BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semaksimal mungkin dalam waktu sesingkat mungkin sehingga biaya operasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB III MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah dimuliabiakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang dikenal sejak tahun 1970- an dan berasal dari persilangan berbagai bangsa ayam. Ayam broiler mampu mewujudkan tujuan peternak pada umumnya yaitu meningkatkan bobot semaksimal mungkin dalam waktu sesingkat mungkin sehingga biaya operasional dapat diminimalkan (Jayanta dan Harianto,2011). Broiler mempunyai ciri tertentu seperti pertumbuhan yang cepat, mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik, pertumbuhan bulu cepat dan warna bulu yang dikehendaki putih atau warna terang lainnya (Amrullah, 2003). Berdasarkan tujuan pemeliharaannya, biasanya disebut ayam tipe pedaging dengan karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh dan kulit putih (Suprijatna et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas broiler antara lain kesehatan, suplai pakan, kandungan nutrisi pakan, program pencahayaan, suhu, kelembaban, ventilasi, suplai air dan program vaksinasi (Aviagen, 2009). 2.2. Ransum Ransum merupakan bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan pakan dengan komposisi tertentu. Penggunaan ransum bertujuan untuk menjamin pertambahan bobot badan dan menjamin

4 produksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007). Penggunaan ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan. Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Ransum yang baik harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah berimbang (Rassol et al., 1999). Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi, ayam akan terus makan. Jika ayam diberikan makan dengan kandungan energi yang rendah maka ayam akan makan lebih banyak (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Kandungan nutrisi yang harus dipenuhi dalam ransum unggas adalah energi, protein, lemak, mineral, vitamin dan air (Anggorodi, 1995). Hal terpenting dalam penyusunan ransum pada ayam broiler adalah perbandingan antara kebutuhan protein dan kebutuhan energi dalam ransum. Rizal (2006) menyatakan bahwa standar energi ransum ayam pedaging pada periode starter adalah berkisar antara 2.800 3.200 kkal/kg dan untuk periode finisher energi metabolis sebesar 2.800 3.300 kkal/kg. Apabila ternak kekurangan energi, maka cadangan energi dalam tubuh akan digunakan dan apabila masih kurang maka protein yang digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah dan untuk membantu fungsi-fungsi vital lainnya. Protein dalam ransum unggas sebagai sumber asam amino yang penting bagi tubuh ternak (Wahju, 2004). Asam amino esensial yang dibutuhkan dalam ransum broiler antara lain adalah

5 lisin dan methionin. Standar kebutuhan lisin dan methionin dalam ransum untuk umur 0-3 minggu adalah 1,1% lisin dan 0,50% methionin dan umur 3-6 minngu 1,0% lisin dan 0,38% methionin dari ransum (NRC, 1994). 2.3. Limbah Penetasan Limbah penetasan merupakan salah satu pakan nonkonvesional yang dapat digunakan sebagai pakan sumber protein pada ternak unggas. Limbah penetasan adalah semua sisa proses penetasan telur Parent Stock di Hatchery dalam bentuk padat, cair, dan gas setelah dipisahkan dari DOC Final Stock yang normal merupakan limbah yang dihasilkan oleh industri perunggasan yaitu breeding farm (Mahmud et al., 2015). Menurut Abiola et al.(2012) limbah penetasan yang dihasilkan oleh perusahaan penetasan diperkirakan sebanyak 23 kg dari 1.000 butir telur yang ditetaskan dengan kelembaban 55-60%. Pengolahan limbah penetasan dapat dilakukan dengan berbagai proses seperti perebusan, pengeringan, pemanasan, fermentasi, autoklaf, iradiasi dan ekstrusi (Khan dan Bhatti, 2001). Perebusan limbah penetasan adalah cara yang murah dan mudah diaplikasikan peternak. Mehdipour et al. (2009) melaporkan bahwa pengolahan bahan mentah limbah penetasan yaitu dikeringkan pada suhu100ºc selama 5-8 jam. Proses ini tidak ditambahkan air kemudian digiling menjadi tepung. Proses pengolahan limbah penetasan menjadi tepung mengandung 3.987 kkal/kg energi metabolis, 83,2% bahan kering, protein kasar 24,31%, kalsium 25,62%, fosfor 1,47% dan abu 37,05%. Pengolahan limbah penetasan dengan cara

6 lain juga dilakukan oleh Shahriar et al. (2008), langkah awal yang dilakukan adalah mengurangi kandungan mikroba yang terdapat dalam limbah penetasan dengan cara memanaskan dalam autoclave pada suhu 100 0 C dengan tekanan sebesar 2,2 kg cm -2 selama 15 menit, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 0 C selama 24 jam dan dikeringkan mempunyai kandungan nutrisi EM 3.520 kkal/kg, PK 32,11%; LK 27,61%; SK 2,35%; abu 0,56%; fosfor 21,45% dan kalsium 28,55%. Perpaduan antara tepung ikan dengan tepung limbah penetasan ayam broiler dapat menyebabkan keseimbangan asam amino yang lebih baik dalam ransum (Rassol et al. 1999). Protein merupakan nutrien yang mengandung nitrogen dan keberadaannya dalam ransum sebagai protoplasma aktif sel hidup. Fungsi protein yang utama dalam tubuh adalah pertumbuhan bagi sel dan jaringan, memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan, bahan metabolisme penghasil energi, dan bahan baku pembentukan enzim dan hormon (Sukamto, 2012). Asam amino esensial yang dibutuhkan dalam ransum broiler antara lain lisin dan methionin (Wahju, 2004). Kandungan asam amino esensial yang terkandung dalam bahan pakan sumber protein hewani dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Asam Amino Bahan Pakan Sumber Protein Hewani Asam Amino Tepung Ikan 1) Tepung Limbah Penetasan 2) Poultry Meat Meal 3) ---------------------------------(%)--------------------------------- Protein kasar 60,00 33,13 56,48 Lisin 4,51 1,47 3,93 Methionin 1,63 0,67 1,63 Keterangan : 1) NRC (1994); 2) Desmukh et al(1997); 3) Muktiani dan Prastiwi(2014).

