BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

kualitas negara dimata internasional. 1

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

ARTIKEL SKRIPSI OLEH PUTU AMIK WIANTARI NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu standar yang dikembangkan sejak tahun 2006 oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan pada tahun 2007 diterbitkan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yaitu Permendiknas RI nomor 41 Tahun 2007. Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta 1

2 memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi peserta didik. Seperti halnya dengan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh para siswa, misalnya mata pelajaran matematika. Guru harus melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, menantang dan dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreasi dan mengembangkan pola pikirnya. Seperti halnya yang disampaikan oleh Wahyudi dan Kriswandani (2010:17) berpendapat bahwa pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan dasar terutama pembelajaran matematika di tingkat SD diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa sehingga guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dengan tujuan siswa SD dapat memahami dan menerima materi matematika yang sifatnya abstrak ini dengan mudah, dan siswa dapat menerapkan dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa akan belajar matematika dengan gembira dan semangat sehingga matematika bukan lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan menjadi momok bagi siswa tetapi berubah menjadi mata pelajaran yang ditunggu dan disenangi siswa. Pembelajaran matematika yang efektif, dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa bukan berarti hanya berorientasi pada pencapaian prestasi yang tinggi melainkan lebih berorientasi pada pembentukan, penanaman, dan pengembangan pola pikir siswa untuk menemukan kembali, mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dan menerapkan matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika tersebut lebih cenderung pada penanaman pola pikir logis dan sistematis (disebut pola penalaran matematika) pada siswa sehingga pembelajaran yang akan tercipta bukan berorientasi pada belajar menghafal tetapi lebih berorientasi pada belajar bermakna. Belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperoleh dan dikaitkan dengan kedaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti. Belajar

3 bermakna akan terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah Heruman (2007:19). Hal ini berarti bukan hanya pembelajaran yang mementingkan hasil akhir seperti yang terjadi pada model pembelajaran matematika yang selama ini diterapkan kepada siswa tetapi juga mementingkan proses pembentukan logika berpikir siswa. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam masalah yang timbul, baik dari faktor guru sebagai pendidik, maupun siswa dan lingkungan sekitar. Hamruni (2012:235) berpendapat bahwa problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Pengetahuan menjadi suatu yang hanya dihafalkan saja tetapi tidak berpengaruh pada kehidupannya. Pengetahuan hanya mampir sebentar dan kemudian menguap begitu saja, seolah tidak berbekas dalam kehidupan siswa. Pada kenyataannya, belajar matematika penting untuk kehidupan seharihari karena setiap harinya kita tidak terlepas dari penggunaan matematika mulai dari teori bilangan aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat, untuk itu matematika menjadi sangat penting bagi penunjang kehidupan semua manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu, matematika diberikan disemua jenjang sekolah baik jenjang pendidikan dasar, menengah, atas sampai perguruan tinggi. Jenjang pendidikan dasar dipandang sangat penting karena merupakan pondasi dari pembelajaran matematika. Pondasi itu berupa pengetahuan mengenai

4 konsep materi pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar. Agar pondasi yang dimiliki oleh siswa di sekolah dasar kuat maka diperlukan banyak penanaman pengetahuan awal yang mendasar dan dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik. Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kelas dan karakteristik peserta didik Sekolah Dasar. Salah satu model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan tingkat berpikir siswa SD sehingga diharapkan siswa dengan cepat dapat memahami materi apa yang disampaikan oleh guru agar dapat bermanfaat untuk siswa baik di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah atau lingkungan sekitar. Menurut Dewey (dalam Hamruni, 2012:236), pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya sendiri. Melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa maka fungsi guru berubah dari pengajar menjadi mitra pembelajaran. Untuk itu, sebelum diadakan penelitian peneliti mengadakan kegiatan prasurvei, dan menemukan permasalahan bahwa Sekolah Dasar yang akan digunakan peneliti sebagai tempat penelitian hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga yaitu diantara 32 siswa sebanyak 18 siswa mendapat nilai < 60 dengan persentase 56,25% mendapat nilai dibawah KKM sehingga dinyatakan tidak tuntas, dan 14 siswa mendapat nilai > 60 dengan persentase 43,75% mendapat nilai diatas KKM sehingga dinyatakan tuntas. Selain hasil belajar rendah, pembelajaran juga masih konvensional atau berpusat pada guru. Dengan jumlah siswa sebanyak itu, mereka hanya mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran selama jam pelajaran berlangsung sehingga mengakibatkan sebagian siswa ada yang berbicara dengan teman disebelahnya mungkin dikarenakan bosan karena guru cenderung lebih dominan dibanding siswa. Sehingga tingkat kreativitas dan perkembangan cara berpikir siswa menjadi lamban. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan

5 lebih bergantung pada orang lain. Jika hal ini diteruskan maka generasi yang akan datang akan menghasilkan generasi yang tidak kreatif dan cenderung tidak bisa berpikir secara cerdas karena sudah dibiasakan untuk berpikir secara pasif. Dengan kenyataan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Berbantuan Media Gambar untuk kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga semester II pada mata pelajaran matematika. Pada model pembelajaran Jigsaw siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas, karena dalam model pembelajaran Jigsaw siswa diberi masingmasing tugas yang berbeda dimana mereka berperan sebagai kelompok ahli dalam penyelesaian sebuah tugas sehingga diharapkan tidak akan ada siswa yang bosan, mengantuk dan berbicara dengan teman sebelahnya. Siswa diberi hak penuh untuk berkreasi dalam berpikir dan bertanggung jawab atas tugas yang harus diselesaikan, sehingga siswa akan merasa senang dan nyaman selama mengikuti pelajaran. Jika hal-hal penting tersebut dapat terlaksana di dalam kelas, maka diharapkan siswa mampu berpikir kreatif dan aktif dalam mencari informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga dapat memahami materi yang diajarkan guru. Dengan hal ini, diharapkan hasil pembelajaran dapat meningkat dan kelak dapat memunculkan generasi yang mandiri, kritis dalam berpikir dan dapat mengikuti perkembanagan zaman yang semakin maju. Salah satu bukti bahwa Jigsaw efektif diterapkan di dalam kelas dikemukakan oleh Shiyam (2012) dengan judul: Penerapan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SDN Gondang 3 Bojonegoro pada mata pelajaran matematika kelas 5 semester II. Hasilnya, penerapan model pembelajaran Jigsaw melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Gondang III Bojonegoro pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan pecahan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas belajar siswa dari pembelajaran pada dari 72% dan meningkat menjadi 88%.(2) Hasil

6 belajar siswa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari rata-rata dari 60,6 dan menigkat menjadi 74. Dari bukti keberhasilan penelitian terdahulu diatas, peneliti optimis dengan adanya penelitian yang akan dilakukan dapat berhasil. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif mencari informasi dari berbagai sunber serta pemberian tanggung jawab penuh terhadap suatu masalah yang harus diselesaikan. Pada penelitian yang akan dilaksanakan pada SD Negeri Cebongan 03 Salatiga peneliti tidak hanya menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw saja, tetapi dengan berbantuan media gambar. Peneliti memilih media gambar karena media ini cocok dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Dengan media gambar diharapkan hasil pembelajaran akan lebih maksimal, karena pada media gambar siswa diperlihatkan secara langsung bentuk-bentuk gambar secara nyata. Sehingga diharapkan akan mempermudah siswa dalam memahami dan menguasai materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya bukti di atas peneliti optimis bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Berbantuan Media Gambar akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika kelas 5 dan secara otomatis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga guru berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dan siswa belum memahami konsep dari materi yang diberikan karena siswa kurang diberi ruang gerak untuk mengembangkan daya pikir dan kretifitasnya selama pelajaran berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan tidak tertanamnya konsep materi pada siswa dan materi yang sudah di sampaikan sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh siswa. Hal ini berakibat tidak tercapainya hasil belajar yang maksimal sehingga siswa hanya berangkat dan pulang sekolah tanpa membawa ilmu baru.

7 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga? 2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga? 1.4 Pemecahan Masalah pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh peneliti antara lain: 1. Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang menarik, karena dalam model pembelajaran ini siswa benar-benar aktif dan terlibat penuh selama PBM berlangsung. Mereka diberi tanggung jawab penuh terhadap pemahaman dan penyelesaian suatu masalah, jika hal seperti ini berlangsung di dalam kelas diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. 2. Cara penerapan model pembelajaran Jigsaw di dalam kelas agar meningkatkan hasil belajar matematika di kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga, antara lain: siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang, tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang berbeda-beda, anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli), setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai, tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, pembahasan, penutup. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk: 1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga dalam pelajaran matematika.

8 2. Meningkatkan hasil belajar siswa 5 SD Negeri Cebongan 03 Salatiga dalam pelajaran matematika melaui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan berbantuan media gambar. 1.6 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi kegunaan secara akademis dan kegunaan secara praktis bagi peneliti dan pembaca. 1.6.1 Manfaaat Teoritis Beberapa manfaat akademis yang bermanfaat untuk peneliti, antara lain: 1. Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan baru bagi peneliti. 2. Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang hampir sama. 3. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 1.6.2 Manfaat Praktis Dalam penelitian ini, ada beberapa manfaat praktis yang bermanfaat bagi sekolah dan guru, bagi calon guru dan bagi siswa, yaitu. 1. Bagi sekolah dan guru untuk meningkatkan wawasan dan ketrampilan untuk mengelola kelas dengan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 2. Bagi calon guru, untuk memperluas pengetahuan tentang model-model pembelajaran yang sesuai dengan siswa agar pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. 3. Bagi siswa, untuk menumbuhkan semangat siswa dalam belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika.