ANALISIS KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KESTETIK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG KELAS VIII MTsN 4 KOTA JAMBI SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN. prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253):

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KESTETIK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG KELAS VIII MTsN 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH DEWI JULIANI NIM RRA1C213011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2018 1

2

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat Penelitian... 9 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 10 1.6 Definisi Istilah... 11 BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan... 13 2.2 Kerangka Berpikir... 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 43 3.2 Subjek Penelitian... 44 3.3 Prosedur Penelittian... 45 3.4 Data Penelitian... 47 3.5 Instrumen Penelitian... 47 3.6 Teknik Pengumpulan Data... 55 3.7 Kredibilitas Data... 58 3.8 Teknik Analisis Data... 59 BAB IV HASIL PENALITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi dan Objek Penelitian... 64 4.2 Deskripsi Temuan Penelitian... 65 4.3 Pembahasan... 91 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan... 99 5.2 Implikasi... 100 5.3 Saran... 101 DAFTAR RUJUKAN... 102 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 3

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Indikator Kemampuan Spasial dalam Pemecahan Masalah Matematika... 28 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Spasial dalam Pemecahan Maslah Matematika... 49 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara... 52 4.1 Presentase Gaya Belajar Kelas VIII A MTsN 4 Kota Jambi... 66 4

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kubus... 33 2.2 Balok... 33 2.3 Bidang dan Rusuk Kubus... 34 2.4 Bidang dan Rusuk Balok... 34 2.5 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Balok... 35 2.6 Segitiga Siku-Siku... 35 2.7 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Kubus... 35 2.8 Bidang Diagonal Balok... 36 2.9 Jaring - Jaring Kubus... 37 2.10 Jaring - Jaring Balok... 37 2.11 Luas Permukaan Kubus... 38 2.12 Luas Permukaan Balok... 38 2.13 Volume Kubus... 39 2.14 Volume Balok... 40 2.15 Akuarium dan Rubrik... 40 2.16 Balok Kayu... 40 2.17 Diagram Kerangka Konseptual... 42 3.1 Diagram Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Kemampuan Spasial... 52 3.2 Diagram Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Wawancara... 54 3.3 Diagram Prosedur Pengumpulan Data... 57 3.4 Diagram Proses Analisi Data... 60 4.1 Lembar Jawaban SKS Soal 1a dan b... 69 4.2 Lembar Jawaban SKS Soal 1b... 70 4.3 Lembar Jawaban SKS Soal 2... 72 4.4 Lembar Jawaban SKS Soal 3... 74 4.5 Lembar Jawaban SKD Soal 1b dan c... 77 4.6 Lembar Jawaban SKD Soal 1b... 78 4.7 Lembar Jawaban SKD Soal 2... 80 4.8 Lembar Jawaban SKD Soal 3... 82 4.9 Lembar Jawaban SKT Soal 1a, b dan c... 85 4.10 Lembar Jawaban SKT Soal 1b... 87 4.11 Lembar Jawaban SKT Soal 2... 88 4.12 Lembar Jawaban SKT Soal 3... 90 5

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kisi Kisi Tes Gaya Belajar... 104 2. Tes Gaya Belajar... 108 3. Hasil Tes Gaya Belajar Siswa Kelas VIII A... 111 4. Lembar Penilaian Tes Gaya Belajar Subjek... 112 5. Kisi Kisi Tes Kemampuan Spasial... 121 6. Deskripsi Lembar Tes Kemampuan Spasial... 122 7. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Spasial... 126 8. Validasi Tes Kemampuan Spasial... 134 9. Lembar Jawaban Subjek Untuk Tes Kemampuan Spasial... 140 10. Kisi Kisi Pedoman Wawancara... 152 11. Deskripsi Pedoman wawancara... 156 12. Validasi Pedoman Wawancara... 161 13. Transkip Data Hasil Wawancara Subjek... 167 14. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari FKIP... 191 15. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 192 16. Dokumentasi Penelitian... 193 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas, dan relevansinya. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan, khususnya dalam mengembangkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Selain itu, matematika merupakan ilmu dasar yang banyak diaplikasikan dalam bidang keilmuan lainnya, misalnya bidang ilmu kedokteran, ekonomi, pertanian, pertambangan, teknologi, fisika, kimia, dan sebagainya. Salah satu cabang dari ilmu matematika yang mampu memberikan perubahan pada perkembangan teknologi adalah geometri. Dengan geometri manusia dapat membuat berbagai benda penting bagi manusia seperti gedung pencakar langit. Standar isi pembelajaran geometri yang dikemukakan NCTM (2000:41-43) bahwa pembelajaran materi geometri mencangkup antara lain: (1) Menganalisis sifat-sifat bangun dua dimensi dan tiga dimensi, (2) menggambar koordinat, (3) menggunakan transformasi dan simetri untuk menganalisis masalah matematika, dan (4) menggunakan pendekatan geometri untuk pemecahan masalah. 7

