III. METODE PENELITIAN 3.1 Pemeliharaan Ikan Pemeliharaan ikan dilakukan di karamba jaring apung (KJA) yang terletak di dua lokasi yaitu Perairan Pulau Semak Daun dan Pulau Karang Congkak. Balai Sea Farming Kepulauan Seribu, Jakarta. Benih berasal dari hatchery di Bali dengan ukuran 5-7 cm. Benih ditebar pada tanggal 30 Mei 2009 di KJA di Perairan Pulau Semak Daun sebanyak 4.900 ekor berukuran 7 cm. Padat penebaran setiap waring berukuran 3 m x1,5m x1,5m 300-400 ekor. Benih didederkan hingga ukuran 10 cm, yang kemudian ikan akan dibesarkan oleh para nelayan anggota Sea Farming. Kegiatan pendederan di KJA Balai Sea Farming terdiri dari persiapan wadah, pengadaan dan penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pencegahan dan pengobatan hama dan penyakit, monitoring pertumbuhan dan populasi, dan pemanenan. Persiapan wadah pada keramba jaring apung meliputi pengeringan, pembersihan, dan pemeriksaan jaring sebagai wadah pemeliharaan ikan apakah ada yang berlubang atau tidak. Jaring yang digunakan adalah jaring yang bersih dari organisme penempel seperti teritip dan rumput laut. Benih ikan kerapu macan didatangkan menggunakan pesawat melalui bandara Soekarno Hatta kemudian dilakukan repacking di Laboratorium Ancol. Kegiatan selama repacking antara lain penggantian air jika kondisi air sudah buruk dan pengisian oksigen. Kemudian benih dikirim ke lokasi pendederan menggunakan kapal ojeg dari Muara Angke dimana kapal ojeg berlabuh sampai Pulau Panggang dan untuk selanjutnya benih dibawa menggunakan kapal kecil ke Pulau Semak Daun dan Pulau Karang Congkak. Lama perjalanan benih dari Bali sampai lokasi ± 10 jam. Ikan yang tiba di Balai Sea farming kemudian diaklimatisasi ke dalam waring yang telah dipersiapkan. Setelah 10 menit, plastik dibuka dan dimasukan air dari lingkungan sedikit demi sedikit dan benih dibiarkan keluar dengan sendirinya. Dalam satu waring berukuran 3m x 1,5m x 1,5 m ditebar benih kerapu sebanyak 300-400 ekor. Pakan buatan yang diberikan yaitu pakan pellet dengan bobot pakan yang diberikan per harinya sebesar 300 gram. Frekuensi pemberian pakan 4-5 kali sehari. Penggantian waring/jaring yang kotor dengan yang bersih dilakukan minimal 2 minggu sekali. Waring/jaring yang kotor dibersihkan dengan air dan disikat. Setelah bersih, waring atau jarring kemudian dijemur sampai
kering sebelum digunakan waring/jaring dikontrol kembali apakah ada yang rusak atau putus. Kegiatan pencegahan penyakit dilakukan dengan cara perendaman dengan air tawar. Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara perendaman dengan air tawar. Kegiatan pencegahan dilakukan secara bersamaan dengan proses grading (pemilahan ikan sesuai ukuran). Pengobatan ikan dilakukan dengan cara perendaman ikan di air tawar dicampur Acriflavin + Elbaju atau Formalin dengan dosis 5 gr untuk 25 liter air. Untuk ikan ukuran benih, perendaman bisa dilakukan seminggu dua kali, sedangkan untuk ikan ukuran besar, perendaman dilakukan satu minggu sekali. Wadah yang digunakan untuk perendaman adalah boks sterofoam dengan ukuran 80 x 40 x 40 cm. Selama masa pemeliharaan, sering ditemukan berbagai macam penyakit yang ditimbulkan dari beberapa parasit. Monitoring pertumbuhan dan populasi dilakukan dengan cara sampling dan dilakukan juga penyortiran untuk memisahkan ikan yang pertumbuhannya agak lambat. Biasanya sampling populasi ikan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pencucian ikan. Sampling bobot jarang dilakukan dan biasanya dilakukan ketika ikan mendekati usia panen. Pemanenan dilakukan ketika ukuran ikan mencapai 10 cm, kemudian ikan tersebut dibesarkan oleh nelayan anggota kelompok Sea Farming hingga ukuran konsumsi (0,5 kg per ekor). 3.2 Pengambilan Ikan Sampel Ikan sampel diambil setiap minggu antara Juni sampai Agustus 2009 dari keramba jaring apung Balai Sea Farming, Kepulauan Seribu, Jakarta. Identifikasi parasit dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling yaitu sampel dipilih yang memperlihatkan gejala klinis sakit. Skema penelitian yang dilakukan seperti tercantum pada Gambar 8.
