1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan yang lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), lebih diposisikan sebagai komponen penting dalam dunia pendidikan Indonesia yang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) menengah yang siap pakai. Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik dibina dan dibekali pengetahuan serta kemampuan praktis dengan sasaran mencetak lulusan yang siap terjun ke dunia kerja dan memiliki daya saing sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuni. Pada gilirannya nanti, SMK akan memiliki andil dalam perkembangan pembangunan dan kemajuan industri di Indonesia. Sebagai langkah antisipatif akan peningkatan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan berbagai tuntutan keahlian, sistem pendidikan dalam pelaksanaannya senantiasa bergerak dinamis disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki kompetensi dibidangnya. Hal ini diupayakan melalui berbagai cara, salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum yang bertujuan untuk menghasilkan tamatan sekolah menengah kejuruan yang mampu terjun langsung ke dunia kerja secara professional baik sebagai tenaga mandiri maupun sebagai tenaga kerja.
Salah satu indikator yang menggambarkan kemampuan siswa sebagai modal untuk terjun ke dunia kerja adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan dalam setiap mata pelajaran yang ditetapkan. Ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai bentuk kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar yang dipelajari secara penuh. Sementara itu, Sadirman A. M (1985:167) mengemukakan bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum (basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas. Ketuntasan peserta didik ini diukur dengan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus diraih oleh siswa. Dalam pelaksanaannya, pencapaian KKM tidak dapat diraih oleh seluruh siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan dalam interaksi kegiatan belajar mengajar siswa yang kurang ditunjang dengan konsentrasi siswa secara penuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Disamping itu, situasi seperti ini akan semakin berdampak buruk apabila siswa mempunyai kebiasaan menunda pengerjaan tugas yang akhirnya kurang baik pada pencapaian nilai (hasil belajar) banyak siswa sering menunda pekerjaan sampai akhirnya penyerahan tugas melampaui batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Kebiasaan siswa menunda pekerjaan seperti ini pada akhirnya membuat siswa tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu karena harus memahami dan menyelesaikan tugas satu semester dengan waktu singkat sebelum pengumpulan tugas. Ini berdampak pada pengerjaan tugas yang kurang maksimal sehingga
pencapaian nilai yang kurang memuaskan bahkan tidak mencapai KKM sebagaimana semestinya. Kejadian ini seringkali terjadi hampir disetiap mata pelajaran. Untuk mengubah kebiasaan siswa yang kurang baik ini, perlu dilakukannya suatu pendekatan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk membuat siswa terpacu agar lebih giat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa bisa memahami dan menyelesaikan tugasnya dari setiap materi yang dipelajari dengan baik. Dalam suatu proses edukatif, dibutuhkan suatu situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik. Salah satu proses belajar mengajar tersebut adalah adanya penilaian yang sering dinamakan dengan tes. Tes selain sebagai alat penilaian, juga dapat berperan sebagai alat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Artinya, siswa akan belajar lebih giat apabila ia mengetahui akan dilakukannya sebuah tes. Tes ini umumnya dilakukan secara berkesinambungan setiap kompetensi dasar selesai terlaksana. Dalam penelitian ini, akan diterapkan sebuah perlakuan dimana frekuensi tes ini dilakukan lebih sering, yaitu setiap akhir tatap muka guna menyikapi kebiasaan siswa yang sering menunda pekerjaan. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini dinamakan kuis. Menurut kamus bahasa Indonesia, kuis adalah ujian lisan atau tertulis yang singkat. Bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian kuis sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Maka penelitian ini diberi judul Eksperimen Pemberian Kuis Setiap Akhir Tatap Muka Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kebiasaan siswa menunda pekerjaan yang berdampak pada pengerjaan tugas yang kurang maksimal 2. Dalam pencapaian nilai masih kurang memuaskan karena banyak siswa yang tidak memenuhi KKM. C. Pembatasan Masalah Banyak faktor yang dapat dikaji dan ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Namun karena luasnya bidang cakupan serta adanya berbagai keterbatasan yang ada baik waktu, dana, maupun jangkauan penulis sehingga dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada siswa Program Studi Keahlian Teknik Bangunan SMK Negeri 6 Bandung 2. Siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMKN 6 Bandung. 3. Mata diklat yang diuji pada penelitian ini adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
4. Hasil belajar merupakan nilai kognitif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan pemberian kuis setiap akhir tatap muka? 2. Bagaimana hasil belajar siswa yang tidak menerapkan pemberian kuis setiap akhir tatap muka? 3. Adakah perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan pemberian kuis setiap akhir tatap muka dengan siswa yang tidak diberikan kuis setiap akhir tatap muka? E. Penjelasan Istilah dalam Judul 1. Eksperimen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dsb). Dalam penelitian ini eksperimen yang dimaksud adalah perlakuan pada dua kelas sampel dimana salah satu kelas diberikan perlakuan khusus berupa pemberian kuis setiap akhir tatap muka. 2. Kuis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuis adalah ujian lisan atau tertulis yang singkat. 3. Mata diklat RAB Mata diklat Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan mata diklat yang mempelajari mengenai perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan, upah serta biaya-biaya lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Mata diklat ini merupakan mata diklat kelompok produktif yang ada pada jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 6 Bandung. 4. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). F. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian penulis adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diberikan kuis setiap akhir tatap muka. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang tidak diberikan kuis setiap akhir tatap muka
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang diberikan kuis setiap akhir tatap muka dengan siswa yang tidak diberikan kuis setiap akhir tatap muka G. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dari segi: 1. Teoritis Mengetahui tingkat pemahaman murid terhadap mata pelajaran yang diberikan melalui pemberian kuis setiap akhir tatap muka Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai literatur dalam penelitian yang relevan di masa yang akan datang. 2. Praktis Bagi penulis, penelitian ini merupakan tambahan pengalaman untuk lebih mengembangkan diri dan mendalami pengetahuan dalam bidang pendidikan juga untuk mengembangkan cakrawala wawasan berpikir khususnya dalam memecahkan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan hasil belajar siswa. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis mengenai pemberian kuis setiap akhir tatap muka.