1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Proses pembelajaran merupakan esensi dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pembelajaran sebagai proses interaksi antara pengajar dan peserta didik berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Komponen-komponen dalam pembelajaran, yang diantaranya bahan, metode dan media ajar, adalah sarana pencapaian hasil pembelajaran yang berlaku untuk semua bidang ilmu pengetahuan termasuk sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhan dan hubungan hubungannya antara orang-orang dalam masyarakat. Sosiologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam proses pembelajaran di kelas, seringkali pendidik mendapatkan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sarana pembelajaran merupakan segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Sarana pembelajaran meliputi alat pelajaran, alat peraga dan media pembelajaran. Prasarana pembelajaran adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Prasarana pembelajaran meliputi ruang kelas, meja, kursi, dan peralatan lain yang menunjang proses pembelajaran di sekolah. Apabila sarana dan prasarana terbatas, maka dapat menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal. Oleh karena itu perlu adanya sarana dan prasarana yang baik agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, kurangnya profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat kompetensi yakni kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. commit to user 1
2 Profesionalisme merupakan bagian dari kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang bidang studi yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Sikap inilah yang mampu membuat peserta didik memahami materi ajar. Apabila sikap profesional guru ini kurang, maka berakibat pada rendahnya penguasaan konsep serta pemahaman yang dimiliki peserta didik. (Siti Aminah, 2012:4) Permasalahan selanjutnya dalam proses pembelajaran di kelas selama ini, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran menggunakan metode ceramah merupakan kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi dan memberikan contoh soal sedangkan siswa hanya memperhatikan dan meniru cara guru menyelesaikan soal. Metode ceramah ini masih banyak dilakukan guru dalam penyampaian materi pelajaran sosiologi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan jaman. Pada pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, siswa tidak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya (Moh. Usman, 2003:10). Artinya, pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat pada guru (teacher center learning) dan siswa hanya pasif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru seperti pada metode ceramah membuat siswa kurang bisa mengemukakan pendapat dan pengalamannya. Sama halnya seperti pendapat dari Emy Rachmawati (1999:1) bahwa metode ceramah masih menjadi favorit bagi pengajar, padahal metode ceramah tidak dapat diterapkan untuk kelas yang siswanya memiliki kemampuan heterogen karena siswa yang pandai akan lebih dominan dalam kelas. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dianggap siswa kurang menarik dan cenderung membosankan (Aditya, Riyadi dan Djaelani, 2013: 1) Hasil identifikasi permasalahan pembelajaran sosiologi yang telah dilakukan pada awal September 2013 terhadap proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar commit adalah to (1) user Pembelajaran sosiologi diajarkan
3 dengan metode ceramah, (2) Metode-metode pembelajaran yang digunakan kurang mampu memotivasi siswa untuk bertanya, (3) Adanya anggapan dari siswa bahwa pelajaran sosiologi adalah pelajaran yang hanya menghafal, dan (4) Fasilitas yang terbatas membuat kurangnya variasi pembelajaran sosiologi. Dari hasil identifikasi masalah tersebut terlihat bahwa dalam kegiatan pembelajaran sosiologi di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, siswa hanya dijadikan sebagai objek penerima informasi pengetahuan dari guru dan kurang dilibatkan dalam diskusi aktif dalam pelajaran. Hal ini membuat siswa cenderung tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya siswa kurang paham dengan materi yang diajarkan. Akibatnya siswa sering mengabaikan isi pelajaran sosiologi sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar yang tidak maksimal. Berdasarkan masalah-masalah diatas, peneliti memberikan solusi yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu melalui pengadaan pembelajaran yang lebih variasi, menarik dan menyenangkan. Pembelajaran yang dilakukan tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berorientasi pada pengalaman dan aktivitas siswa (student center learning). Model pembelajaran yang berpusat pada akitivitas siswa adalah model pembelajaram kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankan kepada aktivitas siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Pada model ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi metode dalam pembelajaran, diantaranya metode Group Investigation (GI) dan Teams Games Tournament (TGT). Adanya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pengetahuan dalam menyikapi permasalahan dalam masyarakat. Penerapan metode pembelajaran yang tepat dan efektif oleh guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sosiologi cocok menggunakan metode GI karena siswa dapat mengkaji permasalahan sosial masyarakat melalui investigasi. GI memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Kegiatan ini mempermudah commit siswa to user dalam memahami materi pelajaran