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsepdan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematis, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mengingat pentingnya matematika, maka setiap siswa harus mempunyai proses dan hasil belajar yang baik. Salah satu yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika yaitu kemampuan berpikir matematis siswa di Indonesia belum berkembang secara optimal dan masih tergolong rendah. Hal ini berarti peningkatan dan pengembangan mutu pembelajaran matematika harus menjadi prioritas dan mutlak dilakukan. Fakta yang dapat dijadikan indikator masih rendahnya mutu pembelajaran matematika di Indonesia, khususnya kemampuan berpikir matematis siswa yang belum optimal adalah data hasil studi Trends in 8

Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assesment (PISA). Fakta dari hasil tes TIMSS menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 46 dari 31 negara dalam penguasaan matematika (Hasruddin, 2016:2). Salah satu kemampuan berpikir matematis tersebut yaitu kemampuan spasial. Kemampuan spasial haruslah dimiliki setiap siswa pada pembelajaran matematika terutama dalam memahami persoalan keruangan. Kemampuan spasial merupakan konsep dalam berfikir spasial. Menurut National Academy of Science (NAS) (Syahputra, 2011:1) berfikir spasial merupakan kumpulan dalam keterampilan-keterampilan kognitif, yang terdiri dari gabungan tiga unsur yaitu konsep keruangan, alat representasi dan proses penalaran. NAS juga menambahkan bahwa setiap siswa harus berusaha mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan sifat-sifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.menurut Rahman (2012) kemampuan spasial adalah kemampuan siswa membayangkan, membandingkan, menduga, menentukan objek yang cocok, mengkonstruksi, mempresentasikan dan menemukan informasi dari stimulus visual dalam konteks keruangan. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VIII MTsN 4 Kota Jambi diperoleh informasi bahwa kemampuan spasial yang dimiliki siswa kelas VIII MTsN 4 Kota Jambi masih rendah sehingga tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal sangat tinggi. Rendahnya kemampuan spasial siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes kemamapuan spasial soal yang berbentuk soal cerita. Sebagaimana yang terlihat dari hasil tes, masih banyak siswa yang belum 9

memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di MTsN 4 Kota Jambi, masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. KKM yang digunakan disekolah MTsN 4 Kota Jambi ini adalah 76 dan syarat ketuntasan kelas adalah 75% dari jumlah siswa. Adapun jumlah siswa yang tuntas pada soal cerita tentang kubus dan balok pada saat ulangan harian kelas MTsN 4 Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 1.1. Oleh karena itu, peneliti mengambil tempat penelitian di MTsN 4 Kota Jambi agar dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai KKM yang diinginkan. Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Hasil Tes Pemahaman pada Ulangan Harian Kelas VIII MTsN 4 Kota Jambi T.A 2017/2018 Kelas siswa Jumlah Jumlah siswa yang Jumlah siswa yang siswa Tuntas tidak tuntas VIII A Auditorial 8 7 1 Visual 16 10 6 Kinestetik 3-3 Sumber: Guru Matematika kelas MTsN 4 Kota Jambi Dari Tabel 1.1 terlihat jumlah siswa dari masing-masing gaya belajar kelas VIII MTsN 4 Kota Jambi belum mencapai ketuntasan belajar yaitu kurang dari 75%. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kubus dan balok dilihat dari kesulitan siswa yang memperoleh nilai rendah, yaitu siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Rendahnya kompetensi siwa dalam matematika dapat disebabkan berbagai faktor. Diantaranya karena matematika memiliki karakteristik yang abstrak, salah satunya geometri (Rahman, 2012:2).Kesulitan siswa dalam belajar geometri berhubungan erat dengan kemampuan spasial. Kemampuan spasial dibutuhkan siswa untuk menunjang dalam menyelesaikan masalah matematika, khususnya geometri. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan mendeskripsian kemampuan 10

spasial siswa SMP dalam mengamati suatu bangun ruang atau bagian bagian bangun ruang, memanipulasi suatu objek, merotasikan suatu objek, mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda, dan membayangkan bentuk objek dari perspektif berbeda (Donny dan Mega, 2014:77). Salah satu materi matematika yang mencakup Geometri adalah Kubus dan Balok. Materi kubus dan balok merupakan materi bangun ruang, dimana siswa harus mempunyai kemampuan dalam pengindraan dan kemampuan spasial. Sehingga siswa bisa menyelesaikan dan memecahkan soal, dibutuhkan kemampuan spasial untuk menyelesaikan materi kubus dan balok, karena alasan tersebut sebagai batasan masalah dan adanya hubungan kemampuan spasial dengan geometri untuk itu materi yang digunakan kubus dan balok. Selanjutnya Kariadinata (Rahman, 2012:2) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya bahwa banyak persoalan goemetri yang memerlukan visualisasi dalam pemecahan masalahnya dan pada umumnya siswa merasa kesulitan dalam mengkonstruksi bangun ruang geometri. Fakta lain diungkapkan oleh Fauzan dalam penelitiannya (Syahputra, 2011:4). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua siswa yang memiliki kategori sedang dan rendah, sangat lemah kemampuan persepsi keruangannya (yaitu kemampuan untuk mengenal dan membedakan stimulus yang berkaitan dengan ruang). Fakta berikutnya adalah hasil penelitian Ryu, Yeong dan Song (Syahputra, 2011:7) yang menemukan dalam penelitiannya, dari 7 siswa berbakat matematika yang diteliti, 3 diantaranya mengalami kesulitan membayangkan objek 3 dimensi dalam ruang yang digambarkan pada bidang datar. 11

Dalam memperbaiki proses pembelajaran matematika, tidak hanya melihat hasil belajar siswa sebelumnya (misalnya pada kemampuan spasial siswa). Guru yang memberikan pengetahuan secara langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Salah satu perbedaan tersebut yaitu gaya belajar setiap siswa. Karena setiap orang siswa memiliki perbedaan dalam memperoleh informasi yang diberikan oleh guru. Menurut Chatib dalam (Permana,2016:278) Modalitas belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui indra yang kita miliki. Banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Hal ini disebabkan bahwa guru masih menganggap semua siswa sama dalam menerima pelajaran. Melihat gaya belajar setiap siswa berbeda, maka guru harus mengetahui gaya-gaya belajar siswa. Bagi guru, mempelajari gaya belajar atau cara-cara belajar siswa sama pentingnya dengan menguasai cara-cara mengajar (Surakhmad dalam Syahputra, 2011:1). Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip-prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yaitu Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.. Guru atau pengajar di dalam pendidikan juga lebih tinggi memerlukan satu kesadaran dalam memberikan pilihan-pilihan gaya belajar dari para siswa dengan tujuan untuk mengembangkan dan menggunakan pengajaran, strategi dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Gaya belajar 12

adalah cara-cara individu yang biasa dilakukan dalam memperoleh informasi atau pengetahuan. Menurut De Porter dan Henarcki (2003:84) gaya belajar ada tiga yaitu gaya belajar visual, auditori dan kinestetik (VAK).Siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah siswa yang menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar dia bisa mengingatnya, sulit duduk manis, serta sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol, dan lambang. Serta anak kinestetik lebih menyukai kegiatan fisik seperti bermain drama, membaca puisi, atau permainan sederhana. Pada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mempunyai kesulitan dan masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, simbol, masalah matematis dan peta sehingga siswa dengan gaya belajar kinestetik mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika yang membutuhkan kemampuan spasial. Dalam skripsi ini kemampuan spasial siswa kinestetik dalam pemecahan masalah matematika merupakan permasalahan yang akan diteliti dimana penulis ingin melihat bagaimana kemampuan spasial dan kesulitan siswa kinestetik dalam pemecahan masalah matematika, apakah siswa kinestetik menggunakan kemampuan spasial dengan baik dalam pemecahan masalah matematika atau hanya sekedar memecahkan masalah matematika dengan kemampuan spasial yang baik. Dimana secara teoritis siswa kinestetik mempunyai kesulitan dan masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi dan peta. Oleh karena itu, sesuai dengan permasalahan diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis Kemampuan Spasial Siswa dengan Gaya 13

Belajar Kinestetik dalam Pemecahan Masalah Matematika pada MateriBangun Ruang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah peneliti merumuskan masalah yaitu: 1. Bagaimana kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang (kubus dan balok)? 2. Kendala apa saja yang dihadapi siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang (kubus dan balok)? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetikdalam pemecahan masalah matematikapada materi bangun ruang (kubus dan balok). 14

2. Mengetahui kendala yang dihadapi siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang (kubus dan balok). 1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Dapat memacu para guru untuk meningkatkan kemampuan menciptakan desain inovatif guna memperbaiki, menyempurnakan, meningkatkan kualitas mutu hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Dapat memotivasi siswa dengan diberikan soal-soal kemampuan spasial untuk belajar terus agar meningkatkan kemampuan berpikir, analisis, dan memilih serta mengembangkan solusi yang tepat guna menyelesaikan suatu masalah terutama dalam menyelesaikan soal pada materi geometri. 3. Dapat membantu guru mengetahui dan menguasai tiga gaya mengajar berdasarkan tiga gaya belajar siswa (VAK) sehingga materi yang disampaikan kepada siswa akan lebih menyenangkan, mudah dan cepat diterima siswa sesuai proses pembelajaran kurikulum 2013. 4. Sebagai bahan masukan dan kajian mengenai kendala yang dialami siswa dengan gaya belajar kinestetik yang memiliki kemampuan spasial rendah, sehingga melalui hal ini sekolah terutama guru diharapkan dapat mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran sebagai alternatif solusi mengajar materi geometri pada siswa kinestetik. 5. Dapat menambah informasi serta menjadi bahan masukan guna pengembangan ilmu di bidang pendidikan matematika. 15

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya mengenai analisis kemampuan spasial siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok. 2. Kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah pada materi kubus dan balok berdasarkan indikator-indikator kemampuan spasial yaitu 1) membayangkan posisi suatu objek geometri sesudah objek geometri itu mengalami rotasi, refleksi, dan dilatasi, 2) membandingkan kaitan hubungan logis dari unsur-unsur suatu bangun ruang, 3) menduga secara akurat bentuk suatu objek dipandang dari sudut pandang tertentu, 4) menentukan objek yang cocok pada posisi tertentu dari sederetan objek bangun geometri ruang, 3) mengkonstruksi model yang berkaitan dengan suatu objek geometri ruang, 6) mempresentasikan model-model bangun geometri yang digambarkan pada bidang datar, 7) menemukan objek sederhana yang dilekatkan dalam gambar yang lebih kompleks. dan langkahlangkah pemecahan masalah matematika yaitu 1) memahami masalah, 2) menyusun rencana, 3) melaksanakan rencana dan 4) mengecek kembali. 1.5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah: 16

1. Kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetk dalam pemecahan masalah matematika yang dianalisis adalah siswa kinestetik berkemampuan spasial rendah kelas VIIIMTsN 4 Kota Jambi pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. 2. Kendala siswa dengan gaya belajar kinestetik berkemampuan spasial dalam pemecahan masalah matematika. 3. Cara menganalisis kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan lembar jawaban siswa dan wawancara. 4. Materi yang diambil kubus dan balok karena materi tersebut termasuk dalam materi geometri yang berkaitan erat dengan kemampuan spasial. 1.6 Definisi Istilah Beberapa definisi operasional pada penelitian ini adalah: 1. Analisis adalah suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan cara pikir (logika) tertentu untuk memperoleh suatu hasil atau kesimpulan tentang faktor penyebab munculnya masalah itu. 2. Kemampuan spasial yang dimaksud dalan penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk membayangkan bentuk atau posisi suatu objek geometri, menyatakan kedudukan antar unsur-unsur suatu bangun ruang, mengkonstruksi dan mempresentasikan model-model geometri yang digambar pada bidang datar, serta menduga dan menentukan yang sebenarnya dari stimulus visual suatu objek. 17

3. Gaya belajar kinestetik adalah mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. 4. Pemecahan masalah merupakan proses melibatkan suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dahulu. Langkah-langkah pemecahan masalah matematika menurut Polya yaitu 1) memahami masalah, 2) menyusun rencana, 3) melaksanakan rencana dan 4) memeriksa kembali. 18

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Dalam menganalisis kemampuan spasial siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan soal matematika matematika dapat dilakukan dengan memberikan lembar tes kemampuan spasial dalam pemecahan masalah dan wawancara. Hasil dari pekerjaan subjek penelitian dalam menyelesaikan lembar tes kemampuan spasial, hasilnya adalah bahwa siswa dengan gaya belajar kinetetik tidak memenuhi semua indikatorindikator kemampuan spasial dan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya. Hasil wawancara yang terlihat dari ungkapan jawaban dari subjek penelitian dianalisis, sehingga hasilnya adalah bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan tes kemampuan spasial belum mampu memenuhi indikator-indikator kemampuan spasial yaitu mampu menemukan objek sederhana yang diletakan pada gamabr siswa dengan gaya belajar kinestetik dominan tidak mampu menggambar objek yang diminta karena tidak membuat gambar untuk membantu menjawab soal, membayangkan posisi suatu objek pada indicator ini siswa dengan gaya belajar kinestetik dominan menjawab tidak benar dalam membayangkan dan membuat objek yang diminta, menduga bentuk suatu objek pada indicator ini siswa dengan gaya belajar kinestetik dominan tidak mampu menjawab dan menggambarkan objek yang diminta, mengkrontruksi model yang berkaitan dengan objek pada indikator ini siswa dengan gaya belajar 19

kinestetik tidak menggunakan model atau gambar untuk membantu menjawab soal. 2. Kendala siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam tes kemampuan spasial siswa belum mampu memahami gambar untuk menjawab pertanyaan, belum mampu memecahkan masalah yang melibatkan symbol dan gambar, belum mampu menyusun rencana untuk memecahkan masalah, dan belum mampu menyelesaikan operasi hitung secara benar. 5.2 Implikasi Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan spasial dan kendala siswa kinestetik dalam menyelesaiakan tes kemampuan spasial dalam pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang. Hasil yang didapat oleh Peneliti dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengetahui Kendala siswa kinestetik dalam menyelsaiakan tes kemampuan sehingga dapat memperbaiki setiap kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran. 5.3 Saran Penulis menyarankan kepada guru mata pelajaran matematika antara lain: 1. Hendaknya guru mengetahui dan menguasai tiga gaya mengajar (VAK) dan gaya belajar setiap siswa yang diajarkanya sehingga guru akan mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa agar siswa lebih mudah menerima materi 20

pelajaran dan pelajaran lebih menyenangkan sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013. 2. Hendaknya guru matematika dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan spasial matematika seperti kubus dan balok dan menggunakan soal-soal yang dapat meningkatkan kemampuan spasial. 3. Hendaknya guru memperhatikan kendala siswa dalam menyelesaiakan soal matematika dan mencarikan alternatif solusinya. 4. Penulis menyarankan kepada siswa hendaknya memperhatikan apa yng dijelaskan oleh guru karena itu merupakan salah satu alternative solusi untuk mengatasi kendala yang dialami oleh siswa. 5. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutnya mengenai kemampuan spasial. 21