BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Guru

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam. pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik. berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan khususnya. Salah satu bentuk perhatian khusus terhadap pendidikan adalah memperbaiki proses pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru sebagai pengelola pembelajaran sekaligus perancang pengajaran berperan mengelola seluruh proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara aktif, efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2005 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

2 mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Proses kegiatan pembelajaran menuntut guru untuk membimbing, mengarahkan, memfasilitasi dan mengevaluasi siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut guru harus menerapkan strategi pembelajaran aktif, karena pembelajaran aktif merupakan proses kegiatan belajar yang menumbuhkan suasana yang menyenangkan sekaligus membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran aktif yaitu strategi Make A Match. Strategi tersebut termasuk strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Tujuan strategi pembelajaran kooperatif juga dapat membentuk anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Proses pendidikan, khususnya di Indonesia selalu mengalami suatu penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan suatu produk atau hasil yang berkualitas. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik. Kemampuan profesional guru amat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Kegiatan perbaikan dalam pembelajaran adalah salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan. Suatu pemberian bantuan di dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan. Bukan sekedar kegiatan yang timbul karena inisiatif guru pada saat tertentu dan secara kebetulan menemukan kesulitan belajar siswa.

3 Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMAN 1 Merbau Mataram Lampung Selatan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan (SKL) merupakan tujuan utamanya. Selain itu kurikulum SMAN 1 Merbau Mataram Lampung Selatan dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik merupakan posisi sentral yang harus diperhatikan untuk dikembangkan kompetensinya. Setiap peserta didik harus dapat memanfaatkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Pada awalnya kegiatan pembelajaran dipahami sebagai suatu kegiatan dalam upaya menstransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswanya. Dengan paradigma tersebut siswa dianggap sebagai botol kosong belaka yang hanya sekedar menerima segala sesuatu hal yang diberikan guru melalui kegiatan pembelajaran, sehingga tercipta situasi yang cenderung menjadikan siswa pasif, tidak kreatif dan miskin inovasi. Perkembangan paradigma pembelajaran berikutnya memaknai pembelajaran sebagai kegiatan mengorganisasi aktivitas kelas. Guru lebih memposisikan diri sebagai organisator yang mengorganisasikan seluruh aktivitas kelas. Siswa mulai diberdayakan melalui aktivitasnya dalam proses pembelajaran. Perkembangan selanjutnya memaknai pembelajaran sebagai suatu aktivitas yang dapat membuat peserta didik mau belajar. Proses pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa. Dalam konteks ini paradigma pembelajaran yang digunakan adalah konstruktivisme yaitu pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa dalam kegiatan belajar, sedangkan guru hanya sebagai

4 fasilitator yang mengarahkan dan membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru walaupun memiliki pengalaman mengajar yang cukup panjang, guru perlu menerapkan inovasi dalam menjalankan tugas profesional mereka. Inovasi dalam menjalankan tugas akan menghindari guru dari kegiatan rutin yang terus menerus yang menyebabkan kejenuhan. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan kualitas pembelajarannya. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa kelemahan pembelajaran PKn terletak pada proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa untuk berfikir, agar dapat membentuk suatu konsep sendiri berkaitan dengan materi yang dibahas. Pembelajaran PKn masih kurang memberikan aktivitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis. Metode pembelajaran yang cenderung hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab menyebabkan kurangnya aktivitas siswa untuk berfikir kritis pada pembelajaran PKn. Dalam penelitian yang dilaksanakan terhadap pembelajaran di kelas, guru lebih mendominasi pada pembelajaran di dalam kelas. Aktivitas siswa hanya mengamati dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Agar lebih menghidupkan suasana pembelajaran terkadang guru mangajukan pertanyaan kepada siswa, tetapi pertanyaan tersebut pada dasarnya hanya untuk melatih kemampuan siswa dalam hal menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga peran guru seharusnya memfasilitasi siswa untuk berpikir secara analitis agar siswa dapat berperan aktif, kreatif dan tanggap akan berbagai

5 masalah yang ada serta dapat mencari solusi yang tepat berdasarkan pengetahuan yang siswa peroleh dari materi pelajaran yang dipelajarinya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Khususnya dalam hal ini adalah model penunjang pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Supaya siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kelas. Siswa juga lebih mudah dalam menerima atau memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Penerapan rencana pembelajaran yang kurang bervariasi yakni antara lain masih menggunakan metode ceramah pasif sehingga siswa memiliki kecenderungan bersifat pasif. Pembelajaran yang diterapkan kurang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung mendapatkan pengalaman belajar. Pembelajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, baik dari segi metode maupun media pembelajaran, suasana kelas yang pasif dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pembelajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan kurang antusiasnya mengikuti pelajaran dan lebih banyak yang ribut sehingga suasana kelas yang tidak bergairah. Hal-hal tersebut berdampak pada prestasi belajar PKn yang cukup banyak berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

