1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha menurut Subakti dan Rizky dalam Oktobriariani (2002). Terapi pijat pada anak dan orang dewasa sebenarnya sudah berlangsung lama. Di Indonesia, pijat anak secara tradisional sudah lebih dahulu dikenal dibandingkan teknik pijat berdasarkan penelitian medis (Amiratipuji, 2008). Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan menyebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi, anak Balita, anak pra sekolah dan anak sekolah, salah satu contoh stimulasi tumbuh kembang adalah pijat bayi. Pijat bayi yang benar memiliki manfaat yang berguna untuk bayi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Field dan Schanberg (1986) bahwa bayi yang dipijat menunjukkan peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih baik sehingga berat badan bayi meningkat lebih banyak 1
2 daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2010). Pijat bayi memiliki banyak manfaat sehingga pelaksanaan pijat sangat baik apabila dipraktikkan, terutama jika pelaksanaannya langsung dilakukan oleh ayah atau ibu bayi. Di samping manfaat ada pula kerugian bayi yang tidak dipijat diantaranya bayi yang tidak dipijat pertambahan berat badannya lebih lambat daripada bayi yang dipijat. Di samping itu biasanya bayi yang tidak dipijat memiliki pola tidur yang tidak teratur dibandingkan bayi yang dipijat (Roesli, 2010). Di beberapa rumah sakit di Amerika Serikat (AS), Cina, Filipina, dan Hong Kong, pijat bayi sudah dimasukkan ke dalam sistem pelayanan kesehatan bayi. Pijat bayi diyakini merupakan salah satu stimulasi sentuhan (touch) yang bisa membantu mengoptimalkan tumbuh kembang bayi (Riameilani, 2006). Di Indonesia, pijat bayi kebanyakan masih dilakukan oleh dukun bayi yang sudah memiliki keahlian memijat secara turun temurun. Kebanyakan dari mereka masih melakukan pemijatan yang tidak sesuai dengan langkah pemijatan yang dianjurkan untuk bayi, sehingga banyak teknik pemijatan yang tidak diperbolehkan justru dipraktekkan oleh para dukun bayi ini, Salah satunya pemijatan dengan meremas-remas daerah kepala. Pada bayi, tulang tengkorak tidak terbentuk secara sempurna sampai bayi berusia 20 bulan. hal ini dikarenakan perkembangan otak terjadi secara pesat pada masa-masa ini dan tengkorak yang belum terbentuk ini merupakan ruang untuk berkembangnya otak secara sempurna. Oleh karena itu, apabila dilakukan pemijatan pada daerah kepala, maka terjadinya perdarahan otak
3 dan kerusakan system saraf di bagian otak akan semakin besar (Subakti dan Rizki, 2002). Dukun bayi lebih banyak ditemukan di daerah pedesaan daripada perkotaan. Hal ini disebabkan karena banyaknya orang desa yang masih mempercayakan pemijatan anak mereka pada dukun bayi dibandingkan melakukan pemijatan sendiri. Dari data Badan Pusat Statistik Kab. Grobogan tahun 2010 didapatkan data dukun bayi paling banyak terdapat di Desa Karangrayung yaitu 30 orang (http://grobogankab.bps.go.id/subyek_statistik/04.sosial/para- medis.jpg). Banyaknya dukun bayi menunjukkan masih tingginya minat ibu untuk memijatkan bayinya di dukun pijat. Beberapa penelitian tentang pijat bayi dilakukan oleh Oktobriariani (2010) menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang (71,9%) responden sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi memiliki kemampuan praktik pijat bayi yang baik. Hasil penelitian Oktaprianti (2011) menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang pijat bayi dalam kategori baik sebanyak 15 orang (62,5 %) sedangkan sikap ibu dalam kategori positif yaitu sebanyak 15 orang (62,5%). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Pijat Dukun bayi di Kecamatan Karangrayung. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan pengetahuan dengan praktik pijat dukun bayi di Kecamatan Karangrayung?
