HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN DI DAERAH PESISIR KECAMATAN BELANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Reynaldi R Mokoginta*, Maureen I. Punuh*, Nancy S. H. Malonda* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Masalah gizi pada hakikatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Menurut World Health Organization (WHO)/ United Nations Children s Fund (UNICEF), lebih dari 50% kematian anak balita yang disebabkan oleh keadaan kurang gizi, dan dua pertiga di antara kematian tersebut disebabkan oleh praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Daerah Pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berumur 2-60 bulan yang berada di Daerah Pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Pada bulan Agustus 2017, diperoleh data dari Puskesmas Kecamatan Belang unruk wilayah pesisir terdapat 258 balita usia 2-60 bulan dan total sampel yang diteliti pada penelitian ini yaitu sebanyak 81 balita. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square (α=0, 05). Berdasarkan indeks antropometri (TB/U). Hasil penelitian menunjukkan sebagian anak balita mempunyai status gizi normal sebanyak 55,6%, dan untuk (BB/TB) sebesar 69,1% berstatus gizi normal. Pola asuh berdasarkan sikap merawat paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 80,2%, untuk praktek merawat 88,9% masuk pada kategori baik, sikap memberi makan untuk kategori baik sebanyak 87,7%, dan praktek memberi makan sebanyak 76,5% berada dalam kategori baik. Tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Daerah Pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara, dengan nilai α (p>0,05). Kata Kunci: Pola Asuh, Status Gizi Balita, ABSTRACT The nutritional problem is basically a public health problem, Handling can not be done with medical approach and health service only. According to the World Health Organization (WHO) / United Nations Children's Fund (UNICEF), more than 50% of under-five mortality caused by malnutrition, and two thirds of these deaths are caused by improper feeding practices in infants and children. The purpose of this study is to know The relationship between the pattern of care with nutritional status of children aged 2-5 years in coastal areas Belang District Southeast Minahasa regenc. This research use analytic observation method with cross sectional approach. The population in this study are children aged 2-60 months in the coastal area Belang District Southeast Minahasa regency. In August 2017, Belang Puskesmas data for coastal areas found 258 children aged 2-60 months and the number of samples studied in this study was 81 children under five. Bivariate analysis was done by Chi Square test (α = 0,05). Based on anthropometry index (TB/U) The results showed that some toddlers have normal nutritional status of 55.6%. and for (BB/TB) of 69.1% of normal nutritional status. The pattern of care based on caring attitude is mostly in good category that is 80.2%, for the practice of caring, 88.9% fall into either category, feeding behavior for good category was 87.7%, and feeding practices of 76.5% were in either category.there is no correlation between parenting pattern with nutritional status of children aged 2-5 years in coastal area districts belang regency southeast minahasa, with a value (p> 0.05). Key Words: Parenting, Nutritional Status 1
PENDAHULUAN Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat besar dan rawan terhadap kekurangan gizi. Selain balita, ibu hamil juga merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Gizi kurang pada ibu hamil akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan prevalensi BBLR sebesar 11,1% balita gizi kurang sebesar 17,9% dan balita pendek sebesar 35,6%. Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di Indonesia sebesar 13,6%. (Ariani, 2017) Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap konsumsi makanan. status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh dengan cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zatzat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Istiany, 2013). Gizi yang cukup adalah salah satu pilar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Almatsier, 2010). Pengasuhan merupakan seluruh interaksi antara subjek dan objek untuk membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan objek sehari-hari secara rutin, sehingga hal ini dapat merupakan sebuah pola. Namun, kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyata adalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya. Sekarang telah diketahui bahwa gejala klinis gizi kurang adalah akibat ketidakseimbangan yang lama antara manusia dan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini mencakup lingkungan alam, biologis, sosial budaya maupun ekonomi. Masing-masing faktor tersebut mempunyai peran yang kompleks dan berperan penting dalam etiologi penyakit gizi kurang (Santoso, 200). Kecamatan Belang adalah salah satu wilayah di Kabupaten Minahasa Tenggara. Wilayah yang berada di pesisir pantai sebelah selatan ini memiliki penduduk yang mayoritasnya adalah nelayan, dimana mereka lebih menggantungkan kehidupan mereka dari hasil laut. Kecamatan belang memiliki penduduk yang mayoritasnya beragama muslim. Salah satu faktor yang mendukung untuk melakukan sebuah 2
