MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca University Farm, Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan April 2011. Materi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat jenis tanaman legum yaitu, Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra, L. leucocephala. Tanah yang digunakan adalah tanah latosol dari Laboratorium Agrostologi Fakultas Peternakan IPB, pupuk kandang, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan pupuk NPK. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah timbangan kapasitas 5 kg, pot kapasitas 5 kg, mikofer, gunting, timbangan digital, alat ukur, mulsa plastik, oven, kantong kertas, mikroskop, coverglass, KOH 2,5%, HCl 2% dan larutan staining. Prosedur Pemilihan jenis leguminosa Empat jenis tanaman leguminosa yang akan ditanam yaitu, Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala. Setiap jenis legum merupakan penelitian yang terpisah. Persiapan Media Tanam Sebagai media tumbuh digunakan jenis tanah latosol dari daerah Darmaga dengan cara mengambil lapisan tanah bagian atas pada kedalaman 0-20 cm. Tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 9:1, tanah sebanyak 4,5 kg dan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg. Penanaman Legum ditanam di dalam pot kapasitas 5 kg tanah, setiap pot ditanam 2 individu bibit legum. Sebelum penanaman diberikan perlakuan dengan penambahan FMA sebanyak 20 gram setiap pot tanaman (untuk pot yang mendapat penambahan mikoriza). Tanaman ditumbuhkan terlebih dahulu selama satu bulan sebelum 13
mendapatkan perlakuan penyiraman. Setelah tumbuh dengan baik maka dapat dimulai perlakuan yaitu dengan disiram dan tidak disiram. Dosis pemberian pupuk NPK setelah tanaman tumbuh selama satu bulan adalah 3 gram per pot tanaman. Perlakuan Kekeringan Sebelum perlakuan kekeringan dimulai, semua pot mendapatkan perlakuan yang sama yaitu disiram satu kali sehari. Kemudian pot diberi plastik mulsa yang dibentuk bulat dengan diameter ± 35 cm untuk menutupi permukaan pot. Pada perlakuan tidak disiram (W1) plastik mulsa diselotip di sekeliling pot sedangkan pada perlakuan disiram (W0) diberi celah yang tidak diselotip untuk memudahkan proses penyiraman. Perlakuan dimulai pada keesokan harinya dan dihitung sebagai H0. Pada pot perlakuan W0 dilakukan penyiraman setiap pagi sedangkan untuk perlakuan W1 tidak dilakukan penyiraman sampai tanaman mati dan ini berarti perlakuan dihentikan kemudian dilakukan pemanenan. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pembersihan gulma dan pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Pembersihan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma. Penyemprotan hama dilakukan apabila tanaman terkena hama. Penyemprotan menggunakan peptisida yang terbuat dari bahan organik, yaitu dengan sistem kerja langsung kontak terhadap hama yang menyerang tanaman legum sehingga tidak meninggalkan residu yang dapat mempengaruhi tanaman selama penelitian. Panen Pemanenan dilakukan setelah semua tanaman perlakuan tidak disiram (W1) mati atau berada dalam kondisi titik layu permanen. Kemudian semua tanaman di panen pada semua perlakuan untuk memperoleh daun, batang dan akar yang selanjutnya akan dioven. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap empat hari sekali dengan mengukur pertambahan tinggi vertikal tanaman dan pengambilan sampel tanah untuk mengukur kadar air tanah. 14
Peubah yang Diamati Kadar Air Tanah Sampel tanah diambil sebanyak 5 g pada masing-masing pot tanaman kemudian dimasukkan ke dalam oven 105 ºC selama 24 jam. Setelah itu timbang berat sampel setelah dioven. Kadar air didapat dari berat sampel sebelum dimasukkan ke oven dikurangi berat sampel setelah dioven dibagi berat sampel setelah dioven kemudian dikalikan 100%. Kadar air tanah = W0 Wt W0 x 100% Keterangan : W0 = berat sampel tanah sebelum dioven Wt = berat sampel tanah setelah dioven Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pengukuran pertambahan tinggi vertikal tanaman dimulai dari bagian tanaman