BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah semangat perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan/masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Anoraga, 2002 : 137) Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Karena wirausahawan itu merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha (Suryana, 2006 : 11). Menurut Riyanti (2003 : 25) Wirausahawan adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, menegmbangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam
menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Defenisi tersebut hanya berlaku bagi mereka yang mengelola usaha sendiri dan mempekerjakan orang lain dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2.1.2 Ciri-ciri Kewirausahaan Menurut Anoraga (2002 : 142) ciri-ciri kepribadian seorang wirausaha adalah sebagai berikut: a. Memiliki cita-cita dan kemudian berusaha mewujudkan cita-cita tersebut. b. Berani menaggung resiko. c. Mau dan suka bekerja keras. d. Memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak mudah putus asa. e. Memiliki rasa percaya diri yang kuat. f. Memiliki ketrampilan untuk memimpin orang lain. g. Memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Menurut Sulipan, (2005 : 123) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wirausahawan yang baik adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai semangat dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan permasalahan. 2. Mempunyai kemampuan dalam menilai kesempatan-kesempatan di dalam berwirausaha.
3. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya dalan mengejar suatu keuntungan. 4. Mempunyai daya, kreasi, imajinasi dalam mengembangkan bidang usaha yang digeluti. 5. Mempunyai cara menganalisa yang tepat, sistematis, dan metodologi dalam mengembangkan usahanya. 6. Memiliki kemampuan, kemajuan, dan tekad bulat dalam mengembangkan bidang usahanya guna mencapai kemajuan dan tujuan. 7. Membawa teknik baru dalam mengorganisasikan usahanya secara tepat guna, efektif, dan efesien. 8. Berusaha tidak komsumtif dan selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh di dalam kegiatan bidang usahanya. Menurut Geoffrey G Meredith dalam Dewanti (2008 : 4) ciri-ciri kewirausahaan adalah: a) Percaya diri. Wirausahawan memiliki watak berkeyakinan tinggi, tidak tergantung pada orang lain, individualisme dan optimis. b) Berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan berwatak butuh berprestasi, beorientasi laba, tekun dan tabah. c) Pengambilan resiko dan suka tantangan. Wirausahawan memiliki watak mampu mengambil resiko yang wajar. d) Kepemimpinan. Wirausahawan berprilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik.
e) Keorisinilan. Wirausahawaan berwatak inovatif dan kreatif serta fleksibel. f) Berorientasi ke masa depan. Wirausaha berpandang ke depan perspektif. 2.1.3 Cara Memulai Usaha Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai usaha baru, yaitu : a) Merintis usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang sendiri. b) Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan organisasi yang sudah ada. c) Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha dengan preusan besar dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). 2.1.4 Manfaat Membuka Usaha Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepuasan diri. Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur) perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan perusahaan.
Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003 : 5) adalah sebagai berikut: 1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya, potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha. 2. Memaksimalkan kemampuan Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara
maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya dalam mengelola usaha tersebut. 3. Bebas mengatur waktu kerja Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk jika usahanya mulai berkembang. 4. Sikap mental yang mandiri Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan manajer pada
usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi para bawahan atau karyawannya. 2.1.5 Pengertian Usaha Mikro Usaha kecil atau mikro menurut surat edaran Bank Indonesia No.26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit usaha kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600 juta(enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta. Sedangkan berdasarkan UU No. 9/1995 tentang usaha kecil atau mikro yang dimaksud dengan usaha kecil (mikro) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 2.1.6 Keberhasilan Usaha Menurut Nasution dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Wirausaha Baru (2001 : 15), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan
tersebut bertambah. Sedangkan menurut Plotkin (dalam Riyanti, 2003:29) berdasarkan hasil penelitiannya, menyimpulkan bahwa usaha mikro berhasil karena wirausaha memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif, memiliki rasa ingin tahu, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkannya secara produktif. Mereka juga memiliki energi yang melimpah serta dorongan dan kemampuan asertif. Meng & Liang (dalam Riyanti, 2003:29) juga menemukan bahwa kepribadian merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha skala kecil atau mikro. Menurut Foley (dalam Riyanti, 2003:30) dalam disertasinya menyebut tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha skala kecil, yaitu rencana bisnis tertulis, pengembangan produk baru, dan adanya tim penjualan dan pemasaran yang kuat. Sementara menurut Cunningham (dalam Riyanti, 2003:30), berdasarkan hasil wawancara terhadap 178 wirausaha dan manajer professional Singapura tentang alasan-alasan keberhasilan usaha, mencatat bahwa keberhasilan usaha berkaitan erat dengan hal-hal berikut: a. Sifat Kepribadian (49%), seperti memiliki keinginan untuk malakukan pekerjaan dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar. b. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan (17%), yaitu jujur, ramah, adil pada pelanggan, pemasok, dan staf dan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
c. Kemampuan memahami lingkungan bisnis (15%), yaitu kemampuan belajar dari pihak pesaing, ketertarikan pada industri, pengetahuan tentang bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengalaman dalam industri, pengetahuan tentang produk dan jasa, serta pemahaman tentang persaingan. d. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas (11%) yaitu, berorientasi tujuan, kreatif, dan kemauan mengambil resiko, memiliki visi dan gambaran mental masa depan. e. Kesadaran pribadi (4%) yaitu, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta mampu menerima kesalahan. f. Faktor lain (4%). 2.2 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Dalimunthe (2002) berjudul : Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir Di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau menyatakan bahwa kewirausahaan mempunyai pengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha. Abrar (2001) melakukan penelitian yang berjudul : Faktor-faktor Kewirausahaan Yang mempengaruhi Keberhasilan Usaha pada Warung Internet Binjai Kota menyebutkan bahwa faktor-faktor kewirausahaan yang terdiri dari visi, perencanaan, motivasi, kreativitas, peluang, percaya diri, berani mengambil resiko, adaptasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha sebesar 72,5%.
