BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB II LANDASAN TEORI. Kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Vebriana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kete-rampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI OLEH RAHMAWATI NIM A1B ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN WORD FLOW PADA SISWA KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulis Menulis adalah suatu pikiran, ungkapan ide, ilmu pengetahuan, atau pengalaman-pengalaman hidup yang dituangkan kedalam tulisan untuk menyampaikan sebuah pesan secara tidak langsung yang akan dibaca dan dipahami oleh orang lain. Menurut Tarigan (2011: 3) menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 298 ) menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberi dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa. Penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Senada dengan pendapat tersebut Iskandarwassid (2008: 248-249) menyebutkan bahwa seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua 5

6 keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Penyampaian pesan dalam menulis dilaksanakan secara tertulis. Akhadiah (2004: 2) berpendapat bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Marwoto (2000: 298) menulis adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa menulis erat sekali kaitannya dengan kegiatan mengembangkan ilmu, proses belajar mengajar, upaya memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Lebih lanjut Hartati (2006: 30) mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi yang bersifat aktif-produktif. Menulis merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara tertulis kepada pihak lain. Dalam proses kegiatan tersebut diperlukan kemampuan untuk mengharmonikan berbagai aspek tulisan, yaitut memproses pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan. Menuangkan pengetahuan secara runtut dalam racikan bahasa yang baik selaras dengan corak wacananya serta menyajikannya sesuai dengan konvensi atau aturan penulisan. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Agar pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan. Dengan

7 demikian jelaslah bahwa menulis erat sekalli kaitannya dengan kegiatan mengembangkan ilmu. Kemudian proses belajar mengajar, upaya memperluas cakrawala berpikir. Hal itu agar mampu memperdalam pengetahuan umum. B. Kosakata Bahasa Indonesia 1. Kosakata Menurut Tarigan (2011: 2-3) pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, membaca, dan menulis.kualitas ketrampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa.jadi kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan keberhasilannya dalam kehidupan. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesmpulan sebagai berikut: a. kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya, b. perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual mempunyai suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan, c. semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual, d. suatu pengajaran yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapat, kemampuan bawaan, status sosial, e. faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi perkembangan kosakata,

8 f. seperti juga halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari yang telah diketahui kearah yang belum atau tidak diketahui. Maka telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama. Dari kata-kata yang telah diketahui menunjukkan kata-kata yang belum diketahui. 2. Pengaruh Kosakata Bahasa Indonesia Menurut Tarigan (2011: 17-19) kosakata BI berpengaruh pada 5 aspek. 5aspek itu adalah kemampuan mental. Perkembangan kosakata dan perkembangan konseptual. Kemudian teknik pengembangan kata. Berikut penjelasannya: a. Kosakata dengan Kemampuan Mental. Antara kosakata dan kemampuan mental seseorang terdapat hubungan yang erat yaitu suatu hubungan kausal. Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan kualitas serta bobot kemampuan mentalnya. Kita harus menyadari bahwa kosakata merupakan suatu indeks bagi hakekat dan kualitas kehidupan mereka pelajari. Hal dimana tempat mereka berada serta seluk-beluk dan keharusan sendi bahasa akal pikiran mereka. Akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik juga. b. Perkembangan Kosakata dan Perkembangan Konseptual. Perkembangan kosakata berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam tataran yang lebih baik atau kedalaman muatan-muatan atau susunan tambahan. Salah satu dari manfaat pentingnya pengembangan kosakata adalah mempelajari kaidahkaidah dari perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis yang lain. Maka telah

9 kosakata itu tidak boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja tetapi yang terpenting justru kata-kata yang tepat. Berarti hal itu menunjukkkan bahwa seseorang telah mempunyai pilihan kata atau diksi yang serasi. Dalam hal ini berarti bahwa antara kata-kata dan pikiran kritis terdapat hubungan yang erat. c. Teknik Pengembangan Kata. Dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para siswa yang berarti pula: 1) meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa, 2) meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa, 3) mempertajam proses berpikir kritis para siswa, 4) memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. C. Kalimat Efektif Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain (Keraf, 2004: 38-39). Dalam komunikasi sehari-hari, kita memerlukanbahasa sebagai medium, karena bahasa memberikan kemungkinan yang sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyaratisyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai medium komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan demikian tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.