di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman dengan menggunakan pita ukur. Pertambahan tinggi vertikal tanaman = Tt T0 Keterangan : T0 Tt = tinggi vertikal awal tanaman (cm) = tinggi vertikal akhir tanaman (cm) Berat Kering Daun Untuk pengukuran berat kering daun dilakukan pada akhir percobaan, dengan cara dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam atau 2 hari. Setelah dioven, daun ditimbang. Berat kering daun yang diperoleh dalam satuan gram/pot. Berat Kering Batang Untuk pengukuran berat kering batang dilakukan pada akhir percobaan, dengan cara dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam atau 2 hari. Setelah dioven, batang ditimbang. Berat kering batang yang diperoleh dalam satuan gram/pot. Berat Kering Akar Untuk pengukuran berat kering akar dilakukan pada akhir percobaan, dengan cara dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam atau 2 hari. Setelah dioven, akar ditimbang. Berat kering akar yang diperoleh dalam satuan gram/pot. 15
Infeksi Akar Banyaknya infeksi diukur dengan melihat persentase akar yang terinfeksi oleh hifa. Pengukuran terhadap infeksi akar oleh mikoriza dilakukan dengan teknik pewarnaan yang dikembangkan oleh Phillips dan Hayman (1970). Proses pewarnaan akar diawali oleh pencucian akar hingga bersih, kemudian dimasukkan ke tabung film, setelah itu KOH 2,5% ditambahkan sampai akar terendam lalu tabung ditutup. Setelah akar berwarna bening, KOH 2,5% dibuang, kemudian akar dicuci dibawah air mengalir dan disaring menggunakan saringan teh. Setelah dicuci, akar dimasukkan kembali ke tabung film dan ditambahkan dengan HCl 2%, lalu direndam selama 24 jam. Setelah 24 jam, HCl dibuang, kemudian larutan staining dimasukkan ke tabung film. Apabila pewarnaan terlalu pekat, larutan destaining ditambahkan, untuk menghitung infeksi akar, akar dengan panjang sekitar 1 cm diambil sebanyak 10 buah, diletakkan diatas gelas objek lalu ditutup dengan coverglass. Perhitungan jumlah akar yang terinfeksi dilakukan dibawah mikroskop. Persentase akar yang terinfeksi dihitung dengan rumus sebagai berikut : % Infeksi akar = Jumlah akar yang terinfeksi Jumlah contoh akar x 100% Indeks Sensitivitas kekeringan Toleransi tanaman legum terhadap cekaman kekeringan dinilai dengan indeks sensitivitas terhadap kekeringan (S) dengan rumus (Fischer dan Maurer, 1978): S = (1-Y/Yp)/(1-X/Xp), Y = nilai respon jenis legum pada perlakuan cekaman kekeringan (W1), Yp = nilai respon rata-rata empat jenis legum pada perlakuan cekaman kekeringan (W1), X = nilai respon jenis legum pada perlakuan disiram setiap hari (W0), Xp = nilai respon rata-rata empat jenis legum pada perlakuan disiram setiap hari (W0). Peubah setiap jenis legum dikelompokkan menjadi toleran (T) jika ISK 0,5; agak toleran (AT) jika 0,5 < ISK 1,0; dan peka (P) terhadap cekaman kekeringan jika ISK > 1,0. Setelah dilakukan penentuan tingkat toleransi, selanjutnya dilakukan skoring terhadap tingkat toleransi dengan kaidah sebagai berikut : P = skor 0, AT = skor 1 dan T = skor 2. Hasil dari perhitungan skoring kemudian dikalikan dengan skoring terhadap hari dengan kaidah : H16 = skor 1, H20 = skor 2, H24 = skor 3 dan H28 = skor 4. 16
Metode Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 ulangan. Jenis legum yang digunakan, yaitu Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra, L. leucocephala. Setiap jenis legum merupakan penelitian yang terpisah. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: M0W0 = Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari. M0W1 = Tanpa mikoriza dan tidak disiram. M1W0 = Dengan mikoriza dan disiram tiap hari. M1W1 = Dengan mikoriza dan tidak disiram. Model Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = μ + ρi + ε ij Keterangan: i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, 4 Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai rataan umum ρi = Pengaruh perlakuan ke-i ε ijk = pengaruh galat Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan uji pembanding berganda Duncan (Program SAS 9.1). 17