BAB I PENDAHULUAN. Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada KI, KD, dan SKL, tentu tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan memberikan pembaharuan pada kurikulumnya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negaranya. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk menciptakan generasi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

Indonesia telah dirancang ke dalam pembelajaran berbasis teks. Di dalam pembelajaran tersebut, siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMK Negeri 2 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan di Indonesia salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

KEMAMPUAN MENULIS BAHAN AJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 5 PENILAIAN BUKU PANDUAN GURU MATEMATIKA TINGKAT SD/MI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komponen keterampilan bahasa adalah menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. satu kegiatan yang sangat sulit. Tidak dapat dipungkiri di negara kita ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai kompetensi inti. Penyusunan bahan ajar hendaklah berpedoman pada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada KI, KD, dan SKL, tentu tidak akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik. Melalui bahan ajar, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dalam belajar. Bahan ajar disusun dengan tujuan untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar meliputi karakteristik dan lingkungan sosial siswa. Pengembangan bahan ajar yang bermula dari konvensional menuju inovatif menjadi sangat penting karena sangat membantu proses pembelajaran bagi guru itu sendiri terutama untuk membantu siswa dalam belajar agar tertarik dan menyenangkan. Apabila siswa telah merasa senang belajar, dengan demikian semangat belajarpun akan meningkat. Kunci dari pengembangan bahan ajar yang inovatif terletak pada kreativitas guru itu sendiri. Hal demikian seharusnya bukan menjadi hambatan namun tantangan bagi guru untuk dapat melakukan upgrade kemampuan mengembangkan potensi dirinya terutama dalam pengembangan bahan ajar yang inovatif. Widodo dan Jasmadi (2008:40) menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, 1

2 metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Dunia pendidikan di Indonesia menerapkan kurikulum 2013, maka bahan ajar yang digunakan haruslah sesuai dengan kebutuhan, yaitu bahan ajar yang terkait dengan kurikulum 2013. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks akan membawa dan melatih mental peserta didik sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik dituntut untuk aktif mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Teks-teks yang digunakan tersebut akan menjadi peluang bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar berkualitas yang mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini difokuskan untuk pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul. Pengembangan bahan ajar berbentuk modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran

3 yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Bahan ajar yang terseleksi secara baik akan memberikan banyak manfaat, antara lain peserta didik akan tertarik dan tumbuh minatnya untuk memenuhi dan menguasai materi yang telah diberikan. Di samping itu bahan ajar juga mampu memengaruhi peserta didik pada proses belajar-mengajar yang lebih bermakna. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik masih sulit ditemukan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian Husniatul Adibah tahun 2016 yang bejudul Pengembangan Buku Pengayaan Memproduksi Teks Negosiasi Berbasis Kesantunan Berbahasa. Husniatul mengatakan pada jurnal penelitiannya halaman 14, bahwa kurangnya bahan ajar menulis teks negosiasi yang tersedia di pasaran. Bahan ajar yang tersedia di pasaran belum lengkap, baik dari segi isi, dan penyajian. Di dalam standar Isi Kurikulum 2013 terdapat empat kompetensi inti, yaitu sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap Kompetensi Inti tersebut terdapat Kompetensi Dasar. Jumlah teks dalam kurikulum 2013 keseluruhan adalah 29 teks. Teks-teks tersebut merupakan bahan ajar yang perlu dibelajarkan kepada peserta didik. Terdapat beberapa kegiatan dalam Kompetensi Dasar tersebut, yaitu memahami, mengonversi, meringkas, menyunting, dan memproduksi. Kegiatan itulah yang menjadi Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Beberapa kegiatan tersebut selalu diwujudkan baik melalui lisan maupun tulisan.

4 Salah satu teks pada kurikulum 2013, adalah teks negosiasi. Terdapat 5 KD dalam teks negosiasi yaitu, memahami struktur dan kaidah teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan, menginterpretasikan makna teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan, membandingkan teks negosiasi baik melului lisan maupun tertulis, memproduksi teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karateristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tertulis, menganalisis teks negosiasi baik melalui lisan maupun tertulis, menyunting teks negosiasi baik melalui lisan maupun tertulis, mengidentifikasi teks negosiasi baik secara lisan maupun tertulis, mengabstraksi teks negosiasi baik secara lisan maupun tertulis, mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun tertulis, mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tertulis. Guru dan siswa menggunakan buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik yang di dalamnya terdapat 3 kegiatan pada materi teks negosiasi. Kegiatan satu, pembangunan konteks dan pemodelan teks negosiasi dan terdapat 4 tugas dalam kegiatan satu. Kegiatan dua, kerja sama membangun teks negosiasi dan terdapat 5 tugas dalam kegiatan dua. Pada kegiatan tiga, mandiri membangun teks negosiasi dan terdapat 4 tugas dalam kegiatan tiga. Pada kegiatan tiga mandiri membangun teks negosiasi terdapat tugas tiga bernegosiasi untuk memecahkan konflik dan tugas empat membuat teks negosiasi tentang rintisan kerja sama. Kedua tugas tersebut hanya menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas tanpa membuat siswa memahami materi terlebih dahulu. Kekurangan pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik yang digunakan siswa dan

5 guru yaitu, buku teks hanya menyajikan sedikit materi atau pengantar, tidak memaparkan pengantar yang jelas tentang materi. Pada penugasan juga tidak membuat siswa menjadi tertarik karena buku teks tersebut langsung memberikan tugas tanpa membuat siswa berminat mengerjakannya. Contoh soal pada buku teks bayangkan bahwa kalian adalah pengusaha batik. Kalian akan mengajukan program mendirikan laboratorium batik kepada pemerintah daerah. Kalian juga menjalin kerja sama dengan pengusaha lain. Buatlah teks negosiasi rintisan kerja sama itu. Contoh tugas yang diberikan ini terlalu sulit untuk dimengerti siswa sementara siswa tersebut belum pernah mengalami kejadian seperti itu, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk membuat sebuah teks negosiasi. Harusnya siswa diberikan contoh teks negosiasi sesuai dengan keseharian siswa sehingga dengan mudah memahami bagaimana sebenarnya menulis teks negosiasi. Teks negosiasi ialah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain. Selain itu tujuan negosiasi ialah mengatasi atau menyesuaikan perbedaan, untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain (yang tidak dipaksakan). Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak dalam melakukan transaksi, atau menyelesaikan sengketa/perselisihan pendapat. Peneliti memiliki alasan mengapa memilih teks negosiasi sebagai materi yang akan dikembangkan dalam bahan ajarnya karena pada materi tersebut siswa mengalami kesulitan dalam menulis dan menuangkan gagasan mereka, maka berdampak dengan KKM siswa yang tidak tercapai. Pendekatan pembelajaran yang ditawarkan oleh peneliti dianggap sesuai untuk

6 materi menulis teks negosiasi karena pendekatan tersebut dapat membantu siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi itu dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Dapat dibuktikan dari penelitian terdahulu berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menulis Petunjuk Bagi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Siswa SMP yang dilakukan oleh Linda Astrini Tahun 2013. Penelitian oleh Linda dapat memperkuat teori peneliti bahwa Pendekatan Kontekstual dapat membantu siswa dalam kegiatan menulis teks negosiasi. Sejalan dengan kurikulum 2013 berbasis teks, maka siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah tulisan berbentuk teks. Siswa dituntut untuk mampu menulis teks negosiasi sedangkan sekarang ini siswa masih sulit dalam kegiatan menulis dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan pada hari Rabu 26 April 2017 yang menyatakan bahwa siswa kurang tertarik dengan kegiatan menulis. Menurut sebagian siswa kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang membosankan. Adapun pertanyaan yang di ajukan pada saat wawancara dengan ibu Ponisri, S.Pd. sebagai berikut, yang pertama bagaimana selama ini penggunaan buku teks yang digunakan siswa. Pertanyaan kedua, bagaimana penerapan materi menulis teks negosiasi di sekolah. Pertanyaan ketiga, mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menulis teks negosiasi dan kendala apa yang dialami siswa. Pertanyaan keempat, model atau strategi apa yang digunakan pada saat menjelaskan materi menulis teks negosiasi. Pertanyaan kelima berapa KKM siswa untuk menulis teks negosiasi dan berapa persen siswa yang lulus dari KKM.

7 Pertanyaan keenam, berapa buku teks yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Pertanyaan ketujuh, bagaimana kebutuhan siswa dan guru terhadap bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu 26 April 2017 dengan guru Bahasa Indonesia ibu Ponisri, S.Pd. diperoleh informasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran teks negosiasi masih kurang, padahal untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan siswa harus menguasai materi. Hal ini dibuktikan dari hasil pemerolehan nilai rata-rata siswa dalam teks negosiasi adalah 65 dengan ketuntasan hanya 45% siswa yang mampu menulis teks negosiasi dengan baik dan benar. Siswa yang lain masih mengalami kesulitan dalam menulis teks negosiasi. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan menjadi sebuah tulisan. Hal ini disebabkan oleh faktor dalam diri siswa seperti sikap malas dalam menulis dan siswa kesulitan untuk menuangkan ide bagaimana cara menulis teks negosiasi. Selama ini guru menyampaikan materi dengan metode konvensional atau ceramah, setelah itu guru menyampaikan materi menulis teks negosiasi dengan cara menyuruh siswa membayangkan bagaimana kegiatan negosiasi. Setelah itu menyuruh siswa menulis sebuah teks negosiasi. Guru hanya menggunakan satu bahan ajar sebagai acuan yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam menulis teks negosiasi. Guru kurang memiliki kemampuan untuk merancang proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan efektif. Kreativitas dan inovasi guru masih kurang dalam menentukan dan menyusun bahan ajar yang tepat untuk memengaruhi keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran,

8 harusnya pengembangan profesionalisme guru perlu dilakukan melalui daya kreasinya untuk pembelajaran yang baik. Selain itu, siswa hanya menggunakan satu buku saja untuk pembelajaran tanpa adanya buku panduan yang lain. Buku yang digunakan berjudul Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Kemendikbud Republik Indonesia 2015. Peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan satu bahan ajar saja belum efektif karena untuk menambah wawasan dan memperdalam pemahaman siswa tentang materi diperlukan bahan ajar yang memadai dan penyajian materi harus lebih mendalam. Terkait dengan pembelajaran menulis teks negosiasi siswa masih banyak mengalami kesulitan, terlebih lagi ketika diberi tugas untuk menulis teks negosiasi. Dari masalah di atas maka peneliti membuat pengembangan pada bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual. Pendekatan tersebut diharapkan dapat membuat siswa lebih mudah dan cepat dalam menulis teks negosiasi. Berdasarkan beberapa penelitian relevan, siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih memaknai makna materi yang diajarkan. Penyajian materi dengan menggunakan pendekatan kontekstual akan mempermudah siswa dalam memahami materi menulis teks negosiasi karena pengetahuan diperoleh dengan cara mengalami sendiri bukan menghapal atau membayangkan. Hasil wawancara pada hari Rabu 24 April 2017 tentang bagaimana kebutuhan sekolah terhadap bahan ajar yang akan dikembangkan. Menurut siswa dan guru bahan ajar haruslah memenuhi karateristik aspek penyajian, yakni fokus pada keruntunan dan sistematika penyajian yang dilengkapi dengan pengantar

9 atau paparan berupa konsep terkait dengan KD dan indikator, contoh, dan latihan yang membuat siswa tertarik dalam menulis negosiasi. Karateristik aspek bahasa dan keterbacaan siswa membutuhkan buku dengan bahasa yang komunikatif dan keterbacaan yang disesuaikan dengan tingkat kognitif mereka. Karateristik dari aspek grafika yaitu yang menarik disertai dengan ilustrasi. Model pembelajaran kontekstual pada intinya adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Artinya siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang biasa dihadapi di lingkungan, sehingga pada masanya nanti siswa mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyata dihadapi di lingkungannya. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual pembelajaran bukan suatu transformasi pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa dengan cara menghafal beberapa konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Tidak mudah untuk memberi pembelajaran kepada siswa tentang teks negosiasi tanpa adanya bahan ajar yang memadai tentang materi tersebut. Maka, perlu adanya bahan ajar yang tepat untuk membelajarkan siswa agar tercapainya kompetensi yang harus dikuasai siswa. Sejalan dengan itu diperlukan kemampuan guru untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, agar tercapainya kompetensi dasar. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan bahan ajar berbentuk modul yang dapat membantu siswa belajar lebih mandiri tanpa arahan dari guru.

10 Pengembangan bahan ajar modul dapat membantu siswa belajar secara mandiri tanpa adanya arahan dari guru. Modul memiliki manfaat yang banyak bagi siswa, melalui latihan, evaluasi dan penjabaran mengenai materi. Hal tersebut dapat mengukur kemampuan siswa pada materi teks negosiasi. Pembuatan modul yang menarik dan inovatif akan membuat siswa menjadi tertarik. Dibutuhkan penyusunan serta pengembangan modul yang inovatif yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dan menumbuhkan minat. Pengembangan bahan ajar modul dipilih karena modul disajikan secara sistematis sehingga siswa dapat belajar dengan atau tanpa bantuan guru. Serta modul juga disajikan dengan bahasa yang mudah diterima siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar berbentuk modul dengan materi menulis teks negosiasi. Sehubungan dengan pengembangan bahan ajar teks negosiasi yang belum pernah dikembangkan berbasis kontekstual, peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar teks negosiasi berbasis kontekstual. Penelitian tentang Pengembangan buku pengayaan memproduksi teks negosiasi berbasis kesantunan berbahasa pernah dilakukan oleh Husniatul Adibah Tahun 2016. Penelitian ini tentang Buku pengayaan memproduksi teks negosiasi berbasis kesantunan berbahasa yang merupakan bahan ajar alternatif bagi siswa untuk mengasah keterampilan menulis teks negosiasi dan menanamkan karakter santun berbahasa. Melalui buku pengayaan ini siswa dapat memahami materi menulis teks negosiasi serta cara bertutur kata santun. Selain itu, buku ini juga dapat menjadi acuan bagi guru untuk menyampaikan materi maupun

11 merancang evaluasi terkait dengan teks negosiasi dan sikap santun siswa. Buku pengayaan ini disusun atas dasar kurangnya bahan ajar memproduksi teks negosiasi yang tersedia di pasaran. Bahan ajar memproduksi teks negosiasi yang tersedia di pasaran belum lengkap, baik dari segi isi maupun penyajian. Bahan ajar tersebut juga belum spesifik mengintegrasikan aspek kesantunan berbahasa. Penelitian tentang menulis teks negosiasi yang berjudul Pengembangan bahan ajar teks negosiasi oleh Marfuah Unsayaini Tahun 2014. Penelitian ini tentang pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan saintifik dan menggunakan media audiovisual untuk membantu memahami materi pembelajaran. Beberapa penelitian relevan yang diambil dapat memperkuat teori bahwa pengembangan bahan ajar menulis teks negosiasi diperlukan dan pendekatan kontekstual yang akan digunakan peneliti dapat membantu siswa dalam kegiatan menulis. Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian ini yaitu, pengembangan bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual belum pernah sebelumnya dilakukan oleh peneliti lain. Terkait dengan paparan di atas, permasalahan-permasalahan tersebut peneliti jadikan sebagai topik permasalahan yang akan diteliti dengan judul, Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Negosiasi Berbasis Kontekstual di Kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, ada beberapa identifikasi masalah baik itu internal maupun eksternal, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

12 1. Pemahaman siswa dalam proses pembelajaran menulis teks negosiasi masih rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa cenderung rendah dengan presentasi ketuntasan 45%. 2. Siswa mengalami kesulitan mempelajari materi menulis teks negosiasi karena siswa kurang tertarik pada pembelajaran teks negosiasi, yang dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru bidang studi. 3. Minimnya bahan ajar menulis teks negosiasi yang bisa digunakan sebagai acuan penulisan teks negosiasi, karena guru menggunakan satuan bahan ajar. 4. Belum tersedianya bahan ajar yang memadai untuk materi teks negosiasi yang siap dipakai untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. 5. Bahan ajar yang digunakan masih monoton yaitu dengan menyajikan pengertian tentang materi baik dalam penyajian maupun penugasan. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dilakukan pembatasan masalah oleh peneliti serta ruang lingkup permasalahan, agar penelitian terfokus maka diberi batasan, yaitu: 1. Materi modul menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas X yaitu teks negosiasi. 2. Pengembangan bahan ajar mengacu pada modul berbasis kontekstual materi teks negosiasi di kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan.

13 1.4 Rumusan Masalah Permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penyusunan bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan? 2. Bagaimana hasil validasi bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan? 3. Bagaimana hasil uji coba menulis teks negosiasi menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui penyusunan bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. 2. Mengetahui hasil validasi bahan ajar menulis teks negosiasi berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. 3. Mengetahui hasil uji coba menulis teks negosiasi menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan materi pembelajaran yang diharapkan dapat mempermudah memahami materi teks negosiasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki banyak manfaat baik teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini ialah:

14 1. untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan khasanah dalam menulis teks negosiasi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan penelitian pendidikan di Indonesia khususnya pada bidang penelitian pengembangan. 1) Bagi Guru Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia adalah guru dapat lebih antusias dalam mengajarkan pembelajaran menulis teks negosiasi sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pelajaran. 2) Bagi siswa Siswa akan lebih senang dan tertarik dengan pembelajaran menulis teks negosiasi karena adanya materi pembelajaran yang menarik. Bagi sekolah, untuk memberikan dorongan bagi sekolah dalam menciptakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. 3) Bagi peneliti lain Hasil penelitian dapat dijadikan perbandingan terutama dalam hal pengembangan bahan ajar menulis teks negosiasi dan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dan lebih memperdalam lagi penelitian ini.

15