Pemisahan ikan sakit dari ikan sehat berdasarkan abnormalitas organ Pengambilan ikan sakit sampel dari KJA Sea Farming Pemeriksaan ikan dan identifikasi Pembuatan preparat ulas dari organ Identifikasi parasit berdasarkan morfologi Perhitungan prevalensi, dan intensitas Gambar 10. Skema Metode Penelitian Benih berukuran ±7 cm (ukuran ikan awal tebar) dengan bobot ikan (± 7,5 g) dipantau keberadaan ektoparasitnya selama 2 bulan hingga ukuran ikan mencapai ± 13 cm (bobot ikan ± 24,9 g). Setiap satu minggu dilakukan pemeriksaan terhadap lima ekor ikan sampel. Ikan sampel memiliki gejala terinfeksi penyakit seperti luka-luka fisik, lendir berlebihan dan ikan yang berenangnya melemah. Ikan sampel yang diambil berasal dari ikan yang sudah melalui tahap pemisahan antara ikan sakit dengan ikan sehat. Ikan sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik packing yang telah berisi air dan diberi oksigen. Kepadatan ikan adalah lima ekor ikan per kantong berukuran 60 x 40 cm. Ikan yang telah dikemas dimasukkan ke dalam plastik besar dan diberi es untuk menurunkan suhu sehingga metabolisme ikan menurun. Kemudian ikan dibawa
ke Laboratorium Kesehatan Ikan dengan waktu tempuh ± 6 jam. Setelah sampai di tempat pemeriksaan, ikan diaklimatisasi dahulu lalu dimasukkan ke dalam akuarium penampungan dengan aerasi yang cukup. Keesokan harinya baru dilakukan pemeriksaan terhadap ikan. Pemeriksaan ikan dan parasit ikan sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan. Sebelum dilakukan pemeriksaan, ikan terlebih dahulu diukur panjangnya menggunakan penggaris dan bobotnya dengan menggunakan timbangan digital. Kemudian ikan dimatikan dengan cara menusukkan jarum penusuk tepat di bagian medulla obllongatanya. Ikan sampel diamati seluruh permukaan tubuhnya untuk melihat abnormalitas organ. 3.3 Pemeriksaan dan Identifikasi Parasit Prosedur pemeriksaan parasit yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Ikan yang masih hidup dimatikan segera dengan cara menusukkan jarum pada daerah medulla oblongata di kepala. 2. Ikan diletakkan pada papan bedah dengan kepala menghadap ke kiri dan bagian perut menghadap ke bawah. 3. Dilakukan pengamatan seluruh permukaan tubuh ikan secara visual, meliputi kepala, operculum, insang, sisik/kulit dan sirip. 4. Lendir pada permukaan tubuh meliputi kepala, operculum, insang, sisik/kulit dan sirip dikerik dengan menggunakan scapel dari sisi kiri maupun kanan ikan. Dibuat preparat ulas pada gelas obyek yang kemudian diamati di bawah mikroskop. 5. Operculum dibuka menggunakan gunting bedah, bagian dalam operculum dikerik dan dibuat preparat ulasnya kemudian diperiksa di bawah mikroskop. 6. Insang dikeluarkan dengan cara bagian pangkal busur insang digunting, masing-masing lembar insang dipisahkan dan dipindahkan ke gelas obyek kemudian diamati dibawah mikroskop. Setiap preparat ulas diberi beberapa tetes air untuk memberi ruang gerak parasit. Setiap parasit yang ditemukan segera dipindahkan ke dalam cawan petri berisi larutan fisiologis sebelum dilakukan proses fiksasi. Identifikasi parasit didasarkan pada ciri-ciri khusus atau organ-organ yang terkait dengan penentu sistematikanya seperti parasit dari genus Monogenea dapat dilihat dari bintik mata dan adanya jangkar sebagai pengait
pada inang, data panjang dan diameter tubuh. Parasit yang ditemukan difoto menggunakan kamera digital sebagai dokumentasi. Parasit kemudian diidentifikasi mengikuti petunjuk dari Kabata (1985). 3.4 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian meliputi jenis parasit, prevalensi dan intensitas parasit yang dianalisis secara deskriptif. Tingkat penularan parasit dinyatakan dalam prevalensi dan intensitas. Prevalensi adalah persentase ikan yang terinfeksi parasit dibandingkan dengan seluruh ikan sampel yang diperiksa, sedangkan intensitas merupakan jumlah rata-rata parasit per ikan yang terinfeksi (Woo 1995). Prevalensi dan intensitas parasit dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : A C Prevalensi = 100% Intensitas rata-rata = B D Keterangan : A = Jumlah ikan yang terserang parasit a B = Jumlah ikan yang diperiksa C = Jumlah parasit a yang ditemukan D = Jumlah ikan yang terinfeksi parasit a