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dengan praktik pijat dukun bayi di Kecamatan Karangrayung. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan dukun bayi tentang pijat bayi di Kecamatan Karangrayung b. Mendeskripsikan praktik pijat dukun bayi di Kecamatan Karangrayung c. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktik pijat dukun bayi di Kecamatan Karangrayung D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang hubungan antara pengetahuan dengan praktik pijat dukun bayi di Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Fasilitas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi fasilitas kesehatan untuk memberikan pengetahuan pijat bayi dalam kaitannya dengan pembentukan praktik pemijatan yang benar.
5 b. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih meningkatkan perhatian dalam memberikan informasi mengenai pengetahuan pijat bayi dalam kaitannya dengan pembentukan praktik pijat dukun bayi yang benar. c. Bagi Masyarakat Manfaat bagi masyarakat adalah untuk membuka wawasan tentang pengetahuan pijat bayi sehingga terbentuk sikap positif untuk melakukan pijat bayi secara mandiri. d. Bagi Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah pengetahuan dan praktik pijat dukun bayi.
6 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pijat Bayi Terhadap Praktik Pijat Bayi di Polindes Harapan Bunda Sukoharjo 2010 Rona Riasma Oktobriariani 2 Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat BadanBayi Usia 3-6 Bulan Dikelurahan Pasianan Tigo Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang 2010 Merineherta, Sabri, Fuadi 3 Pengaruh penyuluhan tentang pijat bayi terhadap pengetahuan Sasaran orang tua bayi yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan. yang melakukan kunjungan imunisasi di Polindes Harapan Bunda Sukoharjo pada bulan Mei-Juni 2010, yaitu sebanyak 35 responden. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 3-6 bulan di kelurahan Pasia Nan Tigo wilayah kerja puskesmas Lubuk Buaya yang berjumlah 20 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang Variable yang diteliti Pretes praktik pada level persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adopsi. Pendidikan kesehatan tentang pijat bayi. Postes praktik pada level persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adopsi. Pengaruh pijat bayi, peningkatan berat badan Melihat adanya pengaruh Penyuluhan tentang pijat Metode Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan One Group Pretest- Postest. Desain penelitian merupakan penelitian eksperimen sederhana atau Randomized Control Trial (RCT). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi memiliki kemampuan praktik pijat bayi yang baik yaitu sebanyak 23 orang (71,9%). Hasil penelitian yang diperoleh dari pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan Nilai P< 0.05. Ada perbedaan pengetahuan ibu tentang pijat bayi antara sebelum
7 dan keterampilan ibu melakukan pijat bayi di BPS. Hj. Sri Wahyuni, S. ST, Semarang 2009 Ayuanda melahirkan (ibu bersalin) normal di BPS Hj. Sri Wahyuni, S. ST Semarang yang hanya dihitung satu kali untuk pemeriksaann ya pada Juni 2009 sehingga jumlah responden tidak terulang lagi menurut data bulan Maret 2009, jumlah populasi adalah 40 ibu bersalin. bayi dengan pengetahuan dan keterampila n ibu melakukan pijat bayi dengan rancangan penelitian preeksperimenta, pendekatan one group pretest post test. dan sesudah penyuluhan dengan z hitung sebesar 5,264 (p value =0,000) dan ada perbedaan keterampilan ibu melakukan pijat bayi dengan t hitung sebesar 30,853 (p value 0,000) Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah terdapat pada variabel yang akan diteliti, tempat dan waktu. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan dan variabel terikatnya adalah praktik, sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktobriariani variabel bebasnya adalah pendidikan kesehatan dan variabel terikatnya adalah praktik pijat bayi, penelitian oleh Merineherta, Sabri dan Fuadi variabel bebasnya adalah pijat bayi dan variabel terikatnya adalah peningkatan berat badan bayi, penelitian oleh Ayuanda variabel bebasnya adalah penyuluhan tentang pijat bayi dan variabel terikatnya adalah pengetahuan dan keterampilan. Tempat yang akan penulis lakukan penelitian adalah di Kecamatan Karangrayung dengan pertimbangan Kecamatan Karangrayung merupakan daerah yang memiliki jumlah dukun bayi terbanyak dan beberapa diantaranya dalam melakukan praktik terdapat
8 langkah-langkah pemijatan yang tidak sesuai dengan teknik pemijatan yang dianjurkan.