10 Menurut Keraf (2004: 38-39) aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi: 1. penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut, 2. penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif, 3. kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasangagasan, 4. tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang. Dengan mempergunakan aspek-aspek di atas, dapat diharapkan kita dapat berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa itu. Namun, penguasaan kaidahkaidah sintaksis dan kosakata saja belum memungkinkan dapat mempergunakan bahasa kita dengan hidup. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain. Hal itu dilakukan agar bahasa dapat dirasakan hidup, dan mudah dipahami. Bila kalimat-kalimat kita sudah memiliki kemampuan tersebut, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut dengan kalimat yang efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana kalimat itu dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau penulis. Di samping itu kalimat yang efektif selalu berusaha agar gagasan pokok selalu mendapatkan tekanan. Dapat dikatakan pula menmbulkan penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: 1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, 2. sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.syarat-syarat lain untuk menciptakan kalimat yang efektif misalnya kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan variasi, paralelisme, dan penalaran (Keraf, 2004: 39-40).

11 D. Karangan Narasi 1. Pengertian Karangan Narasi Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris naration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa menuntut kejadian secara kronologis atau dengan maksud memberi arti kepada seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah cerita itu (Resmini, 2008: 125).Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan Apa yang telah terjadi?. Selanjutnya menurut Semi (2003: 29), narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu kewaktu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam suatu urutan waktu yang diceritakan secara kronologis. Sehingga di dalam karangan narasi, cerita yang dihasilkan harus ditulis sesuai peristiwa demi peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan akan memunculkan kejadian yang saling bertalian dengan peristiwa yang lain. Menurut Keraf (2007: 136) dalam menulis, karangan narasi mempunyai kesamaan dengan deskripsi. Yang membedakannya adalah narasi mengandung imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis. Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi

12 penyampaian pada sususan ruang sebagaimana yang diamati, dirasakan, dan didengar. Oleh karena itu, karangan narasi perlu memperhatikan unsur latar, baik unsur waktu maupun unsur tempat. Dengan kata lain, narasi mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu: (1) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama disebut narasi informasional atau cerita ekspositoris, sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan pada pembaca setelah membaca karangan narasi tersebut. Sedangkan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang disebut artistik atau sugestif, sasaran utamanya berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Keraf (2007: 138-139) mengemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar lebih jelas. Perbedaan terpenting adalah : No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2. Menyampaiakan informasi Menimbulkan daya khayal. mengenai suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. 4. Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar. Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif. Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi, sejarah, atau proses dan cara melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif seperti cerpen, novel,roman, dan drama.

13 2. Struktur Karangan Narasi Seperti yang diungkapkan Keraf (2007: 140-145) struktur karangan narasi adalah tema, tokoh cerita, latar, posisi narator, dan alur. Tema adalah pokok persoalan yang mendasari cerita. Tokoh cerita adalah pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita. Posisi narator adalah fungsi seorang narator dalam menampilkan suatu cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu. Pemaparan yang lebih lanjut dijelaskan di bawah ini. a. Tema Tema sering disebut dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu cerita. Tema terasa mewarnai sebuah cerita dari bagian awal sampai akhir. Pada hakikatnya tema adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan dapat tersirat. Disebut tersurat, bila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh penulisnya. Misalnya, pada judul atau pada penutup cerita dengan menggunakan pernyataan. Adapun tema tersirat adalah tema yang tidak ditulis secara eksplisit. Tema tersebut tersebar pada hamparan dankeseluruhan cerita. b. Tokoh cerita Seperti dalam kehidupan sehari-hari, peistiwa dalam narasi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa

14 sehingga mampu menjalin suatu cerita, disebut tokoh. Sedangkan cara penulis menampilkan tokoh itu disebut penokohan. Penokohan merupakan unsur narasi yang tidak dapat ditiadakan. Melalui penokohan itulah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup dalam angan-angan pembaca. Melalui penokohan itu pula pembaca dapat dengan jelas menangkap apa yang diceritakan penulis. c. Latar Latar cerita tidak dapat terjadi di dalam suatu kekosongan. Mestilah ada waktu dan tempat kejadian itu berlangsung. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakkan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu, di suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak pernah lepas dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar. Penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita (narasi) disebut latar atau seting. d. Posisi Narator Keraf (2007: 190) menambahkan, point of view dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang narator, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak tanduk dalam narasi. Dengan kata lain, untuk menampilkan cerita mengenai kehidupan tokoh, penulis akan menentukan siapa orang yang akan berkedudukan sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Apakah penulis akan berdada di luar semata-mata sebagai penutur cerita, atau beada dalam cerita, atau masuk ke dalam salah satu tokoh cerita. Dalam menampilkan tokoh ceritanya, penulis (narator) akan

