BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh yang erat kaitannya dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Jawaban mohon diisi dengan jelas dan lengkap, untuk pertanyaan pilihan, selahkan pada pilihan saudara (hanya 1 pilihan).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

TUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada orang dewasa kelebihan berat badan ditunjukkan dengan penumpukan lemak tubuh yang erat kaitannya dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia yakni kolesterol yang tinggi di dalam darah, ini dapat memberikan dampak penyumbatan pembuluh darah dan jantung (Newman, 2002). Penimbunan lemak tubuh pada orang dewasa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain status sosial ekonomi, konsumsi energi 110% dari kebutuhan gizi yang dianjurkan dan lemak yang berlebihan, tingkat aktivitas, dan gaya hidup seperti banyaknya waktu luang yang dikeluarkan untuk hidup santai (Satoto, 1998). Dampak dari penimbunan lemak tubuh atau overweight/obesitas pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, stroke dan penyakit hati. Penyakit ini menonjol pada orang dewasa dan lanjut usia di daerah perkotaan di daerah Sumatera, Jawa, dan Bali. Prevalensi obesitas di Indonesia masih relatif tinggi dengan terdapatnya peningkatan dari tahun ketahun (Almatsier, 2001). Survei Nasional yang dilaporkan Depkes (2004), prevalensi overweight pada pria dewasa pada Tahun 1996 sebesar 8,1% dan pada usia (40-49 tahun) meningkat menjadi 24,4% (1997). Obesitas sendiri mencapai prevalensi yang menanjak dari 6,8% menjadi 23% di tahun yang sama. Kasus obesitas pada pria usia dewasa meningkat dalam kurun waktu 5 tahun yakni, 2,3% (1988), 3,7% (di Tahun 1993) dan meningkat menjadi 15,9% pada Tahun 2000. Berdasarkan laporan dari WHO, bahwa prevalensi obesitas di Indonesia Tahun 2002 sebesar 22% menjadi 24% (48-53 juta penduduk) (Arief, 2007). Faktor-faktor yang..., Nimas Ayu Arce Roselly P., FKM 1 UI, 2008

2 Prevalensi obesitas di USA pada Tahun 2000 mencapai 31%, pernyataan ini dilaporkan Arief (2007). Menurut CDC angka overweight/obesitas di USA pada Tahun 2004 meningkat 66,3%. Kematian akibat Penyakit sirkulasi di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1996 mencapai 959.227 penderita, yakni 41,4% dari seluruh kematian (Ulfah, 2000). Sesuai Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Tahun 2001 proporsi kematian karena Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah meningkat dari 9,1% Tahun 1986 meningkat menjadi 26,3% pada Tahun 2001, Stroke dari 5,5% pada Tahun 1986 menjadi 11,5% di Tahun 2001. Berdasarkan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) 2001 didapatkan bahwa penyakit sistim sirkulasi (jantung dan sistim peredaran darah) merupakan penyebab utama kematian yaitu sebanyak 23,39% meningkat pada Tahun 1992 sebesar 21% menjadi 32,0% pada Tahun 1995 (Depkes, 2002). Penelitian Kosa pada tahun (2006) menunjukkan bahwa peningkatan penyakit sistim sirkulasi (jantung dan sistem peredaran darah) di Indonesia sebanding dengan meningkatnya prevalensi faktor risiko. Dalam kurun waktu 1988 dan 1993 survai MONICA menunjukkan bahwa prevalensi hiperkolesterolemia (peningkatan kadar lemak darah) telah meningkat dari 13,6% menjadi 16,5% pada laki-laki dan 16% menjadi 17% pada perempuan. Obesitas telah meningkat dari 2,3% menjadi 3,7% pada laki-laki dan 7,3% menjadi 10% pada perempuan. Dengan semakin meningkatnya usia, persentase lemak tubuh pada lakilaki awalnya meningkat yaitu diawali usia 20 tahun hingga usia berkisar 50-60 tahun dan kemudian menurun setelah usia 80 tahun (Salem, 2007). Banyak faktor yang dapat menyebabkan kegemukan salah satu diantaranya adalah pertambahan usia, yang terjadi karena perubahan biologis yaitu penurunan

3 otot dan peningkatan lemak tubuh (0,34 kg per tahun). Menurut Garrow pada Tahun (2000), berdasarkan dari hasil penelitian di negara maju atau negara berkembang prevalensi overweight/obesitas pada pria meningkat sampai usia 55 tahun setelah itu terjadi penurunan. Pada kelompok laki-laki dan perempuan dengan usia 40-60 tahun memiliki kecenderungan untuk terjadinya obesitas. Menurut Rosmalina (2004), menunjukkan bahwa jumlah asupan energi yang digunakan baik pada pekerja ringan (staf) dan maupun pekerja berat (lapangan) mempunyai keseimbangan negatif atau defisit energi yaitu kurang dari 500 Kkal. Di perkotaan dengan peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan globalisasi ekonomi. Di samping itu berkurangnya aktifitas fisik pada golongan ini dapat berisiko mengalami masalah gizi lebih berupa overweight atau obesitas (Almatsier, 2001). Menurut WHO (2003), faktor pola makan memiliki pengaruh terhadap kejadian kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas, termasuk didalamnya frekuensi makan atau snack, pola makan dengan porsi besar dan makan diluar. Pola makan pada usia 40 55 tahun dengan ukuran porsi makannya yang tidak tepat (porsi besar), lemak tubuh yang meningkat dan didukung aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan terjadinya kelebihan konsumsi. Di samping itu pola makan merupakan risiko penyebab overweight atau obesitas. Aktivitas fisik merupakan salah satu penentu yang penting dalam berat badan. Rendahnya aktivitas fisik yang dibarengi pola makan yang berlebih dapat menimbulkan kejadian gizi lebih. Terjadinya peningkatan sel lemak dalam rongga perut atau pinggul diakibatkan oleh penimbunan energi dalam bentuk jaringan lemak

4 karena mobilisasi energi menurun (Harsojo, 1997). Menurut MD Van Loan dalam Wiyono (2002) bahwa lemak tubuh yang berhubungan dengan penyakit jantung adalah timbunan lemak di dalam rongga perut. Sementara, BjOntOrp dalam Wiyono (2002) menyatakan bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan prediktor kuat terhadap penyakit jantung, pembuluh darah, dan diabetes melitus. Pakar lainnya, ML Wahlqvist (2002) bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan pemicu untuk terjadinya diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit kardiovaskuler. Menurut Lapidus (1994) secara teknis untuk mengetahui adanya timbunan lemak di dalam rongga perut yaitu dengan melihat nilai bagi antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul atau lebih dikenal sebagai nilai rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP). Nilai RLPP yang tinggi mencerminkan banyaknya timbunan lemak pada rongga perut. Selanjutnya Bray pada Tahun (1996) membagi RLPP menjadi dua kategori, yaitu kategori RLPP tinggi dan RLPP rendah. Untuk pria dianggap tinggi jika nilai RLPP lebih dari 0.95 dan untuk wanita lebih dari 0.80. Selain itu lemak tubuh juga sebagai cerminan terjadinya kelebihan berat badan/overweight atau kegemukan/obesitas. Dalam Apriadji (1986), faktor pendapatan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan makanannya yang diperlukan tubuh. Pendapatan keluarga yang tinggi biasanya didukung oleh kemampuan membeli bahan makanan dalam jumlah yang lebih dari mencukupi dibandingkan dengan yang pendapatan keluarganya rendah. Dengan pendapatan yang tinggi dan pola makan yang berlebih dapat Menimbulkan penimbunan lemak tubuh, dimana lemak tubuh juga sebagai cerminan terjadinya kelebihan berat badan/overweight atau kegemukan/obesitas.

5 Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi merupakan faktor dalam menentukan kejadian masalah gizi seperti kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas yang erat kaitannya juga dengan kelebihan lemak tubuh. Menurut Apriadji (1986), seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki kemampuan dalam menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah sekalipun yang berpendidikan rendah rajin mendengarkan dan turut serta dalam penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Namun tingkat pendidikan turut pula menentukan seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, sehingga seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi seperti kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas dan dapat mengambil tindakan dalam menangani masalah tersebut. Pakar lain Kodyat (1996), juga menemukan kelompok usia 40-55 tahun merupakan kelompok paling rawan terhadap kejadian obesitas dan berdasarkan dari jenis pekerjaan bahwa kasus kegemukan pada PNS sebesar 27,3%, jenis pekerjaan paling tinggi diantaranya yaitu ABRI/TNI sebesar 26,4%. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI- AD untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas berdasarkan persen lemak pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.2. Rumusan masalah penelitian Overweight dan obesitas diketahui dapat memicu beberapa penyakit sirkulasi (degeneratif). Overweight dan obesitas yang tidak ditangani secara tepat akan

6 meningkatkan penyakit penyerta (nyeri sendi, keslitan bernafas, berhanti nafas saat tidur), memperpendek usia harapan hidup, dan hilangnya produktifitas yang berhubungan erat dengan ketidak seimbangan asupan energi dengan keluaran energi menjadi rendah, bila metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Makan lebih banyak dari kebutuhan tidaklah salah hanya perlu diperhatikan harus diimbangi dengan aktivitas fisik yang rutin (Witjaksono, 2003). Informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan persen lemak tubuh pada anggota ABRI/TNI belum banyak diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut untuk menambah informasi dan data yang sudah ada maka dilakukan penelitian. 1.3. Pertanyaan penelitian 1.3.1. Bagaimana gambaran golongan kerja dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.2. Bagaimana gambaran pola makan (karbohidrat, lemak, protein) dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNIdi Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008?

7 1.3.4. Bagaimana gambaran RLPP dengan obeitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.5. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.6. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.7. Apakah ada hubungan antara golongan kerja dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.8. Apakah ada hubungan antara pola makan (karbohidrat, lemak, protein) dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.9. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.10. Apakah ada hubungan antara RLPP dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008?

8 1.3.11. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.3.12. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2. Tujuan Khusus 1.4.2.1 Diperoleh gambaran mengenai golongan kerja dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.2 Diperoleh gambaran mengenai pola makan (karbohidrat, lemak, protein) dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI pria (40-55 thn) di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.3 Diperoleh gambaran mengenai aktivitas fisik dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008.

9 1.4.2.4 Diperoleh gambaran mengenai RLPP dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.5 Diperoleh gambaran mengenai pendapatan keluarga dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.6 Diperoleh gambaran mengenai tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.7 Diketahui hubungan antara golongan kerja dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.8 Diketahui hubungan antara pola makan (karbohidrat, lemak, protein) dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.9 Diketahui hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas berdasarkan Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.10 Diketahui hubungan antara RLPP dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008.

10 1.4.2.11 Diketahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.4.2.12 Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD Tahun 2008. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi peneliti Diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian dengan mengaplikasikan ilmunya selama masa perkuliahan. 1.5.2. Bagi Masyarakat Diharapkan bermanfaat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 thn) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI- AD Tahun 2008. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal-Zeni TNI-AD pada 21 April -12 Mei, tahun 2008 pada anggota ABRI/TNI pria (40-55 thn) sebanyak 105 orang. Analisis dilakukan pada penelitian tersebut merupakan analisis data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri berupa SECA untuk mengukur berat badan dengan ketelitian 0,1 kg,

11 mikrotoise untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm, pita ukuran dari non plastik untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar pinggul, persen lemak tubuh dengan menggunakan BIA. Data pola makan pada penelitian ini menggunakan metode FFQ semi kuantitatif.