16 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 April 2011, bertempat di rumah kaca Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, media tanam (tanah, pasir, kompos), pupuk NPK 5 gram, inokulum mikoriza mycofer (gigaspora dan margarita) 5 gram, aquades, KOH 10%, larutan staining, larutan HCl 2% dan benih longkida (N. orientalis). Benih longkida berasal dari pohon-pohon longkida yang tumbuh di rawa-rawa di sekitar kampus Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Alat yang digunakan adalah pinset, kaliper, sprayer, alat tulis, penggaris, kamera digital, kertas label, spidol, polybag 15 x 20, potray, bak penggenangan, tabung film, pengaduk, gunting, object glass, cover glass, saringan bertingkat, mikroskop. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Perkecambahan benih Longkida Tempat perkecambahan benih berupa mika kue berukuran 30x30 cm 3 dengan diberi tutup untuk mengurangi evapotranspirasi dan menjaga kelembaban media. Media yang digunakan untuk mengecambahkan benih longkida adalah pasir. Pasir tersebut di ayak dengan ayakan berukuran 1x1 mm 2 dan disterilisasi dengan cara disangrai selama ± 1 jam agar media terbebas dari jamur maupun penyakit. Media tersebut di masukkan kedalam mika kue setebal 3 cm dan disiram air untuk meningkatkan kelembaban media perkecambahan. Benih longkida di taburkan diatas media tersebut dengan campuran pasir terlebih dahulu dengan perbandingan antara benih dan pasir sebesar 1: 10.
17 mbar 1 Pencaampuran bennih dengan ppasir Gam Gambar 2 Media M pasir dalam d mika Gam mbar 3 Perkkecambahan benih longkkida 3.3.2 3 Penyaapihan Med dia yang digu unakan dalam m penyapihaan adalah tannah, pasir, dan d kompos dengan d perb bandingan 2 : 1 : 1. Penyyapihan dilakkukan dua taahap, pertam ma longkida
18 disapih kedalam potray pada saat longkida berumur 1 minggu, tingginya mencapai ± 1 cm serta memiliki 2 3 helai daun. Penyapihan kedua dilakukan ke dalam polybag berukuran 15 cm x 20 cm padaa saat longkida berumurr 3 minggu dan memiliki tinggi ± 3 cm serta memiliki daun sebanyak ± 5 6 helai. Pemberian inokulum mikoriza dilakukan pada saat penyapihan tahap kedua. Proses ini dilakukan dengan cara memberikan mikoriza kelubang tanam. Sedangkan pupuk NPK diberikan di sekeliling batang longkida. Penyapihann dilakukan pada sore hari untuk mengurangi laju evapotranspirasi kecambah yang disapih. Gambar 4 Semai Longkida siap sapih 3.3.3 Penggenangan Penggenangan dilakukan setelah longkida diberi perlakuan yaitu dengan pemberian mikoriza 5 gram setiap polybag, pemberian NPK 5 gram setiap polybag dan tanpa perlakuan. Bibit longkida yang sudah diberi perlakuan, digenang dalam air setinggi 3 cm diatas permukaan media tanam (setinggi 23 cm dari dasar bak penggenangan). Bibit yang digenangi kira-kira berumur ± 10 minggu setelah tanam, memiliki tinggi rata-rata ± 3 6 cm. Penempatan bibit longkida dalam bak penggenangan dilakukan secara acak.
19 Gambar 5 Bibit longkida dalam kondisi digenangi 3.3.4 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman longkida pada kondisi tergenang dilakukan penyemprota an fungisida setiap 2 minggu sekali, memberikan tambahan air setiap 2 minggu sekali untuk mempertaha ankan tinggi genangan dalam bak penggenang. Pemeliharaa an tanamann longkida pada kondisi tidak tergenangg meliputi penyiraman, penyemprotan fungisida, dan penyiangan secara rutin. Penyiraman dilakukan setiap hari (pagi dan sore) dengan menggunakan sprayer, tujuan dari penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban bibit. 3.3.5 Pengukuran dan pengamatan Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, ph air genangan, jumlah stomata, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk, berat kering total, nisbah pucuk akar dan kadar air tanaman, serta pemeriksaan kolonisasi fungi mikoriza pada akar longkida. Adapun teknis pengukuran dan pengamatan yang dilakukan sebagai berikut : 3.3.5.1 Tinggi semai Pengukuran tinggi semai dilakukan segera setelah penyapihan, selanjutnya pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali hingga longkida berumurr 8 minggu setelah penyapihan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang hingga
20 titik tumbuh pucuk semai, pangkal batang setiap tanaman ditandai dengan spidol warna hitam untuk memudahkan pengukuran tinggi tanaman. 3.3.5.2 Diameter semai Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada ketinggian ± 3 cm diatas pangkal batang, untuk memudahkan pengukuran, setiap batang tanaman ditandai dengan spidol warna putih. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai dari setelah penyapihan hingga tanaman berumur 8 minggu setelah penyapihan. 3.3.5.3 Jumlah daun semai Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap dua minggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun pada semai secara manual. Pengukuran dilakukan segera setelah penyapihan hingga tanaman berumur 8 minggu setelah penyapihan. 3.3.5.4 Pengukuran ph air 1. Pengukuran dengan kertas lakmus Pengukuran ph air dilakukan setiap 2 minggu sekali, pada saat sebelum dan sesudah dilakukan penambahan air genangan. Pengukuran ph dilakukan dengan menggunan kertas lakmus (7 14). Pengukuran dilakukan dengan cara mencelupkan kertas lakmus ke dalam bak penggenangan selama 15 menit, kemudian diangkat dan dikering anginkan kemudian mencocokan perubahan warna kertas lakmus tersebut dengan standart warna yang tersedia. 2. Pengukuran dengan ph meter digital Sebelum pengukuran dilakukan, ph meter di kalibrasi terlebih dahulu dengan cara mencelupkan pada larutan buffer ph 4 dan ph 7. Kemudian ph meter dicelupkan pada air genangan yang diukur dengan kedalaman ± 5 cm dan secara otomatis alat akan bekerja mengukur. Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil. 3.3.5.5 Jumlah Stomata Pengamatan jumlah stomata daun hanya dilakukan satu kali diakhir penelitian. Pengamatan dilakukan menggunakan kuteks yang ditempelkan di
21 bawah permukaan daun, setelah itu dilepaskan dan melakukan pengamatan di bawah mikroskop. Pengamatan hanya dilakukan pada masing-masing tanaman tergenang dan tidak tergenang. adapun langkah langkah mengamati jumlah stomata sebagai berikut: 1. Mengoleskan kuteks bening pada sisi bawah daun dan dibiarkan beberapa menit hingga kutek kering. 2. Menarik kuteks yang telah mengering dengan bantuan pinset secara hatihati dan meletakkan diatas gelas obyek dan menutup kembali dengan menggunakan kaca penutup. 3. Mengamatinya dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 10 x 40 dan kemudian dihitung jumlah stomata/mm 2 luas bidang pandang (mm 2 luas daun). 4. Menghitung luas bidang pandang (10 x 40) dengan meletakkan penggaris plastik berskala mm diatas meja obyek dan mengamati pada pembesaran 10 x 10. 5. Menghitung kerapatan stomata dan jumlah stomata dengan rumus sebagai berikut: Kerapatan stomata = jumlah stomata /luas bidang pandang Jumlah stomata = kerapatan stomata x luas daun 3.3.5.6 Berat Basah Akar dan Pucuk Pengukuran berat basah akar dan pucuk dilakukan setelah pengamatan selama 8 minggu selesai. Setelah dipanen, bagian tanaman yang berupa akar dan pucuk dipisahkan, kemudian masing-masing bagian ditimbang dengan timbangan Carturius. 3.3.5.7 Berat Basah Total Pengukuran berat basah total dilakukan bersamaan setelah panen. Berat basah total diperoleh dari jumlah berat basah bagian akar dan pucuk, seperti pada rumus berikut: Berat Basah Total (BBT) = Berat Basah Pucuk (BBP) + Berat Basah akar (BBA)