15 menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda-beda. Ada beberapa posisi penulis, yakni (a) penulis sebagai pelaku utama, (b) penulis sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, (c) penulis serba hadir, dan (d) penulis sebagai peninjau. e. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu atau hubungan tertentu sehingga membentuk satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pengertian di atas, Keraf (2007: 147) menjelaskan bahwa alur terbentuk dari rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik dan berusaha memulihkan situasi labil ke dalam situasi yang seimbang dan harmonis. Agar rangkaian peritiwa terjalin secara utuh, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni (1) tindakan-tindakan harus diatur sehingga bertalian satu sama lain, (2) tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, (3) suatu insiden harus mempunyai hubungan dengan insiden yang lain, dan (4) situasi dan tokoh yang telibat harus terikat dalam suatu kesatuan waktu. Oleh karena itu, baik tidaknya penggarapan sebuah alur dapat dinilai dari beberapa hal, yakni (1) apakah tiap insiden susul-menyusul secara logis dan alamiah, (2) apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya, dan atau (3) apakah insiden itu terjadi secara kebetulan. 3. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Poerwadarminto, 2007: 707). Menulis merupakan ketrampilan berbahasa

16 yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keterampilan menulis menghendaki ketuntasan bermacammacam keterampilan antara lain ketepatan dan kebakuan struktur. Disamping keterampilan menulis juga menuntut kemahiran dalam pemakaian ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf, tetapi keterampilan dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik teratur (Tarigan, 2008: 4). Dilihat dari segi kemampuan bahasa, menulis adalah aktivitas aktif, produktif, dan menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa, aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kompetensi berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian kemampuan peserta didik mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat (Nurgiyantoro, 2001: 425). Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan menulis melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkan pikiran, ide, gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang baik. Menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut

17 dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Kemampuan menulis narasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) minat dan motivasi siswa dalam menulis, (2) kemampuan siswa dalam menentukan topik, (3) pembiasaan terhadap tradisi menulis, (4) ketrampilan bahasa yang dimiliki siswa seperti kosakata, penggunaan tanda baca, dan struktur kalimat, (5) waktu yang dibutuhkan siswa untuk menuangkan ide atau gagasan, (6) media yang digunakan guru. D. Kriteria Karangan Menurut Nurgiyantoro dalam Iskandarwassid (2008: 250), penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas. Holistis berarti karangan yang dibuat berhubungan antara bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu karangan. Impresif berarti memberikan kesan terhadap pembaca. Selintas berarti karangan yang dibuat secara sekilas. Dalam kaitannya dengan penilaian karangan, berikut beberapa kriteria: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) kohesi dan koherensi, (4) mekanik : tata bahasa, ejaan, tanda baca.

18 Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria karangan,maka dalam memilih kriteria karangan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Berkaitan dengan karangan narasi Nurgiyantoro (2008: 250) menyebutkan empat kriteria aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin menilai karangan narasi. Aspek tersebut yaitu kualitas dan ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, kohesi dan koherensi, dan mekanik. Keempat aspek tersebut akan peneliti paparkan satu persatu sesuai kriterianya. Pemaparannya adalah sebagai berikut. 1. Kualitas dan Ruang Lingkup Isi Dilihat dari aspek kualitas dan ruang lingkup isi terdapat satu kriteria penilaian yaitu pemilihan judul. Judul merupakan inti sentral dalam sebuah karangan. Dalam sebuah karangan, judul merupakan inti yang mewakili keseluruhan isi karangan. Sebuah judul harus logis karena isi karangan merupakan penjabaran dari sebuah judul. Pada aspek kualitas dan ruang lingkup isi hasil tulisan siswa masih rendah yaitu pada kriteria pemilihan judul. Dalam sebuah karangan, judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan isi karangan, jadi pemilihan judul harus logis. Logis berarti sesuai dengan isi karangan yang dihasilkan. Siswa dapat membuat judul dengan menentukan tema apa yang akan mereka pilih. Tema yang sudah dipilih akan menghasilkan judul yang sesuai dengan karangan yang dihasilkan siswa. Kaitannya dengan ciri-ciri karangan narasi, berupa cerita tentang pengalaman penulis maka siswa akan lebih mudah dalam menentukan judul karangan. Oleh sebab itu, pemilihan judul dalam karangan narasi siswa berkaitan erat dengan pengalaman penulis.

