BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yaitu :Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat menghasilkan generasi generasi bangsa yang cerdas, kreatif, inovatif

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan terampil untuk melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan sistem pengelolaan siswa masih menggunakan cara konvensional yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran kelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. upaya dalam pencerdasan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Bab II pasal 3). Pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 Bab IX. sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman di dunia mendorong pendidikan untuk. dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna mengembangkan bakat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dan berlangsung sepanjang masa. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Pendidikan membantu manusia dalam mengembangkan diri, sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi dalam kehidupan (Trianto, 2009:1). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UUSPN, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan menengah SMK memberikan pilihan bidang/jurusan yang menjadi minat siswa dan memiliki proporsi mata pelajaran praktik yang lebih banyak dibandingkan teori sehingga terdapat pengelompokkan mata pelajaran. Siswa diajarkan untuk dapat memiliki keterampilan yang akan digunakan sesuai tuntutan pada dunia kerja. Jumlah siswa SMK semakin bertambah, jumlah sekolah yang tertulis dalam referensi data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2015 diperoleh perbandingan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia mempunyai proporsi 60:40. Rincian SMA di Indonesia berjumlah 21.681 yang terdiri atas SMA negeri yang berjumlah 7.221 dan SMA swasta berjumlah 14.460, sedangkan SMK di Indonesia

2 berjumlah 13.347 dengan rincian SMK negeri berjumlah 3.378 dan SMK swasta berjumlah 9.969. Pendidikan menengah SMK di Sumatera Utara menurut referensi data Kemdikbud tahun 2015 berjumlah 973 sekolah dengan rincian SMK negeri berjumlah 258 dan SMK swasta berjumlah 715. SMK Negeri 1 Patumbak merupakan salah satu SMK di provinsi Sumatera Utara yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dan merupakan SMK negeri pertama yang berada di Kecamatan Patumbak. SMK Negeri 1 Patumbak memiliki peluang yang besar untuk menarik minat masyarakat sekitar untuk bersekolah dibidang kejuruan, karena sesuai dengan tujuan SMK dimana akan melahirkan para lulusan yang langsung terserap di dunia kerja sesuai bidang keahlian. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan di dalam penyusunan kurikulum SMK mata pelajaran dibagi dalam tiga kelompok, yang terdiri dari : (1) Program Produktif, (2) Program Adaftif, dan (3) Program Normatif. Kelompok pertama termasuk dalam program produktif yaitu mata pelajaran dasar kejuruan (keteknikan) yang menjadi program utama sekolah kejuruan. Kelompok kedua termasuk dalam program adaptif yaitu mata pelajaran dasar yang mendukung program produktif. Kelompok ketiga termasuk dalam program normatif yaitu mata pelajaran dasar umum. Mata pelajaran fisika di SMK termasuk ke dalam program adaptif, yakni sekumpulan bahan kajian atau materi pembelajaran tentang materi dan energi serta interaksi sebagai pengetahuan dasar penunjang kejuruan, pengetahuan dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembahasan materi fisika diupaya berkaitan erat dengan materi dari program produktif, sementara itu materi program produktif harus selaras dengan dunia industri. Materi yang dipelajari oleh siswa harus merupakan masalah nyata yang akan dijumpai kelak ketika sudah lulus dan terjun dalam dunia industri. Pembelajaran fisika bertujuan agar siswa dapat: memahami konsep-konsep dasar fisika, menerapkan konsep-konsep dasar fisika dalam pekerjaan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, serta memiliki wawasan intelektual dan bersikap ilmiah (Maknun, dkk).

3 Masalah yang nyata pada lulusan SMK adalah kurang siap untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lapangan kerja. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah pendalaman konsep dalam pelajaran dasar untuk memperkuat pelajaran kejuruan kurang optimal, yaitu seperti pelajaran fisika disajikan secara monoton. Guru memberikan ceramah dan siswa mendengarkan, sehingga kurang mendorong kreativitas siswa. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat kecil menyebabkan siswa enggan berfikir, sehingga timbul perasaan jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran fisika. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada bulan januari tahun 2016 di SMK Negeri 1 Patumbak dengan memberikan angket kepada 34 siswa di kelas X jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) 1 menyatakan siswa menganggap materi fisika lebih sulit daripada yang mereka bayangkan terdapat 2,9% sangat setuju, 55,9% setuju, 20,6% ragu-ragu, dan 20,6% tidak setuju. Minat belajar mereka cukup rendah karena setengah dari jumlah siswa di kelas menganggap bahwa fisika itu sulit. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) fisika di SMK Negeri 1 Patumbak yakni sebesar 75, berdasarkan hasil ujian semester ganjil fisika kelas X RPL 1 pada Tahun Pelajaran (T.P.) 2015/2016 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil wawancara dengan guru menyatakan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 67,3, dengan rincian diperoleh 70% peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM dan 30% peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM. Observasi pada kegiatan pembelajaran menyatakan ketika guru menjelaskan pelajaran, siswa hanya mendengarkan tetapi tidak mencatat terdapat 2,9% sangat setuju, 47,1% setuju, 26,5% ragu-ragu dan 23,5% tidak setuju. Hasil angket menunjukkan bahwa pembelajaran fisika di kelas, siswa cenderung pasif karena diposisikan sebagai objek untuk menampung dan menghapal penjelasan dari guru. Guru berbicara kurang lebih 100-200 kata permenit, jika siswa berkonsentrasi barangkali mereka mendengarkan antara 50-100 kata permenit. Ketika mendengarkan secara terus menerus selama waktu tertentu pada seorang guru yang sedang berbicara empat kali lebih lamban, siswa cenderung bosan dan

4 fikiran mereka akan cenderung kemana-mana. Siswa cenderung melupakan apa yang mereka dengar, karena siswa mendengarkan sambil berfikir ketika guru ceramah di depan kelas dan siswa akan sulit berkonsentrasi secara terus menerus dalam waktu lama, kecuali jika materi pelajaran menarik. (Silberman,2009:2) Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswa (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lain) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran membutuhkan komunikasi yang tearah antara guru dengan siswa untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Pembelajaran fisika akan berhasil jika guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar meningkatkan motivasi siswa dalam perasaan senang, kemauan dan kesadaran sehingga kondisi pembelajaran di kelas menjadi kondusif dan hasil belajar siswa pun dapat ditingkatkan (Trianto, 2009:17). Pembelajaran quantum teaching merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan, kebermaknaan serta suasana lingkungan yang menyenangkan. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala suasana. Quantum teaching menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Model quantum teaching cukup efektif dalam meningkatkan motivasi belajar, telah dibuktikan oleh Vos-Groenendal dimana menurut beliau model quantum teaching cukup efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan tingkat keefektifan sebesar 68%, selain itu sebesar 98% siswa yang telah diberi perlakuan dapat mempertahankan kegiatan keterampilan yang telah diperoleh (DePorter, 2010:31-32). Model pembelajaran quantum teaching telah diterapkan oleh beberapa peneliti seperti : Hutagalung, (2013) bahwa ada pengaruh model quantum teaching pada hasil belajar dan aktivitas siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 70,9 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar dengan model konvensional 61,3. Penelitian pembelajaran quantum teaching sukses dilakukan oleh Adi, (2014) pada SMA Negeri 2 Purbalingga tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian

5 menggunakan metode mind mapping dengan membuat catatan pada papan tulis sehingga memudahkan siswa dalam mengingat, memahami dan menyederhanakan materi pembelajaran. Kesimpulan dari penelitian bahwa ada pengaruh model quantum teaching terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat nilai rata-rata post-test dengan model quantum teaching adalah 82,91 sedangkan nilai rata-rata post-test dengan model konvensional adalah 72,68. Kelemahan penelitian adalah siswa kurang mampu untuk berfikir aktif dan kreatif dalam memahami materi sehingga hasil yang diharapkan kurang optimal. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Dinamis Kelas XI RPL Semester Ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Siswa menganggap pelajaran fisika sulit. 2. Hasil belajar fisika di bawah KKM. 3. Pendalaman konsep fisika sebagai pelajaran dasar, untuk memperkuat pelajaran kejuruan kurang optimal. 4. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat kecil menyebabkan siswa enggan berfikir, sehingga timbul perasaan jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran fisika. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI RPL SMK Negeri 1 Patumbak pada semester Ganjil T.P. 2016/2017. 2. Materi Pokok yang diajarkan adalah fluida dinamis. 3. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran quantum teaching.

6 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran quantum teaching pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017? 3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis kelas XI RPL semester ganjil di SMK Negeri 1 Patumbak T.P. 2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yang akan datang dan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang meneliti permasalahan yang sama.

7 2. Bagi peserta didik, diharapkan menjadi pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran fisika. 3. Bagi guru, sebagai model alternatif pembelajaran dalam memecahkan beberapa masalah yang dihadapi pada proses belajar mengajar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam upaya perbaikan sistem pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. 1.7 Definisi Operasional 1. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswa (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lain) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran membutuhkan komunikasi yang tearah antara guru dengan siswa untuk mencapai target yang telah ditetapkan (Trianto,2009:17). 2. Pembelajaran quantum teaching merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan, kebermaknaan serta suasana lingkungan yang menyenangkan (DePorter, 2010). 3. Hasil adalah kemampuan atau sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah melakukan sesuatu, maka hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah belajar (Simarmata, 2014).