22 3.3.5.8 Berat Kering Akar dan Pucuk Pengukuran berat kering akar dan pucuk dilakukan setelah pengamatan tinggi dan diameter selama 8 minggu selesai. Setelah dipanen, bagian tanaman yang berupa akar dan pucuk dipisahkan kemudian dibungkus kertas koran untuk dioven pada suhu 100 C selama 24 jam atau sampai beratnya konstan. Setelah dioven maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kering akar dan pucuk tanaman dengan menggunakan timbangan Carturius. 3.3.5.7 Pengukuran Berat Kering Total Pengukuran berat kering total (BKT) ini dilakukan pada akhir pengamatan bersamaan dengan pengukuran Nisbah pucuk akar (NPA). Berat kering total (BKT) diperoleh dengan menjumlahkan secara langsung berat kering bagian pucuk dengan berat kering bagian akar, seperti pada rumus berikut: Berat Kering Total (BKT) = Berat Kering Pucuk (BKP) + Berat Kering akar (BKA) 3.3.5.8 Nisbah Pucuk Akar Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan berat kering pucuk semai dengan berat kering akar semai dalam bentuk persen (%), seperti pada rumus berikut: Nisbah Pucuk Akar = Berat Kering Pucuk x 100% Berat Kering Akar 3.3.5.9 Kadar Air Tanaman Kadar air tanaman ditentukan dengan membandingkan berat basah total dengan berat kering total dalam bentuk persen (%), seperti pada rumus berikut : Kadar Air Tanaman = Berat Basah Total Berat Kering Total x 100% Berat Basah Total 3.3.5.10 Pemeriksaan Kolonisasi Akar oleh FMA Pemeriksaan kolonisasi akar dilakukan dengan cara mengambil contoh akar yang muda (serabut) secara acak dari polybag kemudian dilakukan proses pembersihan dan pewarnaan akar. Menurut Setiadi et al. (1992), pemeriksaan kolonisasi akar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
23 1. Akar diambil dari polybag, kemudian contoh akar dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan semua kotoran yang menempel dan melepaskan semua miselium eksternal fungi. 2. Bagian akar muda (serabut) diambil dan dimasukan ke dalam tabung film dan direndam dalam larutan KOH 10%, dibiarkan sampai akar bewarna kuning bersih selama ± 2 minggu (setiap hari ganti KOH). 3. Setelah akar berwarna kuning bersih kemudian larutan KOH 10% dibuang dan akar dibilas dengan air sampai bersih. 4. Akar diasamkan dengan menggunakan HCl 2%, dibiarkan selama semalam sampai akar berwarna kuning jernih. 5. Larutan HCl dibuang dan diganti dengan larutan staining (gliserol, asam laktat dan aquades dengan perbandingan 2:2:1 dan ditambah Tryphan blue sebanyak 0,05%), kemudian dibiarkan selama semalam. 6. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan destaining (larutan staining tanpa Tryphan blue) dan dibiarkan selama semalam. 7. Akar di potong-potong sepanjang ± 1cm, lalu disusun pada gelas obyek (1 gelas obyek untuk 10 potong akar), setiap 5 potong akar ditutup dengan cover glass, selanjutnya diamati dengan mikroskop stereo. 3.3.5.11 Pengamatan Hama dan Penyakit Pengamatan hama dan penyakit dilakukan setiap hari pada setiap tanaman dalam kondisi tergenang maupun tidak tergenang. Pengamatan dilakukan dengan cara manual yaitu mengamati bibit satu persatu dengan kasat mata. 3.3.6 Rancangan Percobaan Dalam penelitian ini dilakukan dua percobaan, percobaan pertama bibit longkida tidak digenangi, sedangkan pada percobaan kedua bibit longkida digenangi. Dalam kedua percobaan ini rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu peubah bebas (independent variable) yang disebut perlakuan. Terdapat 3 perlakuan yaitu kontrol, pemberian mikoriza dan pemberian pupuk NPK pada kondisi digenangi serta tidak digenangi. Dengan 4 kali ulangan, setiap ulangan terdapat 3 unit dengan 3 perlakuan. Kombinasi perlakuan yang diujicobakan sebagai berikut:
24 1. Kondisi digenangi: L1 = Longkida (kontrol) M1 = Longkida dengan mikoriza N1 = Longkida dengan pupuk NPK 2. Kondisi tidak digenangi: L2 = Longkida (kontrol) M2 = Longkida dengan mikoriza N2 = Longkida dengan pupuk NPK Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis yang diperoleh dari pengolahan data dengan model rancangan sebagai berikut (Mattjik 2006): Yij = µ + Pi + єij i = 1, 2, 3,,p dan j = 1, 2, 3,,u Dimana : Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulagan ke-j µ : Rataan Umum Pi : Pengaruh perlakukan ke-i dan Єij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j 3.3.7 Analisis Data Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Microsoft office excel dan software SPSS 16.0. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati dilakukan dengan mengetahui pengaruh berbagai perlakuan yang diberikan. Dengan hipotesis sebagai berikut : Ho: Kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama H1: Kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda Untuk pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah: Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak Atau Jika Sig > α, maka Ho diterima Jika Sig < α, maka Ho ditolak
25 Jika hasil analisis sidik ragam Uji F terdapat pengaruh yang nyata, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang terbaik.