7 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kandungan lisin dan methionin dalam tepung limbah penetasan ayam broiler masih lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan, namun kandungan asam amino ini bisa saling melengkapi. Pemberian pakan sumber protein yang berbeda akan meningkatkan performa unggas yang disebabkan sifat saling melengkapi. Jenis protein sederhana dalam ransum dapat defisien akan satu atau lebih asam amino, akan tetapi untuk jenis protein lainnya dapat tersedia cukup asam amino, kedua macam protein tersebut satu dengan lainnya dapat menutupi kekurangan itu (Anggorodi, 1995). Kandungan beberapa asam amino esensial penting seperti lisin dan methionin cukup tersedia dalam tepung limbah penetasan ayam broiler (Khan dan Bhatti, 2001). Berdasarkan penelitian sebelumnya diperoleh fakta bahwa tepung limbah penetasan ayam broiler memiliki kandungan nutrisi yang bagus dan seimbang termasuk asam amino, asam lemak dan ketersedian Ca dan P yang tinggi (Shahriar et al., 2008). Rassol et al. (1999) menyimpulkan bahwa perpaduan antara tepung ikan dengan tepung limbah penetasan dapat menyebabkan keseimbangan asam amino yang lebih baik dalam ransum. Dilihat dari performa juga menunjukkan hasil pertumbuhan dan efisiensi pakan yang baik pada ransum yang mengandung 12% tepung limbah penetasan ayam broiler yang mempunyai kandungan nutrisi yang mirip dengan tepung ikan. 2.4. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak dalam 1 hari, jumlah pakan yang diberikan tersebut dikurangi jumlah sisa

8 pakan yang diberikan dan pakan yang tercecer (g/ekor/minggu) yang dihitung selama penelitian (Scott et al., 1992). Konsumi merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Tillman et al., 1998). Jumlah konsumsi ransum merupakan faktor yang penting untuk menentukan jumlah nutrisi yang didapat oleh ternak dan selanjutnya memengaruhi tingkat produksi (Rassol et al., 1999). Konsumsi ransum berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan sehingga konsumsi perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler. Wahju (2004) menyatakan bahwa perbedaan konsumsi dan perbedaan kecernaan makanan yang berhubungan dengan absorbsi zat makanan yang melalu dinding usus mempengaruhi konversi pakan karena semakin banyak zat makanan yang terabsorbsi semakin baik pertumbuhan ternak tersebut. Peningkatan kandungan energi metabolisme harus diikuti oleh peningkatan kandungan protein, ini disebabkan pada tingkat energi yang tinggi konsumsi ransum akan mengalami penurunan, sehingga perlu meningkatkan kadar protein agar tetap terpenuhi. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum, kandungan energi, zat-zat nutrisi dan kecepaatan pertumbuhan (Mide dan Harfiah, 2013). Wahju (2004) menyatakan bahwa konsumsi ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan sebesar 1.860 g untuk jantan dan 1.460 g untuk betina.

9 2.5. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan diukur dari selisih bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal. Pertambahan bobot badan menggambarkan kemampuan ayam dalam mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging (Yasmin, 2002). Hassan dan Bashir (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel sel tubuh dimana pertumbuhan itu mencakup adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan peningkatan bulu, kulit dan organ dalam. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan salah satunya adalah protein dimana fungsi protein sebagai unsur pembentuk jaringan tubuh, maka banyaknya konsumsi yang masuk kedalam tubuh ayam mengakibatkan pakan terserap oleh tubuh sehingga pembentukan tubuh (Scott et al., 1992). Periode pertumbuhan ayam broiler dibagi menjadi 2 yaitu periode starter dan periode finisher. Periode starter pada ayam broiler dimulai sejak umur 1 hari sampai umur 21 hari dan periode finisher dimulai sejak umur 21 hari sampai panen (Suprijatna et al., 2008). Energi yang berlebihan pada pakan akan berpengaruh terhadap konsumsi sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertambahan bobot badan. Sehingga harus memperhatikan imbangan protein dan energi dalam ransum ayam broiler. 2.6. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama penelitian ayam

10 broiler(amrullah, 2003). Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan bobot. Faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, temperatur, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat aditif, faktor penggunaan pakan dan penerangan. Menurut Sufriyanto dan Indradji (2001), penggunaan air minum campuran enzim dan probiotik pada ayam umur 3 5, 14, 21, 28 dan 35 hari mempunyai nilai konversi ransum sebesar 1.826. Standar perfomans mingguan ayam broiler strain Lohmann disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Perfomans Mingguan pada Ayam Broiler Strain Lohmann PT Japfa Comfeed Indonesia 2012 Umur Rata-rata Bobot Badan Konsumsi Ransum ---- (minggu) --- -------------------- (g/ekor)----------------- 0 40 0 1 200 180 2 500 550 3 960 1.180 4 1.550 2.180 5 2.350 3.670 Konversi Ransum 0,00 0,90 1.100,00 1.229,00 1.406,00 1.562,00 Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya ransum, semakin tinggi angka konversi ransum maka biaya ransum akan meningkat, karena jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Tinggi rendahnya nilai konversi ransum sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh ayam broiler (Zahra et al., 2012). Ayam yang semakin besar

11 akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang.