BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapis Aspal Beton Antara (Asphalt Concrete-Binder Course)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. samudera yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter air laut

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

bergradasi halus, mineral filler, air dan bahan tambah lainnya dicampur secara merata dan dihampar di atas permukaan berbentuk bubur aspal atau

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lapis Aspal Beton Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Menurut Bina Marga (2007), Aspal beton merupakan campuran yang homogen antara agregat (agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi atau filler) dan aspal sebagai bahan pengikat yang mempunyai gradasi tertentu, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu untuk menerima beban lalu lintas yang tinggi. Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC), dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masingmasing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal Modifikasi dengan Aspal Alam disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified. (Bina Marga, 2010) Pada lapisan AC-BC, gradasi agregat lebih kasar daripada agregat pada lapis AC-WC. Menurut Sukirman (2008) lapisan ini merupakan bagian dari lapis permukaan diantara lapis pondasi atas (Base Course) dengan lapis aus (Wearing Course) yang bergradasi agregat rapat/menerus, umumnya digunakan untuk jalanjalan dengan beban lalu-lintas yang cukup berat. Mutu material pembentuk lapis antara (AC-BC) adalah salah satu faktor penentu kinerja lapis perkerasan jalan 7

8 (AASHTO, 1993). Agregat merupakan penentu penting dari kinerja lapis perkerasan jalan mengingat presentase agregat dalam campuran perkerasan dapat mencapai 75-85% dari total volume campuran atau berkisar 90% dari total berat campuran. (Wijaya, 2016). Gambar 2.1. Struktur Lapisan Perkerasan Jalan Lentur 2.2. Aspal Modifikasi Polimer Bahan aspal dalam perkerasan jalan mempunyai fungsi sebagai bahan perekat batuan baik agregat maupun filler menjadikan hal yang sangat penting untuk dipertahankan kemampuannya terhadap kelekatan, titik lembek dan kelenturannya. Majunya proses teknologi kilang maka semakin banyak short residu yang merupakan bahan dasar aspal diarahkan menjadi pelumas. Salah satu syarat pelumas adalah tidak ada parafin, kandungan parafin yang merupakan short residu kemudian tercampur dan terbuang di dalam aspal. Tingginya kadar parafin pada aspal ini berpengaruh pada berkurangnya daya ikat, titik lembek dan kelenturan pada aspal. Oleh karena itu diperlukan modifikasi terhadap aspal, salah satunya adalah dengan menggunakan aspal polimer. ( Edison, 2010). Klasifikasi polimer yang digunakan pada aspal modifikasi dijelaskan pada Tabel 2.1.

9 Tabel 2.1 Klasifikasi Polimer Aspal Modifikasi Thermoplastics Natural and Synthetic Rubbers Polyethylene (PE) LDPE HDPE Polypropylene (PP) app ipp Ethylene vinyl acetate (EVA) Ethylene methacrylate (EMA) Polyvinyl chloride (PVC) Thermoplastic Rubbers Styrene butadiene styrene (SBS) Styrene isoprene styrene (SIS) EPDM Sumber : PT Bintang Djaja, 2015 Styrene butadiene rubber (SBR) Natural rubber Polybutadiene Polyisoprene Butyl rubber Polychloropene Ground rubber tyre Epoxy resin Thermosets Aspal modifikasi polimer Starbit E-55 produksi PT. Bintang Djaja menggunakan polimer jenis styrene butadiene styrene (SBS). Aspal Starbit E-55 memiliki beberapa keunggulan : 1. memiliki nilai elastic recovery sehingga meningkatkan ketahanan terhadap deformasi untuk daerah dengan beban berat dan lalu lintas yang padat, 2. memiliki nilai penetrasi yang relatif sama dengan aspal biasa sehingga memberikan kemudahan bagi kontraktor pelaksana, 3. memiliki storage stability yang baik terutama dalam pengiriman, penyimpanan dan pemanasan berulang, 4. memiliki daktilitas yang cukup tinggi sehingga menjamin homogenitas dan konsistensi materi aspal serta menjaga durabilitasnya.

10 Menurut Anthony (2016), tujuan dari modifikasi aspal dengan polimer adalah : 1. agar aspal lebih lunak pada temperatur rendah sehingga mengurangi potensi cracking, 2. agar aspal lebih kuat dan kaku pada temperatur tinggi sehingga mengurangi potensi deformasi, 3. mengurangi viskositas pada temperatur penghamparan, 4. meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran aspal, 5. meningkatkan ketahanan terhadap abrasi, 6. meningkatkan ketahanan lelah (fatigue) campuran beraspal, 7. meningkatkan daya tahan oksidasi dan penuaan campuran. 2.3. Filler Kulit Lokan Lokan, yakni sejenis hewan molusca dengan nama latin meretrix meretrix yang banyak ditemukan di daerah pesisir maupun pantai menjadi salah satu sumberdaya yang dapat digunakan sebagai material filler dalam campuran perkerasan aspal. Cangkang lokan mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang apabila dibakar akan melepaskan CO2 ke udara, sehingga yang tersisa hanya CaO (kapur tohor) dan Si (Silika) yang merupakan komponen pembentuk semen selain Fe2O3 dan Al. (Czernin, 1980 dalam Esentia, 2014). Menurut Advanty (2014), kapur dapat meningkatkan stabilitas, durabilitas, dan daya ikat antar aspal dan agregat. Stabilitas yang tinggi berpengaruh pada ketahanan perkerasan dalam mempertahankan bentuk campurannya, durabilitas

11 yang tinggi berperan pada ketahanan campuran perkerasan aspal pada beban kendaraan yang berulang dan keadaan iklim dan cuaca seperti air hujan dan suhu lingkungan yang berubah-ubah. Kerang lokan merupakan salah satu komoditi khas yang banyak ditemukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tingkat produksi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2015 mencapai 208.296,5 ton dengan tingkat presentase produksi molusca atau kerang-kerangan sebesar 10,75% dari total produksi. (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung, 2015). Sampai saat ini, sampah kulit kerang khususnya kerang lokan belum dimanfaatkan secara maksimal dan hanya menjadi limbah yang dapat menimbulkan bau busuk. Berawal dari banyaknya sampah cangkang lokan dari restoran seafood di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang belum dimanfaatkan secara optimal dan kandungan cangkang lokan yang dapat berguna bagi peningkatan ketahanan dari campuran aspal, maka penelitian ini menggunakan cangkang lokan sebagai filler. Abu cangkang kerang lokan memiliki kandungan kimia yang dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Komposisi Kimia Abu Cangkang Kerang Lokan Komponen Kimia Kadar Senyawa Kimia (%) CaO 67,072 SIO2 8,252 Fe2O3 0,402 MgO 22,652 Al2O3 1,622 Sumber : Annur, 2013

12 2.4 Karakteristik Campuran Aspal Beberapa karakteristik campuran aspal yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton adalah sebagai berikut. 2.4.1. Stabilitas (stability) Stabilitas merupakan kemampuan campuran aspal untuk mempertahankan bentuk dari beban kendaraan yang berulang. Stabilitas terjadi dari geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Tetapi, kestabilan yang terlalu tinggi juga tidak baik bagi campuran aspal. Kestabilan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lapisan perkerasan tersebut kaku sehingga mudah mengalami retakan, selain itu karena volum antar agregat kurang, mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. (Sukirman, 1992). 2.4.2. Durabilitas (durability) Durabilitas adalah ketahanan lapisan perkerasan jalan aspal terhadap beban lalu lintas dan cuaca. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan durabilitas pada campuran aspal adalah, jumlah aspal yang tinggi, gradasi agregat yang rapat, pemadatan yang benar, campuran aspal dan batuan yang rapat air, serta kekerasan dari batuan penyusun lapis perkerasan jalan tersebut. (The Asphalt Institute, 1997). 2.4.3. Kekesatan (skid resistance) Kekesatan merupakan kemampuan permukaan perkerasan aspal dalam memperkecil slip pada roda kendaraan pada saat permukaan jalan dalam kondisi basah. Permukaan jalan yang kasar memiliki kekesatan yang lebih tinggi daripada permukaan jalan yang halus, akan tetapi permukaan jalan yang kasar dapat menyebabkan ban kendaraan lebih cepat aus dan menyebabkan gangguan

13 kenyamanan saat berkendara. Akan tetapi, permukaan jalan yang terlalu halus juga dapat menimbulkan slip pada ban kendaraan jika jalan dalam kondisi basah. Permukaan perkerasan yang mengalami bleeding, kekesatannya menjadi rendah. Oleh karena itu kadar aspal masih tersedia rongga udara di dalam campuran (3%- 5%) untuk pemuaian aspal, akan membantu terjadinya nilai kekesatan yang optimum. (The Asphalt Institute, 1997) 2.4.4. Fleksibilitas (flexibility) Kemampuan menahan lendutan atau tekukan misalnya dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan kecil dari lapisan bawahnya terutama lapisan tanah dasar (subgrade), tanpa mengalami keretakan ditujukan dalam nilai fleksibilitas perkerasan aspal. Untuk meningkatkan kelenturan, pemakaian agregat dengan gradasi terbuka sangat sesuai, tetapi dengan pemakaian tersebut akan dihasilkan stabilitas tidak sebaik ketika menggunakan gradasi agregat rapat. Sifat daktilitas aspal menentukan kelenturan dari campuran perkerasan aspal. Sifat daktilitas aspal yang rendah akan menghasilkan nilai fleksibilitas yang rendah dalam campuran perkerasan aspal. (The Asphalt Institute, 1997). 2.4.5. Ketahanan kelelehan (fatigue resistance) Menurut Sukirman (2007), ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis tipis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur (rutting) dan retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelehan adalah : 1. Void in The Mix (VITM), yaitu volume (%) rongga dalam campuran,

14 2. Void in Mineral Agregat (VMA), yaitu volume (%) rongga dalam agregat, 3. Void Filled with Asphalt (VFWA), yaitu volume (%) rongga terisi aspal. 2.4.6. Kemudahan untuk dikerjakan (workability) Menurut Sukirman (1992), workability adalah kemudahan suatu campuran untuk dicampur, dihamparkan, dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi workability itu sendiri adalah : 1. gradasi agregat, agregat bergradasi rapat atau baik akan lebih mudah dilaksanakan daripada agregat yang bergradasi lain, 2. temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat thermoplastic, 3. kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan lebih sukar. 2.5 Penelitian Terdahulu Terdapat 2 penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian ini. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Anthony (2016) tentang Pengaruh Penggunaan Aspal Modifikasi Starbit E-55 dengan Bahan Tambah Polipropilena Terhadap Parameter Marshall dan Durabilitas Campuran pada Lapisan Binder Course. Penelitian ini mengamati tentang perbandingan parameter marshall dan durabilitas campuran dari

15 pengunaan aspal modifikasi dan aspal biasa dengan penambahan plastik PP sebesar 0,8% dari agregat campuran pada lapisan perkerasan lentur AC-BC. Penelitian ini dilakukan dengan 4 variasi benda uji. Variasinya adalah campuran aspal Pertamina 60/70 perendaman 1 hari, campuran aspal Pertamina 60/70 perendaman 2 hari, campuran aspal Starbit E-55 perendaman 1 hari, dan campuran aspal Starbit E-55 perendaman 2 hari. Kadar aspal yang dipakai yakni 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6,5%. Pencampuran bahan tambah yang digunakan pada campuran starbit adalah polipropilena dan semen sebagai filler. Hasil pengujian marshall menunjukkan benda uji inovasi campuran Starbit E-55 dengan bahan tambah polipropilena mempunyai angka yang lebih baik daripada aspal Pertamina 60/70 dan mempunyai angka durabilitas yang memenuhi syarat pada variasi perendaman 2 hari sedangkan aspal Pertamina 60/70 tidak memenuhi syarat durabilitas. Secara umum, penelitian ini menyimpulkan penggunaan aspal Starbit E-55 pada campuran aspal memiliki nilai yang sangat baik dan dapat mencapai nilai marshall dan durabilitas yang diharapkan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Advanty (2014) tentang Pengaruh Penggantian Sebagian Filler Semen dengan Kombinasi 40 % Serbuk Batu Bata dan 60 % Abu Cangkang Lokan Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC). Penelitian ini mengamati pengaruh penggantian filler semen portland dengan filler kombinasi 40% serbuk bata dan 60% cangkang lokan dengan perbandingan presentase filler

16 semen portland terhadap filler kombinasi sebesar 100:0, 50:50, dan 0:100. Dari hasil pengujian karakteristik marshall dapat disimpulkan bahwa nilai stabilitas semakin meningkat seiring dengan pergantian filler dan stabilitas terbaik dihasilkan oleh komposisi filler 0:100 (yang mengandung kapur dan silika yagn tinggi) sebesar 926,545 kg dan kerapatan rongga campuran / void in the mix (VIM) yang kecil sebesar 3,226%. Nilai VIM yang kecil mengindikasikan tingkat kerapatan suatu campuran AC-BC sedangkan semakin besar nilai stabilitas menunjukkan tingkat kekuatan campuran AC-BC terhadap kemampuan menerima beban. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anthony (2016) adalah adanya pemakaian filler serbuk kulit lokan, tidak adanya pemakaian aditif atau bahan tambah, tidak adanya peninjauan terhadap parameter durabilitas campuran, sedangkan perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Advanty (2014) terletak pada jenis aspal yang digunakan, kombinasi jenis filler, dan kadar filler yang digunakan.