19 2. Organisasi dan Penyajian Isi Penilaian aspek organisasi isi meliputi empat kriteria yaitu kerangka karangan, uraian fakta dalam kalimat, pengembangan kalimat menjadi paragraf, dan penyusunan paragraf menjadi karangan narasi. Penulisan karangan terdapat bagian pendahuluan, isi, dan penutup yang disusun dalam sebuah karangan harus disusun secara logis.keseluruhan uraian yang ada dalam karangan narasi berupa cerita fakta yang diceritakan secara kronologis. Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis supaya terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya. a. Kerangka Karangan Sebuah kerangka karangan harus memiliki ide-ide pokok yang susunan dan pengembangannya logis dan teratur. Susunan pengembangan dari setiap kalimat yang dihasilkan harus disesuaikan dengan kalimat sebelumnya. Dalam karangan narasi, isi karangan yang dihasilkan harus dipaparkan secara detail. Pemaparan cerita dalam karangan harus dijabarkan sehingga objek yang diceritakan lebih detail sehingga cerita mudah dipahami. Di dalam kerangka karangan siswa juga harus mampu membuat bagian pendahuluan untuk membuka cerita yang ditulis, kemudian isi karangan, dan yang terakhir adalah bagian penutup yang menarik pada sebuah karangan narasi siswa. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi siswa yaitu kejadian yang diceritakan disusun secara kronologis. Dalam penulisan karangan narasi siswa banyak terdapat kesalahan struktur kerangka karangan narasi. Kelengkapan sebuah struktur kerangka karangan narasi sangat menentukan kejelasan sebuah karangan. Kalimat yang benar dan jelas akan

20 mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Karangan narasi dikatakan tidak baik jika belum memenuhi tiga aspek (pendahuluan, isi, penutup) karangan narasi. Oleh karena itu karangan narasi harus sesuai dengan pedoman penilaian karangan narasi yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup. b. Uraian Fakta dalam Kalimat Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan narasi berupa fakta yang bersifat memaparkan objek yang diceritakan. Fakta yang ditulis siswa berupa fakta tentang objek yang diceritakan dalam karangan narasinya. Oleh karena itu, siswa harus lebih menekankan pada objek yang akan diceritakan dan memaparkannya di dalam sebuah karangan narasi. Kaitannya dengan uraian fakta dalam kalimat pada karangan narasi, siswa lebih fokus pada objek daripada mengemukakan pendapatnya tentang sebuah objek yang dituju dalam cerita. Kriteria karangan narasi yang berupa uraian fakta dalam kalimat ini dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi yaitu peristiwa yang diceritakan adalah peristiwa yang berupa fakta atau yang benar-benar terjadi dan dialami oleh penulis. c. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai. Dalam sebuah paragraf, harus terdapat kalimat utama yang dikembangkan dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut harus dijelaskan secara rinci sesuai dengan kalimat utamanya. Kaitannya dengan ciriciri karangan narasi, kriteria pengembangan kalimat menjadi paragraf yaitu menekankan susunan secara kronologis. Kronologis di sini dimaksudkan dalam mengembangkan kalimat menjadi paragraf harus ditulis secara urut dan rinci.

21 d. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi Suatu karangan narasi urutan gagasan yang ditulis dan pengembangannya harus logis. Penyusunan paragraf harus kohesif dan koherensif baik antar kalimat dalam satu paragraf maupun paragraf dalam satu tulisan utuh. Apabila paragraf yang ditulis kohesif dan koherensif, maka karangan yang dhasilkan akan membentuk paragraf yang baik dan mudah dipahami. Penyusunan kalimat dalam karangan haus disesuaikan dengan kalimat utamanya. Kalimat utama dalam setiap paragraf mampu dikembangkan dengan kalimat penjelas sehingga menjadi menjadi karangan narasi yang sesuai dengan alur cerita. 3. Kohesi dan Koherensi Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis.hal inidilakukan agar terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya (Nurgiyantoro, 2001:180).Menulis paragraf satu dengan paragraf selanjutnya harus mempunyai kesinambungan agar membentuk paragraf yang padu. Paragraf yang padu akan menghasilkan karangan narasi yang sesuai antar paragraf dan mempunyai kesinambungan antar paragraf. Kohesi dan koherensi yang baik akan membentuk cerita yang kronologis sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi. a. Keruntutan Kalimat Karangan narasi harus mempunyai keterkaitan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Hal ini terjadi agar karangan narasi dapat dipahami alur ceritanya. Kalimat