Ritonga (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan Di Lingkungan Pajak USU dimana peneliti menggunakan empat indikator untuk mengukur kewirausahaan yaitu, perencanaan, resiko, peluang dan adaptasi. Dan keberhasilan usaha akan diukur dengan tiga indikator yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kewirausahaan bukan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha mikro non makanan di pajak USU atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha yang signifikan. Untuk itulah penulis juga ingin membandingkan hasil penelitian Ritonga (2005) dengan hasil penelitian penulis. Ranova (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor Faktor Kewirausahaan Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus Pada Surbakti Gamestation dan 24 Hours Gamestation). Hasil penelitian Surbakti Gamestation dan 24 HOURS Gamestation telah menerapkan dan mengimplementasikan Rencana Usaha (Bussines Plan) yang mendorong keberhasilan usaha baru terdiri dari beberapa faktor yakni faktor teknis, faktor pemasaran, faktor manajemen serta faktor keuangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil skor atas jawaban ya mendominasi keseluruhan hasil dari daftar pertanyaan yang telah diajukan. Dari 16 pertanyaan yang diajukan total skor jawaban ya lebih tinggi jika di bandingkan dengan skor jawaban tidak. Oleh karena itu faktor faktor yang mendorong keberhasilan usaha baru adalah penerapan yang diikuti pengimplementasian faktor dari rencana usaha (business plan) yaitu faktor teknis,
faktor pemasaran, faktor manajemen serta Rencana Keuangan. Rencana Pemasaran merupakan faktor yang paling dominan sebagai faktor yang mendorong keberhasilan usaha baru pada Surbakti Gamestation dan 24 HOURS Gamestation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor rencana pemasaran merupakan faktor yang paling dominan dalam mendorong keberhasilan usaha baru. 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Dalimunthe (2002) faktor-faktor kewirausahaan seperti visi, perencanaan, motivasi, kreativitas, peluang, percaya diri, berani mengambil resiko, adaptasi sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Menurut hasil penelitian Cunningham (dalam Riyanti, 2003:7) terhadap 178 wirausahawan dan manajer professional di Singapura, menunjukan bahwa keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian (49%), seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri dan berpikir positif, komitmen dan sabar. Temuan serupa juga ditemukan oleh peneliti lain. Menurut Plotkin (dalam Riyanti, 2003:7), misalnya menyebut sifat kreatif dan rasa ingin tahu, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkannya secara produktif, energi yang melimpah dan asertif. Menurut penelitian Mc Ber & Co di AS (dalam Riyanti, 2003:7) menemukan bahwa wirausaha yang berhasil ialah yang memiliki sifat proaktif, berorientasi prestasi dan komitmen dengan pihak lain.
Kemampuan untuk berhubungan dengan pelanggan juga sangat menentukan keberhasilan usaha, seperti yang tertera dalam hasil penelitian yang dilakukan para peneliti seperti Cunningham, Pekerti, Meng & Liang, Kotter, Huck dan Gosh. Cunningham (1996) menemukan bahwa 17% dari keberhasilan usaha ditentukan oleh kemampuan untuk berhubungan dngan pelanggan. Pekerti, dalam disertasinya (1985) mengungkapkan bahwa hubungan baik dengan pelanggan merupakan salah satu komponen dalam networking yang menjadi penentu keberhasilan. Meng & Liang (1996) mencatat bahwa kemampuan hubungan manusia merupakan salah satu keterampilan yang menentukan keberhasilan. Kotter (1982) juga menyatakan bahwa membangun hubungan positif dengan pihak lain, baik di dalam maupun diluar organisasi, sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha. Selanjutnya, Huck et al. (1991) menggarisbawahi bahwa hubungan dengan pelanggan menjadi kompetensi penting untuk keberhasilan usaha kecil. Gosh, Kim & Meng(1996) menemukan bahwa 62% wirausaha setuju bahwa hubungan dengan pelanggan dan klien menentukan keberhasilan usaha.(riyanti, 2003:7-8) Menurut hasil penelitian tersebut maka penulis menentukan kerangka konseptual pada penelitian ini yaitu: variabel X yang terdiri dari visi, motivasi, percaya diri, kreatif, rasa ingin tahu dan proaktif dan variable Y yaitu keberhasilan usaha.
Visi (X 1 ) Motivasi (X 2 ) Percaya Diri (X 3 ) Keberhasilan Usaha (Y) Kreatif (X 4 ) Rasa Ingin Tahu ( X5) Proaktif ( X6) Sumber : Dalimunthe (2002) & Riyanti(Cunningham,Plotkin dan Mc Ber & Co)2003) data diolah Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya melalui penelitian. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006:53).
Hipotesis penelitian ini adalah Faktor Kewirausahaan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha mikro non makanan (Studi Kasus Pada Eks Pajak USU Medan).