6 Kurang maksimalnya perolehan prestasi belajar PKn siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Nilai Hasil Ulangan Harian Materi Sikap keterbukaan dan keadilan siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Merbau Mataram Tahun 2010/2011 Kelas XI IPA Kelas XI IPS1 Kelas XI IPS2 Keterangan Jml.siswa % Jml.siswa % Jml.siswa % 31 86,2 20 55 22 61 Tuntas 5 13,8 16 45 14 39 Belum tuntas Sumber: Guru PKn SMAN 1 Merbau Mataram Tahun 2010/2011 Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa XI IPS lebih banyak yang mempunyai nilai dibawah KKM dari pada kelas XI IPA, tetapi secara keseluruhan masih banyak siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (65) atau mengikuti remedial. Hal ini karena strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran belum tepat. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, karena cenderung berorientasi pada selesainya materi pembelajaran bukan ketercapaian indikator sehingga guru tidak sempat untuk mengecek ketercapaian indikator. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif. Guru tidak mengadakan inovasi pembelajaran, jarang memberi kesempatan kepada siswa untuk interaktif dan mengeksplorasi diri, dan pelaksanaan pembelajaran tak sesuai dengan rencana pembelajaran serta evaluasi tidak terprogram. Selain itu materi hubungan internasional dan organisasi internasional, mempunyai kompetensi dasar diantaranya ; mendeskripsikan pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu negara, menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional, menganalisis fungsi perwakilan diplomatik, mengkaji peranan organisasi internasional dalam meningkatkan hubungan internasional dan menghargai kerjasama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi

7 Indonesia. Materi ini termasuk sulit dalam pembelajaran PKn dikelas XI IPS. Halhal tersebut mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Mengingat kondisi siswa tersebut diatas maka perlu ada suatu tindakan yang dapat memberikan peningkatan prestasi belajar siswa. Selama ini siswa yang aktif cenderung untuk terus aktif, sedangkan yang lain kurang aktif. Selain itu peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dengan demikian diperlukan kreativitas guru PKn dalam merencanakan dan menentukan metode pembelajaran dan menciptakan suasana yang membuat siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran. Satu di antara metode yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik oleh guru adalah metode pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran menggunakan metode kooperatif dalam pembelajaran maka diharapkan prestasi belajar PKn siswa dapat ditingkatkran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat. Penerapan pembelajaran kooperatif pada peserta didik akan membuat mereka terlibat dalam pembelajaran melalui interaksi dengan guru dan teman, serta akan merangsang pemikiran mereka yang terlibat pembelajaran sehinrgga kegiatan dan usaha mereka lebih produktif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki ciri menonjol yaitu pengelompokan heterogenitas (keaneka ragaman) yang dapat terdiri dari keanekaragaman gender, agama, sosial, etnik, budaya serta kemampuan akademis. Menurut Lie ( 2008:54) Make a Match merupakan salah satu model dari metode

8 pembelajaran kooperatif yang sederhana dan peserta didik dapat belajar mengenai suatu konsep atau materi dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai peningkatan prestasi siswa, dengan fokus pada model Make a Match. Penelitian pada upaya meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas XI IPS 1 dan kelas IPS2 dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match di SMAN 1 Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan pemikiran sebagaimana diuraikan tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah diantaranya sebagai berikut : 1. Prestasi belajar PKn kelas XI IPS SMAN 1 Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 masih rendah karena kurangnya penerapan model pembelajaran. 2. Desain RPP yang dibuat guru belum sesuai dengan materi yang akan dibelajarkan. 3. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru masih terbatas pada penilaian tes tertulis dan tes lisan 4. Aktivitas belajar siswa rendah, hanya terbatas pada aktivitas mendengarkan penjelasan guru. 5. Belum diterapkannya model pembelajaran Make a Match pada siswa 6. Guru dalam menyampaikan materi banyak menggunakan metode ceramah sehingga menjadi bosan, karena pembelajaran berpusat pada guru.

9 1.3 Pembatasan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah maka penelitian ini akan dibatasi pada : 1) Desain RPP yang dibuat guru belum sesuai dengan kebutuhan siswa 2) Aktivitas belajar siswa rendah hanya terbatas pada aktivitas mendengarkan penjelasan guru. 3) Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru masih terbatas pada penilaian tes tertulis dan tes lisan. 4) Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi hubungan internasional dan perjanjian internasional yang diraih siswa sangat rendah. 1. 4 Rumusan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka penelitian ini dapat dirumuskan yaitu : a. Bagaimanakah desain rencana pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Make a Match di SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011? b. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Make a Match di SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011?

10 c. Bagaimanakah pelaksanaan evaluasi guru pada pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Make a Match di SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011? d. Bagaimanakah upaya peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas XI IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match di SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk : 1. Mendesain RPP yang dapat diimplementasikan pembelajaran model Make a Match materi hubungan internasional dan perjanjian internasional dikelas XI IPS SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011. 2. Menganalisis pelaksanaan aktivitas pembelajaran model Make a Match dikelas XI IPS SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011. 3. Menganalisis hasil evaluasi pembelajaran model Make a Match dikelas XI IPS SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011. 4. Menganalisis peningkatan prestasi belajar materi hubungan internasional dan organisasi internasional melalui pembelajaran model Make a Match dikelas XI IPS SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan 2010 / 2011.

11 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori-teori yang sudah ada, penerapan model pembelajaran kooperatif model Make a Match untuk meningkatkan prestasi belajar materi hubungan internasional dan organisasi internasional dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan, khususnya pada kawasan desain dan pengelolaan pembelajaran, sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan pada peserta didik, terutama dalam pembelajaran materi hubungan internasional dan organisasi internasional. 1.6.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut : 1. Bagi siswa adalah untuk meningkatkan prestasi belajar materi hubungan internasional dan organisasi internasional siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Merbau Mataram Lampung Selatan melalui pembelajaran model Make a Match. 2. Bagi guru adalah mendapat pengalaman langsung tentang pembelajaran model Make a Match sehingga menjadi lebih kreatif dalam memotivasi ssiswa, dan prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. 3. Bagi sekolah adalah memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah khususnya di SMA Negeri 1

12 Merbau Mataram Lampung Selatan dan kualitas pendidikan pada umumnya.