BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Fitri Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nida Sholiha, 2015

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memproduksi yaitu menghasilkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Proses penelitian tentang profil prokrastinasi akademik siswa dan

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses. mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian dan struktur organisasi. Berikut paparan bab 1 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, melalui pendidikan individu akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan juga merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat, karena dengan pendidikanlah suatu bangsa dapat terus berkembang dan menjadi bangsa yang maju. Terdapat tiga lingkungan dimana individu dapat mendapatkan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan yang diberikan keluarga, khususnya orang tua, akan menjadi modal utama bagi individu dalam menjalani kehidupannya. Namun pendidikan yang diberikan oleh keluarga terbatas pada pendidikan dasar, seperti membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sekolah memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam memberikan pendidikan kepada individu, selain memberikan pendidikan yang bersifat kognitif, sekolah juga mengajarkan kedisiplinan dan bagaimana caranya berhubungan dengan individu lain. Dalam kehidupan bersekolah, siswa pada umumnya berkeinginan untuk mendapatkan nilai yang baik pada semua mata pelajaran, menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya, dan diakui oleh setiap guru, dengan kata lain setiap siswa ingin berhasil dalam kehidupan sekolahnya. Keberhasilan pendidikan seseorang salah satunya ditentukan oleh tingkat kepercayaan diri peserta didik (Makmun, 2007, hlm. 156), artinya seorang siswa yang duduk di bangku sekolah akan lebih berprestasi apabila memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, baik berprestasi dalam bidang akademik maupun ekstrakulikuler. Sejalan dengan itu, Darajat (1982, hlm. 12) mengungkapkan bahwa interaksi sosial sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri individu. Jadi remaja dengan tingkat percaya diri yang tinggi akan merasa yakin ketika

2 berinteraksi dengan orang lain, dan dapat menunjukkan eksistensi dirinya di dalam kelas. Oleh karena itu, upaya menumbuhkan rasa percaya diri harus dilakukan sedini mungkin, baik itu oleh guru ataupun orang tua sebagai sosok yang paling dekat dengan siswa. Menurut Saranson (dalam Amin, 2000, hlm. 13) rasa percaya diri berkembang dan terbentuk melalui proses belajar individu, baik secara individual maupun sosial. Rasa percaya diri terlahir dari kesadaran seseorang ketika memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu pula yang akan dilakukannya. Artinya keputusan untuk melakukan sesuatu itu bermakna bagi kehidupannya. Jika seorang siswa memiliki rasa percaya diri di dalam arena sosial, maka dalam pergaulannya akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan tidak merasa gelisah, serta lebih mampu mengembangkan perilaku dalam situasi sosial (Prayitno, 1995, hlm. 1). Siswa dengan kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki kelebihan dalam beberapa hal, seperti yang disampaikan Adywibowo (2010, hlm. 38) bahwa siswa dengan rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mandiri, tidak bergantung kepada orang lain, mampu mengemban tanggung jawab yang diberikan, menghargai diri sendiri, tidak mudah frustrasi, siap menerima tantangan dan tugas baru, memiliki emosi yang stabil, mudah berkomunikasi dan senang membantu orang lain. Walaupun banyak yang menyatakan bahwa rasa percaya diri itu penting dan harus dimiliki oleh setiap orang, pada kenyataannya masih terdapat siswa dengan tingkat percaya diri yang rendah. Masalah kepercayaan diri merupakan fenomena yang global, yang banyak dialami oleh setiap orang, bukan hanya di Indonesia saja, namun juga dialami oleh siswa dari berbagai negara lain. Salah satu contohnya adalah hasil dari riset Gill (1999, hlm. 150) di California, yang menyatakan bahwa hampir 23 % remaja usia sekolah menengah memiliki tingkat percaya diri yang rendah. Riset lain yang dilakukan oleh Simbolon (2013, hlm. 30) di salah satu sekolah menengah di Bandung, menemukan 19 % siswa yang juga termasuk kedalam kategori percaya diri rendah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepercayaan diri terbentuk melalui proses belajar, artinya pengalaman seseorang sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.

