HUBUNGAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREMATURITAS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2010

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB II TINJAUAN TEORI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

ALI SADIKIN NIM : J

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN PREEKLAMSIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka. Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan penggunaan KB

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

Transkripsi:

HUBUNGAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREMATURITAS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2008 2009 Tri Budi Rahayu 1, Asri Hidayat 2 Abstract : The study aimed to examine the correlation between pre eklampsia on pregnant women and the incidence of prematuritas. The subjects were 43 delivering mothers in RSU PKU Muhammadiyah Bantul from May 2008 until May 2009 with certain criteria. Kendall Tau was employed to analyses the data. The result of study reveals that there is not a statistic correlation between pre eklampsia on pregnant women and the incidence of prematuritas ( τ= 0,132; p>0,05 ). Kata Kunci : pre eklampsia, prematuritas 1 Mahasiswa D III Prodi Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 2 Dosen Prodi Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka kematian bayi di Indonesia berkisar 35/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kematian bayi sebanyak 23/1000 kelahiran hidup (www.depkes.go.id, 2006). Angka Kematian Bayi paling banyak disebabkan oleh kematian perinatal, yaitu sebesar 57% (www.depkes.go.id, 2006). Sebanyak 6-8% dari seluruh bayi di dunia, dilahirkan sebelum umur kehamilan 37 minggu, jumlah yang kecil ini bertanggung jawab atas 75% angka kematian bayi baru lahir. Di Amerika Serikat 10% dari semua bayi kurang bulan, memberikan kontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas neonatal sebesar 50-70% (Hacker, 2001). Bayi prematur merupakan faktor penentu kematian terbesar perinatal di Indonesia. Menurut WHO (2005), persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir. Penyebab terjadinya persalinan prematur adalah multifaktor. Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor diduga sebagai penyebab persalinan prematur, seperti: solusio placenta, gemelli, kelainan uterus, hidramnion, placenta previa, KPD, dan lain-lain (Prawirohardjo, 1999). Pre eklampsia juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian persalinan prematur. Pre eklampsia adalah komplikasi serius pada kehamilan trimester II dan III dengan gejala hipertensi, oedema, dan proteinuria pada umur kehamilan di atas 20 minggu dan dapat terjadi pada saat antepartum, 2

intrapartum ataupun postpartum (Manuaba, 2001). Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap rangsangan sering didapatkan pada pre eklampsia dan eklampsia, sehingga mudah terjadi persalinan prematur. Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan menuanya placenta secara dini (Prawirohardjo, 2002). Berbagai program untuk menurunkan angka kejadian persalinan prematur ini telah dilakukan baik di tingkat rumah sakit rujukan maupun di tingkat pelayanan dasar. Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dengan melaksanakan pengawasan antenatal untuk semua ibu hamil, terutama ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi yang dapat mempengaruhi keselamatan janin, yaitu dengan memberikan buku KIA kepada setiap ibu hamil dan menentukan standar minimal kunjungan ANC selama kehamilan sebanyak 4 kali yaitu trimester I 1X, trimester II 1X, dan trimester III 2X. Kunjungan antenatal yang teratur, bertujuan agar kejadian pre eklampsia bisa terdeteksi sedini mungkin. Selain itu, PWS KIA sebagai alat motivasi dan komunikasi dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapat pelayanan KIA, maupun dalam membantu masalah rujukan resiko tinggi (Depkes RI, 2003). Masih banyak dijumpai peranan faktor sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang ikut menentukan morbiditas dan mortalitas neonatal yang menjadi ukuran tinggi rendahnya pelayanan kesehatan di negara berkembang (Manuaba, 2001). Sesuai dengan perannya, bidan bekerja sama dengan masyarakat melakukan pengawasan terhadap semua ibu hamil, terutama ibu hamil yang beresiko tinggi dengan mencanangkan posyandu yang dilakukan setiap bulan dengan melibatkan kader. Dalam hal ini bidan memberikan pendidikan kesehatan 3

kepada masyarakat, terutama mengenai pentingnya arti pengawasan kehamilan. Peningkatan partisipasi masyarakat diharapkan sebagai pusat pelayanan kesehatan pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal (Manuaba, 2001). Kejadian prematuritas di Indonesia 16-18% dari semua kelahiran hidup (Martaadisoebrata D, 2005). Angka kejadian persalinan prematur di Kota Yogyakarta sebesar 5,04% dari seluruh kelahiran hidup pada tahun 2001 dan 1,77% dari seluruh kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinkes Kota Yogyakarta, 2003). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal 09 Februari 2009, diperoleh data dari rekam medis bahwa selama tahun 2008 terdapat persalinan prematur 207 kasus dari 1029 kelahiran bayi (20,12%). Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi ada/tidaknya hubungan pre eklampsia pada ibu hamil dengan kejadian prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2008-2009. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah non eksperimental korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan diantara variabelvariabel yang diteliti tanpa melakukan suatu intervensi terhadap variabel yang bersangkutan (Sugiyono, 2005). Metode pendekatan waktu yang digunakan adalah secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RS PKU Muhammadiyah Bantul dari bulan Mei 2008 sampai Mei 2009, yang melahirkan prematur dengan kriteria ibu berusia 20 35 tahun, jarak 4

kehamilan lebih dari 2 tahun, ukuran LILA lebih dari 23,5 cm, tidak ada riwayat persalinan prematur, tidak anemia, dan tidak gemelli yang diambil dari register partus dan rekam medis pasien, yaitu sebanyak 215 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling sistematis. Sampel diambil pada nomor dengan kelipatan dari lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 215. Jumlah sampel sebanyak 43 responden. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman dokumentasi. Data diambil dari data sekunder, yaitu dengan menyeleksi data ibu bersalin dari buku register partus, rekam medis ibu bersalin dan catatan di ruang bersalin. Data yang diambil hanya dari data yang lengkap diisikan dalam status pasien. Sedangkan status pasien yang kurang lengkap tidak digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias. Analisis data hubungan dua variabel menggunakan uji statistik Kendall Tau dengan bantuan SPSS for windows (Sugiyono, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul yang merupakan rumah sakit swasta yang bertipe C. Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dimiliki oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Rumah sakit ini terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 124 Bantul 55711 Yogyakarta. Jenis pelayanan yang diselenggarakan di RSU PKU Muhammadiyah 5

Bantul meliputi pelayanan IGD 24 jam, rawat inap, rawat ICU, bersalin, operasi, gizi, penunjang medik, radiologi, poliklinik spesialis dan umum. Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medik RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dengan menggunakan status ibu bersalin dalam kurun waktu Mei 2008 sampai Mei 2009, dengan jumlah sampel 43 responden. Karakteristik Responden 3; 7% 1; 2% 12; 28% SMP SMA DIII SI 27; 63% Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan gambar 1. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 responden (63%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan S I yaitu sebanyak 1 responden ( 2% ). 7;16% 11; 26% 17; 39% P1 P2 P3 P4 8; 19% Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Paritas 6

Berdasarkan gambar 2. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah paritas 1 yaitu sebanyak 17 responden (39%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang memiliki jumlah paritas 4 yaitu sebanyak 7 responden ( 16% ). 10; 23% 2; 5% 8; 19% 1-4X 5-8X 9-12X >12X 23; 53% Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi ANC Berdasarkan gambar 3. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan ANC 9 12 kali yaitu sebanyak 23 responden (53%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang melakukan ANC 1 4 kali yaitu sebanyak 2 responden ( 5% ). 8; 19% swasta 14; 33% 2; 5% petani wiraswasta 3; 7% PNS buruh 16; 36% Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan gambar 4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 16 responden (36%), sedangkan responden 7

yang paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 2 responden ( 5% ). Pre Eklampsia pada Ibu Hamil 11; 26% 2; 5% 3; 7% 27; 62% tidakpe PER PEB eklampsia Gambar 5. Pre Eklampsia pada Ibu Hamil di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2008 2009 Berdasarkan gambar 5. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak menderita pre eklampsia saat hamil yaitu sebanyak 27 responden (62%), sedangkan paling sedikit adalah responden yang menderita pre eklampsia saat hamil yaitu sebanyak 2 responden (5%). Pre eklampsia merupakan masalah yang penting, bila tidak ditangani segera dapat mengakibatkan pre eklampsia berat dan eklampsia. Pada dasarnya tujuan utama penanganan pre eklampsia yaitu mencegah terjadinya pre eklampsia berat dan eklampsia, serta melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Pencegahan pre eklampsia, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat harus didahulukan sehingga faktor prognosis untuk terjadinya kematian maternal harus diketahui (Wijayanegara, 2003). Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan kehamilan yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan urine untuk menentukan 8

proteinuria. Selain itu, untuk mencegah kejadian pre eklampsia dapat diberikan nasehat tentang diet makanan, cukup istirahat, dan pengawasan antenatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu melakukan ANC rata- rata sebanyak 9 12 kali selama kehamilan ( 53,49% ). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemeriksaan antenatal akan memberikan manfaat dengan ditemukannya kelainan yang menyertai kehamilan sedini mungkin (Manuaba, 2001). Keteraturan responden dalam melakukan ANC ini juga dapat dihubungkan dengan adanya kebijakan pemerintah Kabupaten Bantul dalam melakukan pengawasan kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan gratis pada ibu hamil. Kebijakan tersebut menjadikan interaksi ibu hamil dengan petugas kesehatan bertambah, sehingga dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk deteksi dini pre eklampsia dalam kehamilan. Selain itu, kebijakan pemerintah Kabupaten Bantul dalam melakukan pengawasan pada ibu hamil dengan memberikan buku KIA kepada setiap ibu hamil dan menentukan standar minimal kunjungan ANC selama kehamilan sebanyak 4X secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil. Pre eklampsia merupakan keadaan yang membahayakan bagi ibu dan janinnya. Komplikasi pada ibu dapat berupa solusio plasenta, koagulopati intravaskuler yang meluas, serta hipertensi yang menyebabkan kerusakan organ, perdarahan otak dan bahkan kematian ibu. Pada janin berupa gangguan 9

pertumbuhan janin, hipoksia, kelahiran prematur dan kematian perinatal (Dachlan, 2003). Kejadian Prematuritas 8; 19% 18; 41% 17; 40% borderline prematur prematur sedang sangat prematur Gambar 6. Kejadian Prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2008-2009 Berdasarkan gambar 6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami prematur sedang ( 31 - < 37 minggu )yaitu sebanyak 18 responden (41%), sedangkan paling sedikit adalah responden yang mengalami persalinan sangat prematur ( 24 - < 31 minggu ) yaitu sebanyak 8 responden (19%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi lahir dengan prematur sedang, yang memberikan pengertian bahwa bayi yang lahir kurang bulan yang organ tubuhnya masih belum sempurna sehingga menyebabkan bayi dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Namun, pada bayi dengan derajat prematur sedang, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan bayi yang lahir dengan derajat sangat prematur dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini benarbenar intensif (Prawirohardjo, 2005). 10

Prinsip dalam pencegahan kejadian prematuritas yaitu dengan memberikan konseling pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang baik dan teratur. Menjelaskan faktor-faktor resiko kehamilan dan persalinan, menjelaskan tanda dan gejala yang merupakan tanda bahaya yang harus diketahui oleh ibu hamil agar dapat segera menghubungi tenaga kesehatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi kontraksi, keluar cairan lendir atau darah, demam, pusing. Apabila terjadi tanda-tanda tersebut, dilakukan penatalaksanaan/tindakan untuk mempertahankan kehamilan sedapat mungkin. Pengawasan antenatal meliputi pemeriksaan kehamilan, deteksi dini dan pendidikan mengenai kehamilan baik di tingkat pelayanan dasar maupun di tingkat rumah sakit dapat mendeteksi terjadinya persalinan prematur. Secara teori, beberapa upaya dapat dilakukan untuk deteksi dini faktor resiko, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium darah, urine, sel-sel mulut rahim dan vagina untuk memastikan adanya infeksi, melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memeriksa kondisi janin, usia janin, letak, posisi dalam rahim, dan pelepasan plasenta, serta pemeriksaan cairan ketuban (amniosintesis). Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa upaya deteksi dini faktor resiko belum optimal, karena pemeriksaan laboratorium darah, urine dan sel-sel serviks saat pemeriksaan kehamilan masih belum dilakukan. Penyebab pasti dari persalinan prematur tidak diketahui. Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur antara lain faktor ibu dan bayi. Faktor ibu yang mempengaruhi kejadian prematuritas antara lain pre eklampsia, usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun, jarak kehamilan terlalu dekat, 11

malnutrisi, riwayat persalinan prematur dan anemia. Sedangkan faktor bayi antara lain kehamilan ganda, KPD, hidramnion. Manuaba ( 1998 ) menjelaskan bahwa alat tubuh pada bayi prematur masih belum berfungsi secara sempurna seperti pada bayi cukup bulan. Bayi prematur mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya, sehingga bayi lahir prematur rentan timbul masalah berkaitan dengan belum sempurnanya alat tubuh bayi baik secara anatomi maupun fisiologi. Berbagai masalah yang timbul antara lain hipotermi, RDS, hipoglikemia, perdarahan intrakranial, infeksi, hiperbilirubinemia, kerusakan integritas kulit. Masalah-masalah yang timbul dari bayi lahir prematur tersebut dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi. Hubungan Pre Eklampsia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Prematuritas Tabel 1. Hubungan Pre Eklampsia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2008 2009 PE Pada ibu Hamil Kejadian Prematuritas Tidak PE PER PEB Eklampsia Jumlah f % f % f % f % f % Sangat Pematur Prematur Sedang Borderline Prematur 5 10 12 11,63 23,26 27,91 1 0 1 2,33 0 2,33 0 7 4 0 16,28 9,3 2 1 0 4,65 2,33 0 8 18 17 18,61 41,87 39,54 Jumlah 27 62,8 2 4,66 11 25,58 3 6,98 43 100,02 Tabel 1. menunjukkan bahwa paling banyak responden tidak pre eklampsia dengan borderline prematur (37 38 minggu) yaitu sebanyak 12 responden (27,91%). Berdasarkan uji statistik dengan Kendall Tau didapatkan harga τ= 0,132 dengan taraf signifikasi (p) = 0,347 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pre eklampsia pada ibu hamil 12

dengan kejadian prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2008-2009. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami persalinan prematur adalah ibu yang tidak menderita pre eklampsia saat hamil. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pre eklampsia merupakan suatu kondisi yang menyebabkan persalinan prematur. Pada dasarnya tujuan utama penanganan pre eklampsia yaitu mencegah terjadinya pre eklampsia berat dan eklampsia, serta melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Pada pre eklampsia ringan, jika umur kehamilan belum aterm, maka sebisa mungkin dilakukan penanganan konservatif untuk memperbaiki kondisi ibu dan mempertahankan kehamilan sampai usia janin aterm. Pada beberapa kasus pre eklampsia ringan yang tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dilakukan pengakhiran kehamilan walaupun janin masih prematur. Oleh karena itu, pre eklampsia bukan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Kelahiran prematur dapat disebabkan karena selama hamil, ibu kekurangan gizi sehingga pemenuhan gizi untuk ibu dan janin menjadi kurang. Pemenuhan gizi yang kurang berakibat pada pembentukan sel sel janin tidak maksimal sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu. Kurangnya asupan gizi ibu hamil dapat disebabkan karena status sosial ekonomi responden yang rendah sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan gizinya selama hamil. Prawihardjo ( 2005 ) menyatakan bahwa sosial ekonomi dapat mempengaruhi bayi lahir prematur. Semakin tinggi status ekonomi seseorang maka semakin 13

mudah dalam memenuhi kebutuhan gizinya selama hamil sehingga kemungkinan kekurangan gizi semakin kecil. Ibu hamil dengan status ekonomi rendah lebih mudah mengalami prematur karena pemenuhan gizi yang kurang selama hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 16 responden ( 36% ). Angka tersebut menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi responden masih kurang. Sitohang ( 2004 ) menyatakan bahwa kejadian prematur tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian prematuritas adalah paritas ibu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yang baru pertama kali melahirkan ( P1 ) yaitu sebanyak 17 responden ( 39% ). Persalinan yang pertama merupakan salah satu persalinan yang beresiko. Pada paritas tersebut kemungkinan untuk mengalami resiko tinggi kehamilan sepert anemia, keguguran dan sebagainya lebih besar bila dibandingkan dengan paritas tidak beresiko. Menurut Prawirohardjo ( 1999 ), paritas tidak beresiko merupakan paritas yang aman untuk hamil dan melahirkan yaitu paritas 2 dan 3 kehamilan. Sedangkan persalinan pertama atau lebih dari empat kali akan mempunyai dampak yang buruk terhadap ibu dan janinnya. Resiko yang terjadi pada kehamilan pertama dapat dicegah dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana ( KB ). 14

Pengetahuan responden tentang keluarga berencana ( KB ) dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuannya juga akan semakin tinggi, sebaliknya responden dengan pendidikan rendah maka pengetahuannya juga akan rendah. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 responden ( 63% ). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih terbatas. Tinggi rendahnya pengaruh tingkat pengetahuan responden terkait kemampuan memahami informasi yang diterima dan mengaplikasikannya dalam perilaku sehari hari. Juariyah ( 2004 ) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang tentang KB akan mempengaruhi orang tersebut dalam mengatur kehamilan dan kelahirannya, sehingga secara tidak langsung tingkat pendidikan dapat mempengaruhi paritas ibu. Berbekal informasi yang dimilikinya seorang ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi dapat mengetahui resiko apa saja yang dapat terjadi pada kehamilan yang pertama kali ( termasuk resiko terjadinya kelahiran prematur ), sehingga dapat melakukan perawatan obstetri dengan kesadaran sendiri. Tidak adanya hubungan antara pre eklampsia pada ibu hamil dengan kejadian prematuritas bisa disebabkan karena di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan paritas ibu. Selain itu, ada faktor lain yang tidak terdapat dalam dokumentasi yang tidak dapat diteliti seperti hidramnion. Jadi, pre eklampsia bukan merupakan faktor dominan yang 15

mempengaruhi kejadian prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2008-2009. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, sebagian besar tidak menderita pre eklampsia yaitu sebanyak 27 responden ( 62,79 % ). Kedua, sebagian besar mengalami prematur sedang ( 31 - < 37 minggu ) yaitu sebanyak 18 responden ( 41,9 % ). Ketiga, berdasarkan uji statistik dengan Kendall Tau didapatkan harga τ= 0,132 dengan taraf signifikasi (p) = 0,347 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pre eklampsia pada ibu hamil dengan kejadian prematuritas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2008-2009. Saran Pertama, bagi profesi bidan agar selalu melakukan optimalisasi kunjungan antenatal dan pemantauan terhadap faktor resiko persalinan prematur pada semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya. Dengan kunjungan antenatal yang optimal dan pemantauan yang lebih ketat, faktor resiko terjadinya persalinan prematur dapat dideteksi lebih dini dan mendapat penanganan lebih awal secara optimal. Kedua, bagi masyarakat khususnya ibu hamil agar meningkatkan kunjungan antenatal secara teratur sehingga dapat mendeteksi secara dini kelainan 16

yang mungkin timbul khususnya yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur sehingga dapat dilakukan penanganan dini secara optimal. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang masalah persalinan prematur agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggali berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian prematuritas, sehingga dapat diketahui faktor apa saja yang mempunyai pengaruh paling banyak terhadap kejadian prematuritas. DAFTAR RUJUKAN Alatas, H., dan Hasan, R., 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 2, FKUI, Jakarta. Anonim, 2006, Persalinan Prematur, diakses 07 Oktober 2008, www.geocities.com. Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian Edisi Kelima Cetakan Keduabelas, Andi, Yogyakarta. Bobak, Lowdermik, dan Jensen, 2004, Keperawatan Maternitas, Edisi 2, EGC, Jakarta. Depkes RI, 2003, Standar Pelayanan Kebidanan, Depkes RI, Jakarta. Gary F.C., Paul C.M., Norman F.G., 2001, William Obstetric, 21 st McGrawhill, New York. Edition, Hacker, dan Moore, 2001, Essensial Obstetri dan Ginekologi, Hipokrates, Jakarta. Ladewig, Patricia, 2005, Buku Saku Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir, EGC, Jakarta. Maimunah S., 2005, Kamus Istilah Kebidanan, EGC, Jakarta. Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Panyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. 17

, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta., 2002, Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia, EGC, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Oxorn, H., dan William R.F., 2003, Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensial Medika, Jakarta. Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dan Rachimhadhi, T., 1999, Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kelima, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta., 2002, Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta., 2005, Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kelima, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pusat Data dan Informasi Persi, 2006, Persalinan Prematur, diakses 23 Juni 2008, www.google.co.id. Riwidikdo, H., 2007, Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta. Sitohang, Asnah Nur, 2004, Asuhan Keperawatan pada BBLR, diakses 17 Juli 2009, http://librari.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdf. Sudhaberata, R., 1999, Profil Penderita Pre Eklampsia dan Eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur, diakses 14 Oktober 2008, www.tempo.co.id. Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian Edisi Pertama Cetakan Keenam, Alfabeta, Bandung., 2006, Statistik untuk Penelitian Cetakan Kesembilan, Alfabeta, Bandung. Sulistyaningsih, S., Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Bayi Lahir Prematur di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2005-2006, STIKES Aisyiyah, Yogyakarta. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2003, Angka Kematian Bayi di Indonesia, diakses 23 Juni 2008, www.depkes.go.id. 18

Who, 2005, Persalinan Preterm, diakses 11 November 2008, www.geocities.com. Winn, M.D., dan Hobbins, M.D., J.C., 2000, Clinical Maternal Fetal Medicine, The Parthenon, USA. Yuliana, L., 2005, Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan Prematur di RSUP Dr Sardjito Tahun 2005, STIKES Aisyiyah, Yogyakarta. 19