22 yang dituliskan dalam satu paragraf mempunyai kesinambungan dan runtut sehingga menghasilkan kalimat yang padu dalam satu paragraf utuh. Kalimat yang ditulis siswa disesuaikan dengan cerita sesuai tema yang ditentukan. Dengan demikian, keruntutan kalimat dalam paragraf akan lebih mudah dikembangkan. b. Koherensi Paragraf Koherensi paragraf dalam karangan narasi merupakan aspek penting agar karangan narasi yang dihasilkan menjadi menarik. Paragraf satu dengan paragraf kedua harus mempunyai keterkaitan dan berkesinambungan. Paragraf yang ditulis harus padu dan koheren tetapi masih dalam satu topik atau tema yang dibahas dan diceritakan dalam karangan. Setelah keruntutan kalimat yang dihasilkan baik, maka paragraf yang dihasilkan akan baik. Semakin banyak ide yang dapat dikembangkan dalam cerita semakin baik pula koherensi paragraf yang dihasilkan. c. Kesatuan Topik Kaitannya dengan kesatuan topik, karangan narasi akan lebih menarik apabila terdapat lebih dari satu topik. Topik yang dimaksud adalah ide pokok yang dapat dikembangkan dalam cerita. Semakin banyak ide yang dapat dituangkan dalam karangan maka karangan akanlebih kreatif. Ide pokok yang diciptakan dapat dikembangkan menjadi ide-ide lainnya sehingga karangan narasi tidak membosankan. Kesatuan topik ini jika dikembangkan akan menjadi karangan narasi yang menarik dan melalui ide pokok yang ditemukan akan menjadikan karangan narasi lebih hidup. 4. Mekanik

23 Dalam menulis karangan, seorang penulis harus menguasai tata tulis yaitu menguasai ejaan dan aturan penulisan. Aspek ejaan yang dianalisis dalam karangan narasi berupa penulisan kata dan penggunaan tanda baca. Setiap karangan narasi yang dihasilkan siswa harus terdapat tanda baca yang tepat sehingga memudahkan dalam memahami isi cerita. Selain itu, penulisan kata yang tepat juga mempercepat pemahaman pembaca dalam membaca karangan narasi yang dihasilkan. Penulisan kata yang tidak baku akan menyulitkan pembaca dalam memahami isi karangan. a. Penulisan Kata Aspek penulisan kata dalam karangan narasi juga perlu diperhatikan dan dipahami oleh siswa. Penulisan kata dan penggunaan bahasa juga berpengaruh pada penulisan kata yang dihasilkan dalam karangan narasi siswa. Kata yang dihasilkan biasanya tidak baku dan sulit dipahami karena banyak kata yang tidak sesuai dengan ejaan atau aturan penulisan. Penulisan huruf kapital diawal kalimat juga berpengaruh pada karangan narasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulisan kata dan penulisan huruf kapital harus dipahami dan ditulis dengan baik agar karangan narasi mudah dibaca oleh orang lain. b. Penggunaan Tanda Baca Aspek tanda baca dalam setiap karangan pasti berpengaruh pada hasil karangannya. Apabila dalam karangan tidak terdapat tanda baca maka karangan itu tidak dapat dipahami maksud dan isi karangannya. Tanda baca yang salah juga berpengaruh pada pembaca sehingga pembaca sulit memahami isi karangan yang

24 dihasilkan. Karangan yang baik pasti mempunyai tanda baca yang sesuai sehingga mudah dimengerti. Penggunaan tanda baca yang sesuai akan mudah dipahami pembaca sesuai dengan keinginan penulis. Setelah mengetahui kriteria sebuah karangan yang baik dan sempurna, kita juga harus mengetahui langkah-langkah dalam menilai hasil karangan agar dapat mengetahui kekurangan apa saja yang ada dalam hasil karangan tersebut. Langkahlangkah dalam menilai hasil karangan adalah sebagai berikut. 1. Menentukan lebih dahulu dasar-dasar yang tegas yang akan dipergunakan untuk menilai hasil tersebut, misalnya aspek apakah yang akan dinilai. Apakah isi karangan, bentuk, tata bahasa, atau tanda baca serta ejaannya, lalu menentukan bobot atau tekanan pada tiap-tiap aspek tersebut. 2. Sewaktu memeriksa dan menilai karangan, pemeriksa atau penilai tidak mengetahui nama-nama siswa, agar hasil penilaian benar-benar objektif. 3. Sebelumnya, penilai membaca dahulu beberapa karangan secara sepintas untuk memperoleh gambaran secara umum untuk menentukan dasar penilaian, sehingga kriteria penilaian itu tidak berubah-ubah. 4. Menunjuk penilai lebih dari satu orang untuk menjaga agar nilai lebih objektif.

25 Bagan Kriteria Karangan Narasi Kriteria Karangan Narasi Kualitas dan Ruang lingkup Isi Organisasi dan Penyajian Isi Kohesi dan Koherensi Mekanik Pemilihan Judul 1. Kerangka Karangan 2. Uraian Fakta dalam Kalimat 3. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf 4. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi 1. Keruntutan Kalimat 2. Koherensi Paragraf 3. Kesatuan Topik 1. Penulisan Kata 2. Penggunaan Tanda Baca