PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Dewasa ini, 25 persen dari PDB dan 60 persen angkatan kerja merupakan kontribusi dari sektor ini. Karena perannya yang besar dalam perekonomian, sektor pertanian mendapat banyak perhatian dari pemerintah, terutama dalam bentuk pembiayaan proyek pertanian, subsidi, serta peraturan-peraturan pajak bagi sarana, dan hasil produksi pertanian Kelapa Dalam atau Cocos nucifera, adalah tumbuhan palma pantai pohonnya mencapai ketinggian 30 m, tanaman yang berusia cukup tua, yang banyak tersebar di seluruh daerah tropika, dan pada permulaan tarikh masehi sudah dikenal dan dimanfaatkan orang dalam kihidupan sehari-hari dan selanjutnya telah diusahakan orang sebagai barang dagangan berbagai tempat, baik keluar negeri seperti India, Sri Langka, dan ataupun di kepulauan Nusantara (Indonesia). Karena di Asia dan di sekitar lautan pasifik, kelapa memang sudah merupakan tanaman penting yang dikenal orang (Soekardi, 2012:2). Perkebunan kelapa di Provinsi Gorontalo memiliki kontribusi dan peran strategis hampir pada semua bidang kehidupan, yaitu dibidang ekonomi, pangan, dan lingkungan, dimana saat ini pohon kelapa dalam telah dijadikan naungan bagi komoditi lain untuk dalam rangka optimalisasi lahan yang dikenal dengan model (Mix farming commodity). Dimana dalam setiap kegiatan atau proses produksi kelapa dalam hal ini akan lebih meningkatkan produktivitas kelapa bagi para petani yang di sekitar Provinsi Gorontalo. Kabupaten Gorontalo Kelapa Dalam juga merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak diusahakan oleh petani. Dapat dilihat dari luas areal produksi perkebunan kelapa sejak tahun 2009 mencapai 3,801.93 ha, tahun 2010 mencapai 4,551.93 ha dan tahun 2011 mencapai 4.144 ha, sedangkan tahun 2012 mencapai 4.064 ha (Dinas Pertanian dan Perkebunan, 2012). Dilihat dari data produksi di Kabupaten Gorontalo kelayakan menunjukkan usaha produksi tanaman kelapa masih cukup layak untuk dikembangkan. Kecamatan Limboto terdapat salah satu desa yang potensial untuk pegembangan Kelapa Dalam di Desa Bionga. Tanaman kelapa Dalam ini menjadi salah satu lahan perkebunan yang diusahakan sebagai penopang kehidupan. Desa ini juga merupakan salah satu sentra produksi kelapa dalam. Hal ini dapat ditunjukan dari data produksi yang ada di Desa Bionga pada tahun 2012 Luas Panen 145.80 ha, Produksi 3.5 ton dengan harga Rp 4500/kg (BPS, 2013). Informasi tentang kelayakan usahatani kelapa dalam khususnya di Kecamatan Limboto sepengetahuan penulis belum ada. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian untuk mengungkapkan hal ini dalam rangka pengembangan kelapa dalam di Kecamatan Limboto khususnya di Kabupaten Gorontalo pada umumnya. Berdasarkan uraian ini, maka akan dilakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. 1
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan yaitu: 1. Apakah usahatani kelapa dalam yang ada di Desa Bionga secara finansial layak untuk diusahakan? 2. Berapa tahun waktu pengembalian investasi yang dilakukan petani dalam usahatani kelapa dalam? Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan menggunakan metode survey. Survey merupakan pengumpulan data berdasarkan wawancara dan observasi sesuai dengan fakta yang berlangsung. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Lokasi tersebut merupakan satu sentra produksi tanaman kelapa yang ada di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan April sampai dengan bulan Juni tahun 2013. Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel ini menggunakan Tehnik Sampling Jenuh atau sensus. Dimana keseluruhan populasi dijadikan sampel. Seluruh petani kelapa dalam sebanyak 43 orang petani sehingga tehnik penarikan sampel menggunakan metode sensus/jenuh, karena jumlahnya yang sedikit sehingga yang menjadi responden adalah seluruh populasi yaitu 43 orang petani. Tehnik Analisis Data Data yang dikumpulkan diklasifikasikan, diolah dan dianalisis dengan menggunakan: 1. Analisis kelayakan investasi yang meliputi: a. Analisis NPV adalah adalah merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan. Kriteria NPV : Kriteria ini mengatakan bahwa usaha usaha akan dipilih apabila NPV > besar 0, dengan demikian jika suatu mempunyai nilai NPV < 0 maka usaha tidak akan dipilih atau tidak layak untuk dijalankan. 2
