MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 7 Agustus 2011 sampai dengan 10 Januari 2012. Cacing tanah (L. rubellus) diperoleh dari Laboratorium Lapang Kandang C, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 15 ekor mencit (M. musculus) jantan umur 21 hari dengan berat rata-rata 12 g. Mencit tersebut diperoleh dari salah satu peternak mencit di wilayah Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan sebanyak 15 kandang individu, terbuat dari plastik yang berukuran 30 x 24 x 10 cm. Kandang tersebut dilengkapi dengan kawat penutup serta tempat pakan dan minum untuk mencit. Peralatan yang digunakan antara lain termohygrometer yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang. Timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,01 g. Alat penampi yang digunakan untuk memisahkan pakan yang bercampur dengan sekam dan kotoran. Sapu dan sikat untuk membersihkan kandang, alat tulis, serta kertas label. Pakan Pakan yang digunakan adalah pakan ayam bukan ras (buras) komersil yang biasa digunakan peternak mencit dengan kandungan protein kasar 12% serta L. rubellus sebagai pakan tambahan. Lumbricus rubellus diberikan dalam kondisi hidup. Kandungan pakan yang digunakan tersaji pada Tabel 3.
Table 3. Kandungan Zat Nutrisi Pakan yang Digunakan dan Kebutuhan Nutrisi Mencit dalam Bahan Kering Kandungan dalam Kandungan L. Kebutuhan mencit Zat nutrisi pakan utama * rubellus ** *** Bahan kering (%) 90,91 87,97 - Abu (%) 18,11 5,09 - Protein kasar (%) 8,38 60,03 12-24 Serat kasar (%) 13,53 7,10 5,00 Lemak (%) 3,40 7,36 5,00 Keterangan : * Hasil Analisis Peroksimat, di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Februari 2012 ** Fauzzy (2009) *** National Research Council (1995) Persiapan Prosedur Persiapan materi penelitian dilakukan dengan memelihara induk mencit dengan manajemen pemeliharaan yang baik, sehingga didapatkan mencit lepas sapih yang baik. Kriteria pemilihan indukan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan (rata-rata 8 ekor/kelahiran), litterr size sapih, dan keberhasilan kopulasi. Perkawinan dilakukan secara koloni yaitu dengan menggabungkan satu ekor pejantan dengan delapan ekor betina. Setelah bunting induk mencit ditempatkan dalam kandang beranak secara individu. Setelah beranak dan disapih, dilakukan pemisahan terhadap anak mencit lepas sapih jantan dan betina. Sebanyak 15 ekor mencit jantan lepas sapih kemudian digunakan sebagai materi penelitian. Pakan tambahan (L. rubellus) dipersiapkan dengan dipelihara dan dikembangbiakkan selama dua bulan. Media pemeliharaan L. rubellus berupa feses sapi, sedangkan L. rubellus yang dipelihara sebanyak 500 g. Kandang dan peralatan dibersihkan sebelum digunakan, dilakukan dengan mencuci kandang dan peralatan tersebut dengan desinfektan. Alas kandang mencit (sekam padi) ditampi terlebih dahulu untuk memisahkan sekam dari debu dan kotoran. Setelah ditampi sekam dimasukkan ke dalam kandang individu dengan ketebalan 1-2 cm. Pakan dan minum diberikan sebelum mencit dimasukkan ke dalam kandang. Pengecekan botol minum juga dilakukan untuk mengantisipasi adanya kebocoran.
Pelaksanaan Penelitian Mencit dimasukkan secara acak ke dalam 15 kandang individu, kemudian kandang tersebut diletakkan ke dalam rak penelitian. Pakan utama (pakan ayam kampung) diberikan ad libitum pada pukul 07.00-08.00 WIB, sedangkan cacing tanah diberikan pada siang hari pukul 11.00-12.00 WIB. Waktu pemberian cacing didasarkan pada penelitian pendahuluan yang telah dilakukan. Penelitian pendahuluan mencoba tiga cara pemberian cacing untuk mencit. Cara pertama yaitu cacing diberikan sebelum mencit mendapatkan pakan utama. Hasil pengamatan menunjukkan cacing termakan habis oleh mencit. Cara kedua yaitu cacing diberikan secara bersamaan dengan pakan utama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cacing tidak dimakan oleh mencit karena mencit lebih memilih pakan utama. Cacing yang tidak dimakan menyebabkan semut masuk dalam kandang dan mengganggu kondisi mencit. Cara ketiga yaitu cacing diberikan 3-4 jam setelah pemberian pakan utama. Hasil menunjukkan bahwa cacing termakan habis oleh mencit. Cara ketiga lebih baik dari pada cara pertama. Pakan sumber protein hewani lebih lama dicerna dalam menghasilkan energi dibandingkan dengan pakan pati-patian (Widodo 2002), sehingga cacing lebih baik diberikan setelah pakan utama. Sebelum diberikan, terlebih dahulu cacing dibersihkan dari tanah dan kotoran yang menempel kemudian di timbang sesuai perlakuan. Pemeriksaan dilakukan setiap pukul 16.00 WIB untuk mengetahui apakah cacing dimakan atau tidak. Cacing yang tidak dimakan dikeluarkan dari kandang karena dapat mengundang semut. Pemberian air minum dan penggantian alas dilakukan setiap tiga hari sekali. Alas yang telah digunakan ditampi untuk memisahkan sekam dengan sisa pakan dan feses mencit. Sisa pakan yang telah terpisah dijemur terlebih dahulu kemudian ditimbang. Periode pemeliharaan dilakukan hingga mencit berumur lima minggu atau ketika mencit telah dewasa kelamin dan mencapai bobot 20 g. Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan yaitu, mencit tidak diberi L. rubellus (P0); L. rubellus 1 g/ekor/hari (P1); L. rubellus 2 g/ekor/hari (P2). Tiap perlakuan mendapat lima kali ulangan.
Menurut Steel dan Torrie (1993) model statistiknya adalah sebagai berikut : Yij = µ + iד + зij Keterangan : Yij = nilai pengamatan ke-j pada perlakuan ke-i µ = nilai rataan umum (1,2,3) ke-i iד = pengaruh perlakuan зij = pengaruh galat ulangan ke-j (1,2,3,4,5) pada perlakuan ke-i Analisis Data Data dianalisis dengan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati. Pengujian ini dilakukan menggunakan software Minitab 15. Jika hasil analisis menunjukkan nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji perbandingan nilai tengah dengan mengunakan uji Tukey. Peubah yang Diamati 1. Konsumsi Bahan Kering Pakan (g BK/ekor/hari) Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi mencit selama 24 jam, diukur dengan menghitung selisih antara jumlah pemberian dan sisa pakan kemudian dibagi dengan waktu penggantian pakan. Konsumsi Pakan (g BK/ekor/hari) = 2. Bobot Badan (g/ekor) Bobot badan merupakan ukuran berat badan saat ditimbang. Diperoleh dengan menimbang mencit yang ditempatkan di atas timbangan digital. 3. Pertambahan Bobot Badan Harian (g/ekor/hari). {pemberian pakan (g) sisa pakan (g)} 3 hari Merupakan pertambahan bobot badan dalam satu satuan waktu tertentu. Perhitungan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dilakukan dengan cara mengurangkan bobot badan pada saat penimbangan (BB t ) dengan bobot badan tiga hari sebelumnya (BB t-3 ). Rumus yang digunakan adalah: PBBH (g/ekor/hari) = BB t (g) - BB t-3 (g) 3 hari
4. Konversi Pakan (KP) Konversi pakan adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah pakan yang diperlukan (g) untuk mendapatkan satu gram pertambahan bobot badan dalam satuan waktu tertentu. Konversi pakan dihitung dengan rumus : KP = Konsumsi pakan mencit (g/ekor/hari) PBB (g/ekor/hari) 5. Mortalitas Mortalitas merupakan jumlah individu yang mati dari suatu populasi atau sampel. Persentase mortalitas didapatkan dengan membagi jumlah mencit yang mati (y) dengan jumlah keseluruhan sampel dalam satu level perlakuan (n). Mortalitas mencit ditentukan dengan rumus berikut : Presentase Mortalitas (%) = y n x 100%