penelitian di wilayah ini karena ditemukannya sebuah kasus dimana seorang anak yang masih berusia tahun harus dioperasi karena terkena penyakit usus buntu. Tingkat pengetahuan dan juga Pengawasan serta praktik dalam memberikan makan terhadap anak adalah faktor yang sangat besar terhadap kesehatan balita. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015, menggunakan metode penilaian antropometri dengan indeks berat badan terhadap umur (BB/U) yaitu balita gizi buruk sebesar 0,52%, balita dengan gizi kurang 11,62%, dan balita yang mengalami gizi lebih 1,67%. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara pada bulan Juni 2017 jumlah balita usia 2-5 tahun sebanyak 3915, dan dilaporkan sebanyak balita mengalami gizi buruk, 3 diantaranya masih dalam perawatan dan 1 balita meninggal dunia. Data yang di peroleh dari Puskesmas Kecamatan Belang pada bulan Agustus 2017 untuk wilayah pesisir terdapat 258 balita usia 2-5 tahun. Balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 11 orang anak, dan balita yang mengalami gizi kurang sebnayak 20 anak. Melihat dari hasil observasi yang ada di atas peneliti merasa tertarik untuk melihat pola asuh ibu dengan status gizi pada balita di daerah pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik, dengan menggunakan desain atau rancangan penelitian potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2017 di wilayah pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 258 balita dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 81 balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Dimana teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara acak sederhana. Variabel bebas yaitu Pola asuh ibu yang terdiri dari sikap merawat anak, sikap pemberian makan, dan praktik pemberian makan pada anak umur 2-5 tahun sedangkan Variabel terikat yaitu Status gizi anak umur 2-5 tahun. Instrumen Penelitian yaitu: kuesioner yang sudah teruji validitasnya dan pernah digunakan oleh Senduk (2013) dan Astuti (201), Alat pengukur tinggi badan microtoise dengan ketelitian 0,1 Cm, Alat pengukur berat badan dengan ketelitian 0,1 Kg, Alat tulis menulis, Komputer, dan 3
aplikasi untuk pengolahan data secara statistik. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu yang mempunyai anak batita serta data tentang hasil pengukuran antropometri (TB/U dan BB/TB) sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian dan data anak usia 2-5 tahun yang bertempat tinggal di wilayah pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keluarga Responden Tabel 1. Karakteristik Keluarga Responden Karakteristik Responden Keluarga Kategori n % Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu SD SLTP SLTA D3 SD SLTP SLTA D3 S1/S2/S3 10 26 0 5 8 23 3 3 Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta 5 Wiraswasta 21 PNS 1 Buruh/jasa (sopir/ojek) 1 Nelayan 0 Pekerjaan Ibu PNS 3 Pegawai Swasta IRT 7 Pendapatan Keluarga Rp. 2.500.000 2 Rp. 2.000.000 6 Rp. 1.500.000 1 Rp. 1.000.000 29 Rp. 500.000 3 12,3 32,1 9, 6,2 9,9 28, 53,1,9 3,7 6,2 25,9 1,2 17,3 9, 3,7,9 91, 2,5 7, 1,2 35,8 53,1 Berdasarkan data untuk karakteristik keluarga responden dalam hal ini pendidikan Ayah lebih dominan pada kategori SLTA yaitu sebanyak 0 orang (9,%), Karakteristik pendidikan ibu juga lebih dominan pada kategori SLTA
yaitu sebanyak 3 orang (53,1%), untuk pekerjaan orang tua ayah adalah responden terbanyak dimana profesi sebagai nelayan sebanyak 0 orang (9,%), dan jika kita melihat dari responden ibu lebih dominan pada kategori IRT yaitu sebanyak 7 orang (91,%), Karakteristik responden untuk pendapatan keluarga yang paling banyak adalah Rp. 500.000 yaitu sebanyak 3 orang (53,1%). Karakteristik Balita Tabel 2. Karakteristik Balita Karakteristik Balita n (81) % Umur (bulan) 2-36 36, 37-8 9-60 2 21 29,6 25,9 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 6 35 56,8 3,2 Dari 81 anak balita yang menjadi sampel dalam penelitian ini, umumnya berada pada kelompok umur 2-36 bulan yaitu sebanyak 36 anak balita (,%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak sampel penelitian berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 6 anak balita (56,8%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 anak balita (3,2%). Analisis Univariat Tabel 3. Distribusi Anak Balita Menurut Status Gizi Varaibel n (81) % Status Gizi (TB/U) Sangat Pendek 17 21,0 Pendek Normal 19 5 23,5 55,6 Status Gizi (BB/TB) Kurus Normal Gemuk 2 56 23 2,5 69,1 28, Berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi untuk kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks, diperoleh 21 anak balita (25,9%) di Daerah Pesisir Kecamatan Belang berstatus gizi sangat pendek, 15 anak balita (18,5%) pendek, dan 5 anak balita (55,6%) masuk pada kategori status gizi normal. Berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi untuk kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks, diperoleh 2 anak balita (2,5%) di Daerah Pesisir Kecamatan Belang berstatus gizi Kurus, 22 (27,2%) anak balita berstatus gizi gemuk, dan 57 (70,%) anak balita masuk pada kategori status gizi normal. 5
Tabel. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Variabel n (81) % Sikap Merawat Kurang Paktek Merawat Kurang Sikap Memberi Makan Anak Balita Kurang Praktek Memberi Makan Anak Balita Kurang 16 65 9 72 10 71 19 72 19,8 80,2 11,1 88,9 12,3 87,7 23,5 76,5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh responden menurut sikap merawat anak balita lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 65 orang (80,2%) sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 156 orang (19,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh responden menurut praktek merawat anak balita lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 72 orang (88,9%). Sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 9 orang (11,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh responden menurut sikap memberi makan anak balita lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 71 orang (87,7%). Sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 10 orang (12,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh responden menurut praktek memberi makan anak balita lebih banyak pada baik yaitu sebanyak 62 orang (76,5%). Sedangkan pada kategori kurang baik 19 orang (23,5%). 6
Analisis Bivariat Tabel 5. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi TB/U Variabel Penelitian Status Gizi (TB/U) Total Ρ-Value Pendek Normal n % n % n % Sikap Merawat Anak Kurang 10 62,5 6 37,5 16 0,105 26 0,9 39 60,0 65 Sikap Pemberian Makan Kurang 6 30 60,0 2,3 1 0,0 57,7 10 71 0,327 Praktek Merawat Anak Kurang Praktek Makan Kurang Pemberian 7 29 7 29 77,8 0,3 36,8 6,8 2 3 12 33 22,2 59,7 63,2 53,2 9 72 19 62 0,070 0,6 Hubungan Antara Sikap Merawat Anak Dengan Status Gizi TB/U Hasil ukur terhadap sikap merawat anak balita dengan status gizi (TB/U) diperoleh 16 anak balita mendapatkan sikap merawat yang kurang baik sedangkan 65 anak balita mendapatkan sikap merawat yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,105 sehingga p lebih besar dari nilai α (0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap merawat anak balita dengan status gizi menurut indeks (TB/U). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Verdianawati, (201).tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak usia 1-3 tahun dipuskesmas walantakan tahun 201. yaitu tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi (BB/U dan TB/U) anak usia 1-3 tahun. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fazrina, (201) tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi balita di desa Perkebunan Seruway Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang. Bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi balita (BB/U dan TB/U) di Desa Perkebunan Seruway. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan (lembong, 2016) di pulau nain yang menunjukkan tidak terdapat hubungan 7
antara pola asuh dengan sikap merawat anak balita dengan status gizi nilai p value = 0,309. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Damalang (2017) di wilayah kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dalam hal sikap merawat dengan status gizi dengan nilai p value= 0,08. Penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2016) di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado juga Ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak umur 2-5 tahun dengan p value= 1,00 Hubungan Antara Sikap Memberi Makan Anak Balita Dengan Status Gizi TB/U Hasil ukur terhadap sikap pemberian makan anak balita dengan status gizi (TB/U) diperoleh 10 anak balita mendapatkan sikap pemberian makan yang kurang baik sedangkan 71 anak balita mendapatkan sikap pemberian makan yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,327 sehingga p lebih besar dari nilai α (0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap pemberian makan anak balita dengan status gizi menurut indeks (TB/U). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ita, (201) tentang pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Desa Tunang Kalimantan Barat pada tahun 201, yaitu tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi Balita di Desa Tunang Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak Kalimantan. Penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2016) di wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado juga Ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak dengan p value= 0,988. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Damalang (2017) di wilayah kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dalam hal sikap merawat dengan status gizi dengan nilai p value= 0,682. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan (lembong, 2016) di pulau nain menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan sikap merawat anak balita dengan status gizi nilai p value=0,282 Hubungan Antara Praktek Merawat Anak Balita Dengan Status Gizi TB/U Hasil ukur terhadap praktek merawat anak balita dengan status gizi (TB/U) diperoleh 9 anak balita mendapatkan praktek 8
merawat yang kurang baik sedangkan 72 anak balita mendapatkan praktek merawat yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,070 sehingga p lebih besar dari nilai α (0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara praktek merawat anak balita dengan status gizi menurut indeks (TB/U). Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hamal, (2011) tentang hubungan antara pendidikan dan pekerjaan orang tua serta pola asuh dengan status gizi di kota kabupaten tangerang, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orang tua dan pendidikan orangtua serta pola asuh (rangsangan psikososial, praktik kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan, serta perawatan anak) secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (p-value 0,05) terhadap status gizi balita. Hal ini disebabkan karena peran orang tua dan pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap tindakannya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Adapun ibu yang memiliki pola asuh yang baik namun anaknya berstatus gizi pendek. Ini dikarenakan keadaan status gizi anak tidak seimbang sehingga pertumbuhannya terganggu. Hubungan Antara Praktek Memberi Makan Anak Balita Dengan Status Gizi TB/U Hasil ukur terhadap praktek pemberian makan anak balita dengan status gizi (TB/U) diperoleh 19 anak balita mendapatkan praktek pemberian makan yang kurang baik sedangkan 29 anak balita mendapatkan praktek pemberian makan yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,6 sehingga p lebih besar dari nilai α (0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara praktek pemberian makan anak balita dengan status gizi menurut indeks (TB/U). Penelitian ini didukung oleh penelitian Siwi, (2015) Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Status Gizi Pada Balita Usia 2-5 Tahun bahwa setelah dianalisis dengan uji fisher sexact test didapatkan nilai p hitung pada BB/U 0,58 dan TB/U 0,3 yang menenjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi pada balita di Posyandu Abadi 9. 9
Tabel 6. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi BB/TB Variabel Penelitian Status Gizi (BB/TB) Total Ρ-Value Pendek Normal N % N % n % Sikap Merawat Anak Kurang 7 3,8 9 56,2 16 0,21 16 2,6 9 75, 65 Sikap Pemberian Makan Kurang 19 0,0 26,8 6 52 60,0 73,2 10 71 0,58 Praktek Merawat Anak Kurang 5 18 55,5 25,0 5, 75,0 9 72 0,179 Praktek Pemberian Makan Kurang 19 21,1 30,6 15 3 78,9 69, 19 62 0,56 Hubungan Antara Sikap Merawat Anak Balita dengan Status Gizi BB/TB Hasil penelitian yang yang dilakukan, menunjukkan (p=0,21) tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu (Sikap Merawat) dengan status gizi (BB./TB) anak umur 2-5 tahun di Wilayah Pesisir Kecamatan Belang. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukakan oleh Noviyana, (2016) Pola Asuh Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Sokawera Wilayah Kerja Puskesmas Patikraja Banyumas menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara praktek pemberian dan penyiapan makan dan rangsangan psikososial dengan status gizi, namun tidak ada hubungan antara perawatan kesehatan batita dengan status gizi. Hal ini dikarenakan bukan semata-mata disebabkan oleh pola asuh, tetapi juga karakteristik ibu. 10
Hubungan Antara Sikap Pemberian Makan Anak Balita dengan Status Gizi BB/TB Hasil penelitian, didapatkan (p=0,58) tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu (Sikap Pemberian Makan) dengan status gizi (BB/TB) anak umur 2-5 tahun di Wilayah Pesisir Kecamatan Belang. Penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Diana, (200) hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak batita di kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji. Tidak ada hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak batita di kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fazrina, (201) tentang Hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi balita di desa perkebunan Seruway Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang. Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan. antara pola asuh ibu dengan status gizi balita (BB/U dan TB/U) di Desa Perkebunan Seruway. Hubungan Antara Praktik Merawat Anak Balita dengan Status Gizi BB/TB Hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan (p=0,109) tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu (Praktik Merawat) dengan status gizi (BB/TB) anak umur 2-5 tahun di Wilayah Pesisir Kecamatan Belang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Verdianawati, (201). tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak usia 1-3 tahun dipuskesmas walantakan tahun 201, Yaitu tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi (BB/U dan TB/U) anak usia 1-3 tahun. Pendidikan kesehatan mencakup segala usaha pengajaran dan pengalaman belajar untuk mempengaruhi sikap, kebiasaan, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan kearah yang diharapkan. (Santoso,2009). Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan (lembong, 2016) di pulau nain yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara praktek merawat dengan dengan status gizi BB/TB dimana nilai p value=1,00. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Damalang (2017) di wilayah kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe menunjukkan tidak terdapat hubungan antara praktek merawat dengan status gizi BB/TB dengan nilai p value= 0,603. 11
Hubungan Antara Praktik Pemberian Makan Anaka Balita dengan Status Gizi BB/TB Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan (p=0,17) tidak ada hubungan antara pola asuh ibu (Praktik Pemberian Makan) dengan status gizi (BB/TB) anak umur 2-5 tahun di Wilayah Pesisir Kecamatan Belang. Penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Diana, (200) hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak batita di kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji. Tidak ada hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak batita di kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji. KESIMPULAN Tidak terdapat hubungan antara pola asuh (sikap merawat, praktek merawat, sikap dalam memberi makan, dan praktek memberi makan) dengan status gizi balita (TB/U dan BB/TB) usia 2-5 tahun di daerah pesisir Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. SARAN Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Ibu a. Disarankan untuk ibu-ibu yang balitanya berstatus gizi normal agar tetap mempertahankan cara pola asuh yang diberikan kepada balitanya mulai dari sikap merawat, praktek merawat, sikap memberi makan, dan praktek pemberian makan. b. Ibu-ibu yang balitanya mempunyai status gizi kurang baik agar lebih memperhatikan cara pengasuhan terhadap balitanya. 2. Bagi Petugas Kesehatan Perlu ditingkatan jumlah kunjungan dan penyuluhan setiap bulannya apalagi di daerah pesisir yang ada di kecamatan belang. Sehingga bisa meningkatan kesadaran ibu untuk dapat memberikan pengasuhan yang baik dan dapat menciptakan perubahan pada status gizi anak balita. 3. Bagi perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak yang berhubungan dengan pola asuh seperti cara penyimpanan makanan dan persiapan makanan bahkan perawatan anak dalam keadaan sakit. DAFTAR PUSTAKA Abraham, D. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Umur 2-5 Tahun Di Wilayah 12
Kerja Puskesmas Kombos Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (http://medkesfkm.unsrat.ac.id di akses pada 7 Januari 2018) Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Ariani, A.P. 2017. Ilmu Gizi, Yogyakarta : Nuha Medika Damalang, R. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (http://medkesfkm.unsrat.ac.id di akses pada 7 Januari 2018) Istiany, A, Rusilanti, 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Kuhu, A. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kakas. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (http://medkesfkm.unsrat.ac.id di akses pada 28 September 2017) Lembong, R. 2016. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Status Gizi Pada Balita Di Pulau Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (http://medkesfkm.unsrat.ac.id di akses pada 25 September 2017) Nangley, W. 2017. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (http://medkesfkm.unsrat.ac.id di akses pada 2 Desember 2017) Riskesdas, 2013. Hasil Riskesdas, (Online). (http://www.depkes.go.id/resource s/download/general/hasil%20risk esdas%202013.pdf diakses pada 22 September 2017). Santoso S, Ranti L.A. 200. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta 13