3 Salah satu alasan mengapa seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah adalah karena pengalaman yang dialami tidak selamanya positif, namun ada pengalaman yang berpengaruh negatif pada kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL), serta hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung melalui wawancara kepada guru bimbingan dan konseling, diketahui terdapat siswa kelas VIII yang terindikasi memiliki tingkat rasa percaya diri yang rendah, hal tersebut diketahui dari hasil observasi langsung di kelas-kelas dan adanya laporan dari beberapa guru mata pelajaran. Adapun perilaku yang menunjukkan siswa dengan kepercayaan diri yang rendah adalah perilaku siswa yang tidak berani berbicara di depan orang banyak, tidak bisa memulai percakapan dengan orang lain, mencontek, dan merasa tidak yakin terhadap pandangan dan pendapatnya. Apabila hal ini terus dibiarkan, besar kemungkinan terjadi konflik antara diri siswa dengan lingkungannya, padahal rasa percaya diri ini sangatlah penting, seperti yang diungkapkan oleh Lauster (1997, hlm. 7) bahwa atribut yang paling berharga pada manusia dalam bermasyarakat ialah kepercayaan diri, karena dengan kepercayaan diri seseorang akan mampu mengaktualisasikan diri. Berbagai penelitian mengenai kepercayaan diri telah banyak dilakukan oleh para ahli, hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek penting yang menunjang keberhasilan dan kebahagiaan manusia (Cheng dan Furnham, 2002; Benabou dan Tirole, 2002; Pristiani, 2012). Penelitian tersebut membuktikan bahwa rasa percaya diri adalah salah satu dari aspek kepribadian yang memiliki peranan penting dalam kehidupan individu. Rasa percaya diri akan sangat membantu manusia, khususnya siswa di sekolah dalam mengembangkan kepribadiannya, karena itulah rasa percaya diri sangat dibutuhkan oleh setiap siswa dalam menjalani kehidupannya di sekolah. Berdasarkan pendapat dari para ahli dan kenyataan yang terjadi di sekolah, siswa kerapkali mengalami masalah kepercayaan diri. Siswa dengan kepercayaan diri yang rendah akan terhambat dalam hal prestasi intelektual, keterampilan, kemandirian, dan kehidupan sosialnya. Masalah kepercayaan diri merupakan

4 suatu fenomena yang sangat menarik untuk diteliti karena dampaknya terhadap siswa dapat menimbulkan banyak masalah seperti depresi, pesimis, delinkuensi, masalah penyesuaian diri, dan bahkan sampai bunuh diri. Lain halnya apabila siswa mendapat bantuan dari ahli, maka siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa tersebut. Mencermati pentingnya rasa percaya diri bagi siswa di sekolah, maka penelitian ini difokuskan pada Profil Rasa Percaya Diri Siswa dan Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling. (Penelitian Deskriptif kepada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015). 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Rasa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu, khususnya bagi siswa di sekolah. Siswa yang memiiki kepercayaan diri akan merasa yakin pada kemampuannya sendiri, memiliki pengharapan yang realistis, dan ketika harapannya tidak terwujud, siswa akan tetap berpikiran positif dan dapat menerima kenyataan dengan lapang dada. Dengan kepercayaan diri, siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Kepercayaan diri adalah sebuah kemampuan individu dalam menguasai ketiga aspek rasa percaya diri, ketiga aspek tersebut adalah kognitif, emosi, dan performance. Menurut Norman dan Hyland (2003, hlm. 8) ketiga aspek rasa percaya diri adalah sebagai berikut: 1.2.1 Kognitif, yaitu mengetahui dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri, mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, memiliki pandangan positif terhadap masa depan, memandang sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, memiliki pengharapan yang masuk akal, dan selalu mempertimbangkan keadaan yang sedang dihadapi sebelum mengambil tindakan. 1.2.2 Emosi, yaitu merasa bahagia terhadap diri sendiri, berani menghadapi situasi yang baru, dapat membangun suasana hangat dalam kelas, mampu

5 bersikap adil, mengetahui segala sesuatu ada konsekuensinya, dan siap menerima resiko. 1.2.3 Performance, yaitu berani tampil di depan orang banyak, dapat mengungkapkan pengalaman kepada orang lain, mampu mengatasi rasa cemas, dan bersikap positif ketika mengalami kegagalan. Pada bagian latar belakang, telah dipaparkan mengenai fenomena rendahnya kepercayaan diri yang ada di SMP Negeri 29 Bandung. Masalah kepercayaan diri ini dapat dilihat dari gejala yang ditampilkan oleh siswa, yaitu antara lain tidak berani berbicara di depan kelas, tidak yakin terhadap pendapatnya, tidak bisa memulai percakapan dengan orang lain, bergaul dengan orang-orang tertentu saja, merasa memiliki kemampuan yang terbatas dibandingkan dengan orang lain, dan merasa cemas dalam persaingan. Siswa SMP Negeri 29 Bandung merupakan individu yang berada pada tahap perkembangan remaja awal yang perlu medapat bantuan dari orang dewasa lainnya seperti guru bimbingan dan konseling, dan pendidik lainnya. Di SMP Negeri 29 Bandung belum ada program layanan bimbingan dan konseling yang khusus dilakukan dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Program layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan perilaku efektif dan mengembangkan keterampilan hidup dengan mengacu pada tugas-tugas perkembangan. Bimbingan terhadap siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah sangatlah penting dilakukan, karena jika dibiarkan maka dapat menimbulkan hambatan-hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari (Suhardita, 2011). Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor. DEPDIKNAS (2008, hlm. 215) menjelaskan konselor atau guru bimbingan dan konseling berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan potensi peserta didik. Pada umumnya, guru bimbingan dan konseling hanya memberikan layanan responsif kepada siswa, artinya guru bimbingan dan konseling hanya memberikan bantuan apabila masalah telah terjadi. Diperlukan

6 layanan preventif untuk mencegah dan mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, pada hal ini layanan preventif yang perlu dilakukan adalah layanan untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam bentuk layanan dasar. Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung dengan pertimbangan melihat kondisi objektf sekolah yang belum memiliki program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Bertitik tolak dari temuan-temuan yang dipaparkan peneliti menjadikannya sebagai temuan masalah yang perlu diteliti. Berdasarkan hasil pemaparan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana gambaran umum kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015? 1.2.2 Apa implikasi layanan Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.3.1 Memperoleh gambaran profil rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. 1.3.2 Merumuskan implikasi bimbingan dan konseling bagi siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan untuk bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

7 Secara praktis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling. Implikasi layanan Bimbingan dan Konseling yang dirumuskan dapat menjadi pedoman bagi Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah, dalam membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa. 1.4.2 Bagi Sekolah Manfaat praktis bagi sekolah, yaitu sebagai bahan informasi mengenai perlunya rasa percaya diri siswa sehingga tercipta suasana sekolah yang dapat menunjang perkembangan siswa dan menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional. 1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai gambaran umum rasa percaya diri pada setiap jenjang pendidikan, baik itu SD, SMA, dan Perguruan Tinggi, dilihat dari berbagai faktor, sehingga dapat menghasilkan gamabaran yang menyeluruh. 1.4.4 Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi mengenai fenomena yang berkaitan dengan rasa percaya diri di SMP, serta menjadi bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi dituliskan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I berisikan pendahuluan yang teriri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

8 BAB II merupakan kajian pustaka. Kajian pustaka mencakup konsep dasar kepercayaan diri dan layanan Bimbingan dan Konseling. BAB III merupakan metode penelitian, yang berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen berikut: lokasi dan populasi/sampel penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasioal variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data. BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan peneltian, pembahasan dan analisis hasil temuan. BAB V meliputi kesimpulan dan saran, kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian. Daftar pustaka kemudian lampiran-lampiran.