NPV = = Bt Ct Kt ( 1 + i )t b. Analisis IRR adalah merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan demikian, IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kriteria IRR : Mmemberikan pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila nilai IRR > Social Discount Rate, begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < Sosial Discount Rate maka usaha sebaiknya tidak dijalankan atau tidak layak. NPV 1 IRR = i1 + x ( i2 i1 ) NPV1 NPV2 c. Analisis Net B/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara benefit bersih dari tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent valuekan. Kriteria Net B/C Ratio : Kriteria ini member pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila Net B/C Ratio > 1, dan begitu sebaliknya, bila suatu usaha memberikan hasil Net B/C Ratio < 1 usaha tidak akan dipilih atau tidak layak untuk dijalankan. Bt (1 + i)t ( ) d. Profitability Ratio (PR) Secara matematis Profitability Ratio (PR) dapat dirumuskan sebagai berikut: PV dr ( Gross Benefit O&M ) PR = PV Biaya Investasi 2. Analisis Pengembalian Investasi a. Payback Period, merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi yang akan dibayarkan melalui keuntungan yang diperoleh 3
proyek. Semakin cepat waktu pengembalian semakin baik untuk diusahakan. PP = I Ab HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Usahatani Kelapa Dalam Tanaman kelapa dalam di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo adalah tanaman multi fungsi yang bisa menopang kebutuhan masyarakat. Kelapa juga dijuluki pohon kehidupan, karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan, selain buahnya dijadikan bahan baku pembuatan minyak, batangnya pun bisa dijadikan bahan baku. Dilihat dari tingkat produksi kelapa dalam ini cukup besar walaupun sebenarnya tingkat produksinya mencapai total produksi sebanyak 1.5 ton/ha pertahun. Apabila dilihat dari segi umur produktif tanaman kelapa dalam berada pada usia tanaman 10 sampai 50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi atau buah kelapa dihasilkan dalam 1 pohon. Dalam 1 pohon kelapa menghasilkn 25 sampai 40 biji permusim. Dari lapisan kulit yang terluar dan terdalam buah kelapa ini terdapat lapisan sabut, dan selajutnya ada tempurung yang melapisi buah kelapa dan air kelapa memiliki nilai gizi yang tinggi. Sementara sabutnya bisa dibuat untuk tali, karpet, dan sikat. Sementara dagingnya dapat dimanfaatkan untuk santan masakan dan pembuatan minyak goreng. Bila dikeringkan buah kelapa akan menjadi kopra, yakni daging buah kelapa yang sudah dikeluarkan dari tempurungnya kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Kopra inilah yang kemudian dijadikan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng. Tanaman kelapa tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian yang optimal 0-450 m. Pada ketinggian 450-1000 m. Syarat pohon induk adalah berumur 10-50 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun). Analisis Finansial Suatu usaha yang dijalankan dalam jangka panjang biasanya perlu diketahui kelayakannya dengan menggunakan alat analisis kelayakan finansial atau alat kriteria investasi. Alat kriteria investasi antara lain, yaitu Analisis NPV, Gross B/C Ratio, B/C Ratio, Profability Ratio dan IRR. Lebih jelasnya masing-masing analisis kelayakan finansial usahatani kelapa dalam dapat di lihat pada Tabel 10 analisis berikut. 4
Tabel 10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Uahatani Kelapa Dalam di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, 2013 No Analisis Finansial Nilai Kriteria 1 NPV 16,4 > 0 layak untuk diusahakan 2 Gross B/C Ratio 1,2 > 1 layak/menguntungkan 3 Net B/C Ratio 1,3 > 1 layak/menguntungkan 4 Profability Ratio 1,7 > 1 layak 5 IRR 23,09% > tingkat suku bunga layak Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 10. Di atas diperoleh bahwa hasil analisis kelayakan Finansial adalah sebagai berikut : 1. Analisis NPV Pada analisis kelayakan finansial usahatani kelapa dalam diperoleh hasil perhitungan NPV dengan tingkat suku bunga sebesar 15% menghasilkan nilai NPV sebesar 16,4 (Rp. 16.400.000) yang berarti usahatani ini layak untuk dikembangkan karena menghasilkan nilai positif atau lebih dari 0. Seperti yang di jelaskan dalam teori menurut Pudjosumarto (1988:46) yang menyatakan bahwa NPV ( Net Present Value) adalah merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan. 2. Analisis Gross B/C Ratio Pada analisis kelayakan finansial usahatani kelapa dalam menghasilkan nilai Gross B/C Ratio sebesar 1,2 atau > 1, dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sehingga usahatani kelapa dalam layak untuk dilanjutkan. Seperti yang dijelaskan dalam teori menurut Pudjosumarto (1988:48) yang menyatakan bahwa Gross B/C Ratio merupakan perbandingan ratio dari jumlah benefit kotor dengan biaya kotor yang telah dipresent valuekan. 3. Analisis Net B/C Ratio Analisis Net B/C yang dihasilkan dalam usahatani kelapa dalam adalah sebesar 1,3 atau > 1, dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sehingga usahatani kelapa dalam layak untuk dilanjutkan. Seperti yang dinyatakan dalam teori Gittinger (1986:90) B/C Ratio adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value. 4. Profitability Ratio (PR) Hasil analisis PR menunjukkan bahwa usahatani kelapa dalam layak untuk terus diusahakan atau dikembangkan, karena nilai dari PR lebih dari satu yaitu 1,7. Hal ini sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Gittinger (1986:9 2), apabila PR > 1 5
