laporan Akhir Panwaslu Kabupaten/Kota kepada Bawaslu Provinsi. Bagian Kedua Pola Hubungan Pasal 32 (1) Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam. dapat dikoordinasikan dengan Panwaslu Kabupaten/Kota lain dalam 1 (satu) wilayah Provinsi. (2) Dalam hal koordinasi dengan Panwaslu Kabupaten/Kota lain di luar Provinsi, dilakukan melalui Bawaslu Provinsi. Pasal 33 Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, Panwaslu Kabupaten/Kota berkonsultasi kepada Bawaslu Provinsi.

Panwaslu Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, menyelenggarakan fungsi: a. pembinaan; dan b. pengawasan, kepada Panwaslu Kecamatan. Dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan kepada Panwaslu Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam, Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan: a. pembimbingan teknis kepada Panwaslu Kecamatan; dan b. pemberian arahan dan menyediakan wadah konsultasi bagi Panwaslu Kecamatan. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan kepada Pengawas TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal, PPL melakukan: a. pengawasan pelaksanaan tugas-tugas pengawasan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh Pengawas Pemilihan Lapangan dan Pengawas TPS; dan b. pengawasan ketaatan anggota Pengawas Pemilihan Lapangan terhadap ketentuan Kode Etik Penyelenggara Pemilihan dan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan. Pasal 34 (1) Panwaslu Kabupaten/Kota mengambil keputusan melalui rapat pleno. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah menyangkut: a. pemilihan ketua Panwaslu Kabupaten/Kota; b. penetapan dan pengangkatan Panwaslu Kecamatan; c. penetapan rencana kegiatan pengawasan; d. tindak lanjut temuan dan/atau laporan pelanggaran dan penyelesaian sengketa; e. pengusulan calon Kepala Sekretariat; f. hal lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Catatan: 1. mengesahkan kebijakan strategis pengawasan dilingkup masing-masing 2. menetapkan atau memberhentikan pejabat strategis (seperti ketua, ka. Sekretariat, dll) 3. menetapkan/memutuskan tindak lanjut perkara 4. memutuskan/mengevaluasi kinerja selama masa tugas 5. mengesahkan laporan tahapan atau laporan akhir pengawasan

6. hal lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Pasal 35 (1) Rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi Panwaslu Kabupaten/Kota. (2) Rapat pleno diikuti oleh anggota Panwaslu Kabupaten/Kota. (3) Setiap anggota Panwaslu Kabupaten/Kota memiliki 1 (satu) suara. (4) Rapat pleno dapat diselenggarakan atas usulan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota. (5) Undangan dan agenda rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota disampaikan oleh Ketua Panwaslu Kabupaten/Kota 1 (satu) hari sebelum rapat pleno dilaksanakan. Pasal 36 (1) Setiap anggota Panwaslu Kabupaten/Kota wajib menghadiri rapat pleno. (2) Kehadiran anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan daftar hadir. (3) Rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota sah apabila diikuti oleh paling sedikit 2 (dua) anggota Panwaslu Kabupaten/Kota (4) Keputusan rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota sah apabila disetujui oleh paling sedikit 2 (dua) anggota Panwaslu Kabupaten/Kota. (5) Dalam hal rapat pleno tidak dapat mengambil keputusan, maka pengambilan keputusan dilakukan dalam rapat pleno berikutnya. Pasal 37 (1) Dalam rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota, setiap anggota memiliki 1 (satu) suara. (2) Keputusan Panwaslu Kabupaten/Kota merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan. Pasal 38 (1) Undangan dan agenda rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota disampaikan secara tertulis paling lambat 1 (satu) hari sebelum rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota dilaksanakan. (2) Rapat pleno dipimpin oleh ketua Panwaslu Kabupaten/Kota. (3) Apabila ketua berhalangan, rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota dipimpin oleh salah satu anggota yang hadir.

(4) Kepala Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota wajib memberikan dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno Panwaslu Kabupaten/Kota. (5) Dalam hal keadaan memaksa, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan. Pasal 39 Hasil rapat pleno dituangkan dalam Berita Acara Rapat Pleno yang ditandatangani oleh Ketua dan Anggota. Pasal 40 (1) Dalam keadaan mendesak, Panwaslu Kabupaten/Kota dapat melakukan rapat pleno melalui media telekomunikasi yang disepakati. (2) Keadaan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan dimana Panwaslu Kabupaten/Kota harus membuat suatu keputusan dalam jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam, sedangkan anggota tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal.. ayat (1). Pasal 41 (1) Selain rapat pleno, Panwaslu Kabupaten/Kota dapat melaksanakan rapat yang terdiri atas : a. rapat koordinasi; dan b. rapat teknis; (2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai kebutuhan dan kepentingan pengawasan Pemilu. Pasal 42 (1) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a merupakan kegiatan untuk penyamaan persepsi, penyerasian, dan penyatuan tindakan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugas dan wewenang. (2) Rapat koordinasi terdiri dari: a. bersifat internal yang diikuti oleh anggota Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PPL, dan/atau Pengawas TPS; dan b. bersifat eksternal yang diikuti oleh Panwaslu Kabupaten/Kota bersama lembaga atau instansi lain yang setingkat. Pasal 43 (1) Rapat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b dilakukan untuk menyusun langkah-langkah strategis dan teknis pelaksanaan pengawasan Pemilu. (2) Rapat teknis dikuti oleh Panwaslu Kabupaten/Kota dan/atau jajaran sekretariat

BAB VI BAWASLU PROVINSI Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 44 (1) Bawaslu Provinsi berjumlah 3 (tiga) orang. (2) Bawaslu Provinsi dibentuk oleh Bawaslu. (3) Tugas dan wewenang Bawaslu Provinsi adalah: a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang meliputi: 1. pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap; 2. pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan; 3. proses dan penetapan calon; 4. pelaksanaan Kampanye; 5. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya; 6. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilihan; 7. mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara; 8. penyampaian surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK; 9. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Provinsi, Kabupaten, dan Kota dari seluruh Kecamatan; dan 10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan; b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan; c. menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilihan yang tidak mengandung unsur tindak pidana; d. menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti; e. meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang; f. menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan oleh penyelenggara di Provinsi, Kabupaten, dan Kota; g. mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan

tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang sedang berlangsung; h. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan; dan i. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pasal 45 (1) Bawaslu Provinsi mendistribusikan pelaksanaan tugas, wewenang serta kewajiban kepada masing-masing anggota (2) Pendistribusian pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bagi dalam 3 (tiga) divisi yang terdiri atas: a. Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga; b. Divisi Penindakan Pelanggaran; dan c. Divisi Organisasi dan SDM. (3) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dipimpin oleh 1 (satu) orang Bawaslu Provinsi sebagai koordinator Pasal 46 Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pengawasan tahapan pemilu di tingkat Provinsi; b. pengadministrasian hasil pengawasan; c. hubungan masyarakat; d. kerjasama antar lembaga; e. sosialisasi pengawasan Pemilu; dan f. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga. Pasal 47 Divisi Penindakan Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. penerimaan laporan dugaan pelanggaran; b. pengkajian dan tindaklanjut laporan dan/atau temuan pelanggaran; c. pengawasan atas tindaklanjut laporan atau temuan; d. penyelesaian sengketa pemilu; dan e. penyiapan Laporan Tahapan dan Laporan Akhir Divisi Penindakan Pelanggaran. Pasal 48 Divisi Organisasi dan SDM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c mengoordinasikan fungsi sebagai berikut: a. pembentukan Panwaslu Kabupaten/Kota; b. pendidikan dan pelatihan bagi Panwaslu Kabupaten/Kota; c. pembinaan Panwaslu Kabupaten/Kota; d. penyiapan laporan kegiatan Divisi Organisasi dan SDM; dan

e. penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Tahapan dan Laporan Akhir Bawaslu Provinsi kepada Bawaslu. Bagian Kedua Pola Hubungan Bawaslu Provinsi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, menyelenggarakan fungsi: a. pembinaan; b. pengawasan; c. evaluasi; dan d. lain-lain fungsi pengorganisasian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Pemilihan. (1) Dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal., Bawaslu Provinsi berwenang: a. melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada Panwaslu Kabupaten/Kota dan sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota; b. memberikan arahan dan menyediakan wadah konsultasi bagi anggota Panwaslu Kabupaten/Kota; c. memfasilitasi terselenggaranya pendidikan dan pelatihan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota; dan d. mensosialisasikan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Bawaslu. (2) Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, bawaslu Provinsi dapat melakukan supervisi kepada sekretariat Panwaslu Kabupaten/ Kota yang menyelenggarakan Pemilihan. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf b, bawaslu Provinsi berwenang: a. Mengawasi pelaksanaan tugas-tugas pengawasan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota; dan b. mengawasi ketaatan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota terhadap ketentuan Kode Etik Penyelenggara Pemilihan dan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan Dalam menyelenggarakan fungsi evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c, Bawaslu Provinsi berwenang menilai hasil kajian pelanggaran Pemilihan yang dilakukan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota.

Pasal 49 (1) Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam. dapat dikoordinasikan dengan Bawaslu Provinsi lain. (2) Dalam hal koordinasi dengan Bawaslu Provinsi lain, dilakukan dengan sepengetahuan Bawaslu. Pasal 50 Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, Bawaslu Provinsi berkonsultasi kepada Bawaslu. BAB VII BAWASLU Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 37 (1) Anggota Bawaslu berjumlah 5 (lima) orang (2) Tugas dan wewenang Bawaslu dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan adalah: a. Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan pengawasan penyelenggaraan pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah b. Mengoordinasikan dan memantau tahapan pengawasan penyelenggaraan pemilihan c. Melakukan evaluasi pengawasan penyelenggaraan pemilihan d. Menerima laporan hasil pengawasan penyelenggaraan pemilihan dari Bawaslu Provinsi dan Panwaslu kabupaten/kota e. Memfasilitasi pelaksanaa tugas Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota dalam melanjutkan tahapan pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemilihan jika Provinsi, kabupaten, dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan pelaksanaan pengawasan penyelenggraa pemiliha secara berjenjang; dan f. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan (3) Bawaslu dalam pengawasan penyelenggaraan pemilihan wajib: a. Memperlakukan calon Gubernur dan Calon Wakil Guernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupti, serta calon Walikota dan Wakil Walikota secara adil dan setara b. Menyampaikan semua informasi pengawasan penyelenggaraan pemilihan kepada masyarakat c. Melaksanakan Keptusan DKPP; dan

d. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 38 (1) Dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu, dilakukan pembagian tugas di antara para anggota Bawaslu dalam bentuk Divisi (2) Divisi terdiri atas: a. Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia serta data dan informasi; b. Divisi Pengawasan; c. Divisi Hukum dan Penanganan Pelanggaran; d. Divisi Sosialisasi, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan Antar Lembaga; (3) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a mengkoordinir atas pelaksanaan tugas sebagai berikut: a. melakukan rekrutmen Bawaslu Provinsi; b. membentuk sekretariat Bawaslu Provinsi; c. pendidikan dan pelatihan bagi jajaran pengawas pemilu dibawahnya d. pembinaan jajaran pengawas pemilu dibawahnya (4) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b mengkoordinir atas pelaksanaan tugas sebagai berikut: a. Penyusunan pedoman teknis untuk setiap tahapan pengawasan penyelenggaraan pemilihan b. Evaluasi penyelenggaraan pengawasan pemilihan (5) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c mengkoordinir atas pelaksanaan tugas sebagai berikut: a. Pembentukan Peraturan Bawaslu b. Tindak lanjut pelanggaran c. Penyelesaian sengketa pemilihan (6) Divisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d mengkoordinir atas pelaksanaan tugas sebagai berikut: a. Sosialisasi pengawasan penyelenggaraan pemilihan b. pelaksanaan fungsi kehumasan c. pelaksanaan kerja sama antar lembaga Bagian Kedua Pola Hubungan Dalam mengawasi penyelenggaraan Pemilu, Bawaslu menyelenggarakan fungsi: a. regulasi;

b. pembinaan; c. pengawasan; d. pengambilalihan tugas dan wewenang; e. evaluasi; f. advokasi; dan g. lain-lain fungsi pengorganisasian sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pemilihan, kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS. Pasal 39 Dalam menyelenggarakan fungsi regulasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a, Bawaslu berwenang: a. menetapkan pedoman dan standar pengawasan Pemilihan bagi Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS; b. menetapkan pedoman tata cara penanganan pelanggaran Pemilihan bagi Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS; c. mengatur hubungan koordinasi antar pengawas Pemilihan pada semua tingkatan; d. menetapkan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS dalam pengawasan penyelenggaraan Pemilihan; dan e. menetapkan Iain-Iain pengaturan sebagai pegangan bagi Pengawas Pemilihan di semua tingkatan. Pasal 40 (1) Dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b, Bawaslu melakukan: a. pembimbingan teknis kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota; b. pemberian arahan dan menyediakan wadah konsultasi bagi anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota; c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kepada anggota Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota; d. penetapan standar pendidikan dan pelatihan bagi Pengawas Pemilihan ; dan e. pelaksanaan bentuk-bentuk pembinaan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Dalam melakukan fungsi pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Bawaslu dapat melakukan

supervisi kepada sekretariat Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Pasal 41 (1) Pelaksanaan fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d, Bawaslu melakukan: a. pengawasan terhadap pelaksanaan tugas, kewenangan dan kewajiban pengawasan penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS; dan b. pengawasan terhadap ketaatan anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota terhadap ketentuan Kode Etik Penyelenggara Pemilihan dan peraturan perundangundangan mengenai Pemilihan. Pasal 42 Dalam menyelenggarakan fungsi evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d, Bawaslu melakukan penilaian terhadap hasil kajian pelanggaran Pemilihan yang dilakukan Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS. Pasal 43 Dalam menyelenggarakan fungsi advokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf e, Bawaslu dapat memberi dukungan bantuan hukum kepada Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota dalam penyelesaian kasus-kasus Pemilihan.. Pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud dalam bagi Panwaslu Kabupaten/Kota, panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan Pengawas TPS dilaksanakan oleh pengawas pemilu satu tingkat diatasnya secara berjenjang. BAB KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 61 (1) Terhadap Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini kecuali jumlah anggota dan mekanisme pengambilan keputusan.

(2) Jumlah anggota Panwaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak 5 (lima) orang. (3) Dalam mekanisme pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rapat pleno dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 3 (tiga) orang anggota yang dibuktikan dengan daftar hadir. (4) Keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat. (5) Dalam hal rapat pleno tidak dapat mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka keputusan rapat pleno diambil melalui pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak. (6) Pengambilan keputusan melalui pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dinyatakan sah apabila disetujui sekurang- kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggota yang hadir. (7) Dalam hal rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dihadiri oleh 3 (tiga) orang anggota, dan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak tidak tercapai karena adanya perbedaan pendapat diantara masing-masing anggota, maka rapat pleno ditunda paling lama 3 (tiga) jam untuk mengupayakan tercapainya musyawarah dan mufakat. Dalam hal pelaksanaan tugas, kewenangan, dan kewajiban tidak dapat dilaksanakan oleh Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS, pelaksanaan tugas dilaksanakan oleh pengawas pemilu satu tingkat diatasnya secara berjenjang. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 63 Pada saat Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum ini mulai berlaku, Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Kerja Antara Badan Pengawas Pemilihan Umum, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Pemiihan Umum Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 64 Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal MUHAMMAD MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR...