BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM Oleh: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan kurang efektif jika disampaikan secara langsung dari pendidik kepada peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan Trianto (2007) bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya fisika harus menjadi penyelesai masalah pada kehidupan sehari-hari bukan sebagai penambah masalah yang dianggap sebagai mata pelajaran dengan banyaknya rumus dan teori sehingga fisika menjadi ilmu hafalan. Collete & Chiapetta (1994) menyatakan pendapatnya tentang sains, yaitu: Science should viewed as a way thinking in the pursuit of understanding nature, as the way investigation claim about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry. Bahwa sains harus dipandang sebagai suatu cara berpikir dalam upaya memahami alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang gejala, dan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan. Oleh karena itu, peserta didik harus mempunyai kemampuan berpikir dan menyelidiki langsung terhadap gejala-gejala alam. Kemampuan berpikir merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting untuk dimasukan ke dalam kurikulum sekolah. Mengajarkan kemampuan berpikir secara eksplisit dan memadukannya dengan materi pembelajaran (kurikulum) dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif (Sutrisno: 2008). Kuswana (2011, hal. 23) juga berpendapat bahwa kemampuan berpikir sejalan dengan wacana meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan atau hasil belajar.

2 Munandar (2002, hal. 4) berpendapat bahwa tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Keberbakatan tidak hanya diartikan sebagai orang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi melainkan juga kreativitas atau berpikir kreatif, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya atau kebutuhan masyarakat. Sebagaimana penyelenggaraan pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 bertujuan untuk membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (3) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan (4) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ke salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandung menggunakan instrumen tes essai kreativitas yang menekankan pada dimensi kognitif (berpikir kreatif) dan dikategorikan berdasarkan berpikir divergen menghasilkan rata-rata nilai 5.97 dari nilai maksimum 13. Rata-rata nilai tersebut dimasukan dalam persamaan 3.6 sebagai nilai indeks prestasi kelompok kreativitas sebesar 45.92% dengan kategori kurang kreatif sesuai tabel 3.8. Nilai tersebut diperoleh dari empat aspek berpikir divergen, diantaranya kelancaran (fluency) dengan rata-rata nilainya 0.8 dari nilai maksimum 2, keluwesan (flexibility) rata-rata nilainya 3.26 dari nilai maksimum 6, keaslian (originality) rata-rata nilainya 0.89 dari nilai maksimum 2, dan penguraian (elaboration) rata-rata nilainya 1.03 dari nilai maksimum 3. Rata-rata nilai keempat aspek berfikir divergen tersebut dimasukan dalam persamaan 3.6 sebagai nilai indeks prestasi kelompok kelancaran sebesar 40% dengan kategori kurang lancar sesuai tabel 3.8, nilai indeks prestasi kelompok keluwesan sebesar 54.33% dengan kategori kurang luwes sesuai tabel 3.8, nilai indeks prestasi kelompok keaslian sebesar 44.5% dengan kategori kurang asli sesuai tabel 3.8,

3 dan nilai indeks prestasi kelompok penguraian sebesar 34.33% dengan kategori kurang menguraikan sesuai tabel 3.8. Supriadi (2001, hal. 16) mengasumsikan tentang kreativitas menjadi beberapa asumsi yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, salah satunya adalah setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas dan yang diperlukan adalah bagaimanakah mengembangkan atau meningkatkan kreativitas tersebut. Devito 1971 halaman 213-216 (Supriadi, 2001, hal. 16) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan dan dipupuk. Dalam nada yang sama, Piers 1976 halaman 268 (Supriadi, 2001, hal. 16) mengemukakan All individuals are creative in diverse ways and different degrees. Kreativitas atau berpikir kreatif tentunya tidak dengan sendirinya meningkat atau berkembang, tetapi melewati beberapa langkah proses kreatif. Wallas 1926 (Munandar, 2002, hal. 27) menyampaikan langkah-langkah proses kreatif yang sampai sekarang masih banyak diterapkan dalam peningkatan kreativitas meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pendekatan pembelajaran yang memiliki langkah-langkah proses kreatif adalah pendekatan science, technology, and society (STS). Dass 1999 (Raja, 2009) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas dalam pendekatan STS. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan. Fase invitasi sama dengan tahap persiapan pada proses kreatif, yaitu fase mengidentifikasi situasi dari berbagai macam persepsi siswa atau mempersiapakan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir. Fase eksplorasi sama dengan tahap inkubasi dan tahap iluminasi pada proses kreatif, yaitu kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak dilanjutkan yang pada akhirnya timbul wawasan dan inspirasi atau gagasan baru. Fase pengajuan penjelasan dan solusi sama dengan fase verifikasi

4 pada proses kreatif, yaitu tahap ide atau kreasi baru dikomunikasikan dan meminta solusi sebagai pengujian terhadap realitas. McCormack dan Yager 1989 (Yager, 2006, hal. 249) mengembangkan taksonomi pembelajaran IPA pada pembelajaran dengan pendekatan STS menjadi lima domain, yaitu domain pengetahuan, domain proses sain, domain kreativitas, domain sikap, dan domain penerapan. Oleh karena itu, kreativitas yang perlu diterapkan dalam kurikulum sekolah, tetapi masih kurang dimiliki peserta didik sesuai studi pendahuluan dapat ditingkatkan dengan fase-fase pendekatan STS. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul Peningkatan Kreativitas Siswa Setelah Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan STS (Science, Technology, and Society). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kreativitas siswa setelah diterapkan pendekatan STS pada pembelajaran fisika? 1.3. Batasan Masalah Masalah yang dikembangkan pada penulisan ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah yang dikaji. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, batasan masalahnya adalah kreativitas didefinisikan berdasarkan salah satu dimensinya the Four P s of Creativity (Rhodes 1961 dalam Munandar, 2002: 20) yaitu produk. Kreativitas yang diukur menekankan pada dimensi kognitif (berpikir kreatif) dan dikategorikan berdasarkan berpikir divergen yang mencakup lima aspek (Guilford dalam Supriadi, 2001: 7) yaitu: (1) fluency (berpikir lancar); (2) flexibility (berpikir luwes); (3) originality (orisinalitas berpikir); (4) elaboration (penguraian), dan (5) keterampilan menilai (evaluation). Namun keterampilan

5 menilai (evaluation) tidak diukur karena terlalu tinggi buat siswa untuk membuat patokan penilaian dan menentukan suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang peningkatan kreativitas siswa setelah diterapkan pendekatan STS (Science, Technology, and Society) pada pembelajaran fisika. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh pendekatan STS (Science, Technology, and Society) terhadap kreativitas siswa. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat terutama: 1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan pendekatan STS untuk meningkatkan kreativitas siswa. 2. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar tidak hanya meningkatkan kognitif siswa melainkan krativitas juga ditingkatkan. 3. Bagi Siswa Meningkatkan kreativitas siswa dalam menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan melalui pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif. 4. Bagi Guru atau Calon Peneliti Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

6 5. Bagi Peneliti Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien. 1.6. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dari penulisan skripsi ini terdiri dari pendahuluan, kajian teoritis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan. Bab 1 yaitu pendahuluan tentang latar belakang penelitian yang memaparkan konteks penelitian yang dilakukan, identifikasi perumusan masalah yang memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil peneliti yang dilakukan, dan struktur organisasi. Bab II adalah bagian kajian pustaka/landasan teoretis yang memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Melalui kajian pustaka ditunjukkan the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Teori yang dikaji dalam penelitian ini adalah teori belajar, pendekatan science, technology, and society (STS) dan konsep kreativitas. Bab III tentang metode penelitian yang dilakukan, bagian ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni bagian yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti merancang alur penelitiannya dari mulai terdiri dari desain penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian, prosedur penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan

7 bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya Bab V ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.