4 sosiologi. Pada metode GI, kelompok peserta didik ditempatkan dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok (group process skills). Penyajian materi pelajaran pada metode GI mampu memberikan suasana yang menarik bagi siswa. Siswa dituntut untuk bekerjasama dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Siswa akan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga membuat siswa termotivasi dan menjadikan siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Aktifnya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, akan terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Kondisi yang demikian, siswa menjadi mampu memahami setiap materi yang diberikan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu kelebihan dari metode GI adalah dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keahliannya yang berguna bagi kelompoknya. Selain itu juga dapat memperbaiki hubungan antar kelompok sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berbeda dengan metode GI, dalam metode TGT siswa melakukan kegiatan bermain sekaligus belajar. Metode TGT berbeda dengan metode pembelajaran yang lain karena dalam metode TGT terdapat turnamen akademik. Di dalam turnamen, siswa yang kemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan berlomba dengan siswa yang memiliki kemampuan akademiknya tinggi, siswa yang kemampuan akademiknya sedang akan berlomba dengan siswa yang kemampuan akademiknya sedang, dan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademik rendah pula. Hal ini dimaksudkan agar terdapat keadilan dalam kegiatan turnamen karena siswa berlomba dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik yang sama. Pada metode TGT sebelum siswa melakukan permainan turnamen, commit siswa diberikan to user materi diskusi terlebih dahulu
5 sebagai bahan turnamen akademik. Selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Diskusi kelompok ini berprinsip pada tutor teman sebaya sehingga siswa yang kurang paham akan dengan mudah bertanya dengan temannya. Anita Lie dalam Isjoni (2012: 25) mengungkapkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada oleh guru. Artinya, keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya tergantung pada guru, melainkan juga dapat diperoleh dari teman sebaya. Dalam pembelajaran sosiologi dibutuhkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih dari pada mata pelajaran lainnya karena banyaknya konsep dalam pelajaran sosiologi. Siswa yang tidak paham materi akan malu jika terus bertanya kepada gurunya, sehingga disini peran teman sebaya dibutuhkan untuk membantu temannya dalam memahami materi ajar. Variasi metode pembelajaran perlu dilakukan agar dapat merangsang anak didik untuk lebih berpikir kreatif dan kritis sehingga mampu meningkatkan pemahaman materi dan hasil belajar yang lebih baik. Melihat pentingnya variasi penggunaan metode dalam pembelajaran maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan variabel tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel dalam memprediksi hasil belajar yang akan dicapai dari variabel tersebut. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Komparasi Metode Group Investigation (GI) Dan Metode Team Game Tournament (TGT) Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar? commit to user
6 2. Apakah ada pengaruh penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar? 3. Berapa besar pengaruh penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. 2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan metode GI dan metode TGT terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran sosiologi dengan metode GI dan TGT sehingga dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Dengan menggunakan metode GI siswa diharapkan memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok (group process skills). Dalam hal ini siswa dapat mengembangkan metode GI melalui penentuan commit topik, to user kerjasama, implementasi, analisis,
7 penyajian hasil akhir dan evaluasi. Sedangkan dengan metode TGT yang menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat aktif berlomba sebagai wakil dan memajukan timnya sehingga keterlibatan langsung siswa besar. Dalam metode TGT siswa dan guru dapat mengembangkannya melalui penyajian materi oleh guru, pembentukan kelompok belajar, diskusi kelompok belajar, permainan akademik/ turnamen, penghargaan pada kelompok juara. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Memberikan masukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah melalui variasi metode belajar seperti metode GI dan TGT. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan supaya guru dapat menggunakan strategi pembelajaran sosiologi melalui metode belajar yang variatif dan menarik. Metode GI dan TGT termasuk metode belajar yang menarik, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berpusat pada siswa (student center learning) c. Bagi Siswa Metode GI membuat siswa untuk berpikir ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan sosial di masyarakat. Metode GI memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis dan membuat laporan ilmiah dalam memecahkan masalah sosial. Metode TGT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkompetisi melalui turnamen akademik sehingga pembelajaran akan semakin menarik. Penerapan beberapa variasi metode belajar mendorong siswa untuk lebih mudah dalam memahami materi ajar dalam pembelajaran sosiologi. Pemahaman yang baik akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar sosiologi siswa. commit to user
8 d. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan beberapa manfaat bagi peneliti yaitu: (1) Memberikan pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif metode GI dan TGT, (2) Memberikan pengalaman pada peneliti mengenai langkah-langkah penerapan metode GI dan TGT pada pembelajaran sosiologi, (3) Peneliti sebagai calon pendidik dapat mempersiapkan diri memilih metode pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. commit to user