BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millennium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Sekitar 80% dari kabupaten/kota di Indonesia termasuk kategori endemis dan lebih dari 45% penduduknya berdomisili di desa endemis. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat (Kemenkes RI, 2011). Menurut laporan badan kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) pada tahun 2011 sejumlah 216 juta kasus malaria di dunia dan estimasi kematian pada 655.000 kasus (Zein, 2012). Sebanyak 80% kasus dijumpai di Afrika dan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria pada wilayah setempat. Perbedaan kondisi lingkungan geografis, sosial ekonomi, sosial budaya (etnis) merupakan salah satu penyebab penyebaran penyakit malaria yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi tersebut (Harijanto, 2006).
Secara nasional kasus malaria selama tahun 2005-2010 cenderung menurun yaitu pada tahun 2005 sebesar 4,10 per 1.000 penduduk menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 982.828 (47%) terhadap penderita klinis yang berjumlah 2.113.265. Pada tahun 2010, telah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 1.164.406 (63%) terhadap penderita klinis yang berjumlah 1.848.999. Pencapaian angka API (Annual Parasit Incidence) tahun 2010 yaitu 2 per 1.000 penduduk. Provinsi Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan API tertinggi dengan nilai berurutan sebesar 18,03; 17,86 dan 12,14 per 1.000 penduduk. Sedangkan provinsi dengan API terendah adalah provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Bali dengan nilai sebesar 0,00; 0,01; dan 0,03 per 1.000 penduduk. Gambaran periode prevalensi malaria menurut provinsi dengan prevalensi pemeriksaan darah tertinggi adalah Papua Barat sebesar 10,6%, diikuti oleh Papua sebesar 10,1% dan NTT sebesar 4,4%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0% diikuti oleh DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Bali sebesar 0,1%. Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ke 17 dengan 0,4%. Sumut menempati urutan keenambelas dengan 0,61% (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumut sebanyak 67.314 warga di Sumatera Utara positif tertular virus malaria. Hal tersebut diketahui setelah dilakukan pemeriksaan jumlah spesimen darah dengan menggunakan mikroskop sebanyak 38.380 jiwa dan rapid test (RT) sebanyak 28.961 jiwa dari pemeriksaan malaria klinis sebanyak 88.165 jiwa. Untuk daerah terbesar kasus positif malaria, yakni di Nias 14.165 kasus, Deliserdang (9.124), Mandailing Natal (Madina) 7.011 kasus,
Padang Lawas (6.942), Labuhan Batu (6.263), Nias Selatan (Nisel) dengan jumlah kasus 4.692 kasus. Kemudian, Batu Bara dengan jumlah 4.340 kasus, Tapanuli Tengah (Tapteng) 3.416 kasus, Padang Lawas Utara (Paluta) 2.622 kasus, Labuhan Batu Utara (Labura) kasus 2.448 kasus, Serdang Bedagai (Sergai) dengan jumlah kasus 2001 kasus, Langkat dengan 1.226 kasus, Samosir dengan jumlah kasus 1.196 kasus, Tapanuli Selatan (Tapsel) 577 kasus, Toba Samosir (Tobasa) 326 kasus, Tapanuli Utara (Taput) 281 kasus. Asahan dengan jumlah kasus 354, Dairi 187 kasus, Karo 120 kasus (Tanjung, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 2.089 kasus tanpa pemeriksaan sediaan darah dengan rincian 1.196 kasus laki-laki, 893 kasus perempuan. Sedangkan jumlah kasus dengan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 1.685 kasus dengan rincian 963 kasus laki-laki dan 722 kasus perempuan (Dinkes Kabupaten Labuhan Batu Utara, 2011). Perilaku masyarakat dan sikapnya terhadap pengobatan juga sangat terkait dengan penularan malaria. Kebiasaan masyarakat dalam berpakaian, tidur di luar rumah, penggunaan obat anti nyamuk dan penggunaan kawat kasa untuk ventilasi lubang dalam rumah berpengaruh terhadap terjadinya penularan penyakit malaria (Achmadi, 2003). Pencegahan malaria yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan pemberantasan malaria. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah semua aktivitas dari manusia itu sendiri dalam menghadapi stimulus baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari hasrat yang timbul dari apa yang dirasakan patut untuk dilakukan. Tingkat
pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang pencegahan, cara penularan serta upaya pengobatan sesuatu terhadap penyakit, sangat berpengaruh terhadap perilaku yang selanjutnya terhadap terjadinya manifestasi malaria (Notoatmodjo, 2007). Penelitian Saragih (2004) dengan judul Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan mendapatkan hasil bahwa mayoritas responden berpengetahuan rendah (52,7%), mempunyai sikap sedang (51,6%), tindakan kategori sedang (53,8%). Untuk kasus penyakit malaria ditemukan 85,7% dan anggota keluarganya pernah menderita penyakit malaria sebanyak 85,7%). Hasil observasi yang penulis lakukan bahwa upaya jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu Utara dalam perubahan perilaku masyarakat terhadap pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria melalui promosi dan informasi kesehatan dirasa masih kurang. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Leidong dengan frekuensi yang tidak tetap. Media yang digunakan dalam penyuluhan hanya menggunakan leaflet dengan jangkauan masyarakat lebih sedikit (lebih kecil). Mekanisme penyuluhan di Kelurahan Tanjung Leidong oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas melalui kegiatan perkumpulan masyarakat seperti perwiritan ibu-ibu, kegiatan arisan, dan lain-lain. Tetapi karena frekuensinya jarang, makanya masyarakat kurang antusias mengikuti kegiatan tersebut. Dari survei pendahuluan yang didasarkan pada data Kelurahan Tanjung Leidong bahwa jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Leidong sebanyak 8.731 jiwa dengan jumlah KK yaitu 1.732 KK, sedangkan yang menderita malaria pada Januari- Desember 2011 sebanyak 478 kasus (5,4%) dan 1 orang meninggal dunia (0,2%)
Jumlah kejadian di Kelurahan Tanjung Leidong merupakan tertinggi dibandingkan kelurahan lainnya, seperti kelurahan Teluk Pulai Dalam yaitu 425 kasus. Daerahdaerah pinggiran laut, daerah pertambakan, tumpukan sampah, serta payau/rawa menjadi tempat potensial bagi perindukan nyamuk. Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa warga masyarakat tentang penyakit malaria, dan tindakan pencegahan dan pemberantasan-nya, sebagian masyarakat tidak dapat menjawab tentang tepat tentang apa itu penyakit malaria, bagaimana cara melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, apa kaitannya penyakit malaria dengan lingkungannya. Masyarakat cenderung menyerahkan pencegahan dan pemberantasan kepada aparat pemerintahan tanpa mempunyai inisiatif untuk merubah perilaku yang kurang tepat terhadap pencegahan dan pemberantasan malaria. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan suatu penelitian tentang perilaku masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, terjadinya kasus malaria pada warga masyarakat salah satu faktornya karena perilaku masyarakat yang tidak baik dalam pencegahan penyakit malaria seperti tidak menggunakan kawat nyamuk pada lubang angin, tidak menggunakan obat nyamuk pada malam hari, dan lain-lain. Maka rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana perilaku masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012. b. Untuk mengetahui tingkat sikap masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012. c. Untuk mengetahui tingkat tindakan atau praktik masyarakat tentang penyakit malaria di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak sebagai berikut : 1. Petugas Kesehatan di Kelurahan Tanjung Leidong Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi petugas kesehatan di Kelurahan Tanjung Leidong untuk melakukan pencegahan penyakit malaria.
2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat tentang penyakit malaria dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Memberikan sumber data yang baru bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang perilaku masyarakat tentang penyakit malaria. 4. Peneliti Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh terutama tentang metodologi penelitian kesehatan untuk diaplikasikan pada langkah nyata proses penelitian di lapangan.