maka usaha ini layak untuk dilaksanakan, akan tetapi jika PR < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 5. Analisis IRR Untuk mengetahui sejauh mana usahatani kelapa dalam ini dapat memberikan keuntungan, digunakan analisis IRR. IRR dinyatakan dalam persen (%) yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu usaha. Pada usahatani kakao ini diperoleh IRR 23,09 %, yang menunjukkan bahwa investasi pada tingkat suku bunga bank (DF) 15 persen layak dan menguntungkan, dijelaskan dalam teori Gray (2012:172) E. Analisis Pengembalian Investasi (Payback Period) Hasil analisis pengembalian investasi (payback period) pada usahatani kelapa dalam di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Analisis Pengembalian Investasi ( Payback Period) Usahatani Kelapa Dalam Di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, 2013 Tahun Rata-Rata Cost / Tahun Total Benefit / Tahun 2003 860.000.000 0 2004 0 0 2005 0 0 2006 0 0 2007 210.000.000 17.200.000 2008 0 19.780.000 2009 0 21.500.000 2010 0 21.500.000 2011 0 19.350.000 2012 0 17.200.000 Jumlah 1070.000.000 116.530.000 Payback Period : 9,1 Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 11 di atas Payback Period diketahui bahwa jangka waktu pengembalian modal investasi yang diperlukan dalam usahatani kelapa dalam adalah 9 tahun 1 bulan. Seperti yang dijelaskan oleh Pasaribu (2012:17), bahwa paybackperiod (PBP) adalah merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya -biaya yang telah dikeluarkan. Analisis payback period daam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan 6
investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara finansial usahatani kelapa dalam di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo layak untuk diusahakan dengan nilai Gross B/C Ratio (1,2), Net B/C Ratio (1,3), NPV Rp. 16,4 Juta, PR (1,7) IRR (23,09%). 2. Waktu pengembalian investasi usahatani kelapa dalam di Desa Bionga adalah 9,1 atau 9 tahun 1 bulan. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka disarankan : 1. Agar petani mengusahakan tanaman kelapa dalam karena tanaman ini layak untuk digunakan di lihat dari hasil analisis NPV, B/C Ratio, PR dan IRR. 2. Diharapkan kepada pemerintah daerah setempat atau Dinas Pertanian dan Perkebunan kiranya dapat membantu petani yang ada di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. 3. Bagi pemerintah disarankan lebih memperhatikan rakyat 4. Untuk mendukung agar kegiatan usahatani kelapa dalam di Desa Bionga dapat lebih menguntungkan maka diperlukan adanya suatu wadah (koperasi) yang menyediakan sarana dan prasaran produksi. 7
DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian di Indonesia, Penerbit PT Kompas Media Nusantara Jl. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta. BPS Kabupaten Gorontalo.2012. Luas Lahan dan Produksi Kelapa Untuk Wilayah Kecamatan Limboto Baruwadi, Mahludin. 2008. Ekonomi Kelapa, PT Ung Press Indonesia Gittinger. 1968. Analisa Ekonomi Proyek, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Jakarta. Gray. 1991. Pengantar Evaluasi Proyek, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jl. Jayang Prawiran 21-23 Yokyakarta. Kasmir, Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis, PT Prenada Media Group, Jl. Tambra Raya no. 23 Rawamangan Jakarta. Malia. 2010. Kelayakan Sistem Usaha Tani Jagung, Ternak, Sapid an Kelapa di Sulawesi Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. Manurung. 2001. Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia, Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam. M, Yamin.2010. Kelayakan Sistem Integrasi Sapi dengan Perkebunan Kelapa S awit di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 Pasaribu. 2012. Perencanaan dan Evaluasi Agribisnis, PT Andi Offset, Jl. Beo 38-40 Yokyakarta. Pudjosumarto. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jl. Jayangprawiran 24-26 Jakarta. Rangkuti. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi, PT Gramedia Pustaka Utama Anggota Ikapi, Jakarta. Soekardi. 2012. Pemanfaatan dan Pengelolaan Kelapa, Cv Yrama Widya, Jl. Permai 28 no 100, Margahayu Permai Bandung. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani, Universitas Indonesia (UI-Press) Jl. Salemba Raya 4 Jakarta. 8
9