WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG IZIN GANGGUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN BUKTI KEPEMILIKAN TERNAK DALAM KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

Transkripsi:

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengaturan, pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan usaha yang dilaksanakan dalam daerah agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta untuk menjamin kepastian hukum dalam berusaha, menciptakan iklim usaha yang kondusif antara dunia usaha, kepentingan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka perlu diatur tentang Izin Tempat Usaha; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Tempat Usaha; Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Bau-Bau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 93, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4120 ); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 1

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BAUBAU dan WALIKOTA BAUBAU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN TEMPAT USAHA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Baubau. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Baubau. 3. Walikota adalah Walikota Baubau. 4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau. 6. Orang adalah subyek hukum baik orang pribadi (perorangan) maupun badan. 7. Badan adalah suatu bentuk Badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha lainnya. 8. Usaha adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang dijalankan secara teratur dalam suatu bidang dengan maksud mencari keuntungan; 9. Tempat Usaha adalah tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha di daerah yang dijalankan secara teratur dalam bidang usaha tertentu dengan tujuan mencari keuntungan. 2

10. Izin Tempat Usaha yang selanjutnya disebut Izin adalah izin yang diperlukan untuk mendirikan maupun menyelenggarakan tempat usaha yang dilaksanakan secara teratur dalam bidang usaha tertentu dengan maksud mencari keuntungan atau laba. 11. Surat Izin Tempat Usaha yang selanjutnya disingkat SITU adalah naskahyang berisikan ketentuan yang mengatur perizinan yang dikeluarkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. 12. Pemegang SITU adalah orang yang diberikan izin oleh Walikota untuk mendirikan maupun menyelenggarakan tempat usaha. 13. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 14. Penyelidikan adalah upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Penerbitan SITU adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Penerbitan SITU yang terjadi serta menentukan tersangkanya. 16. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang- Undang untuk melakukan penyidikan. 17. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnyadisingkat PPNS, adalah Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan pedoman dalam rangka penertiban agar setiap orang yang melakukan kegiatan usaha memiliki SITU. (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan legalitas terhadap suatu tempat usaha dan pengawasan kegiatan usahanya. 3

BAB III KETENTUAN PERIZINAN Bagian Kesatu Umum Pasal 3 (1) Setiap orang yang mendirikan atau menyelenggarakan tempat usaha wajib mendapat SITU dari Walikota. (2) Pelayanan SITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh pejabat. Bagian Kedua Persyaratan SITU Pasal 4 Untuk memperoleh SITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, setiap orang wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota dengan melengkapi persyaratan SITU. Pasal 5 (1) Persyaratan SITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi: a. mengisi formulir permohonan SITU; b. melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan/atau bukti kewarganegaraan bagi Warga Negara Asing (WNA); c. melampirkan fotocopy akta pendirian perusahaan bagi yang berbadan hukum (CV) dan/atau Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan HAM (untuk perseroan terbatas/pt); d. melampirkan fotocopy surat bukti kepemilikan tanah; e. melampirkan fotocopy Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan f. melampirkan fotocopy Izin Gangguan (HO). (2) Formulir Permohonan SITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit memuat: a. nama pemohon dan atau penanggung jawab usaha/kegiatan; b. alamat pemohon; c. nama perusahaan; d. alamat perusahaan; e. bidang usaha/kegiatan; 4

f. lokasi kegiatan; g. nomor telepon perusahaan; h. status, letak dan luas tempat usaha; dan i. pernyataan pemohon izin tentang kesanggupan memenuhi ketentuan perundang undangan. (3) Untuk kepentingan ketertiban, keselamatan atau kesehatan umum, Pemerintah Daerah dapat menetapkan tempat-tempat yang dilarang untuk didirikan tempat-tempat usaha. Pasal 6 (1) Terhadap permohonan yang diterima, Walikota atau pejabat menerbitkan SITU paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. (2) Terhadap permohonan yang ditolak, Walikota atau pejabat memberikan jawaban tertulis disertai alasan yang jelas paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. (3) SITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas nama p emohon dan tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan Walikota. Pasal 7 Walikota atau Pejabat dapat menolak permohonan apabila : a. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1); b. tempat usaha terletak pada lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan c. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Masa Berlaku, Perubahan dan Pencabutan Izin Pasal 8 (1) SITU berlaku sepanjang tempat usaha dan atau kegiatan tersebut masih ada dan tidak mengalami perubahan. (2) Dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan pemegang SITU wajib melaksanakan daftar ulang (her -registrasi) setiap 1 (satu) tahun sekali. (3) Permohonan daftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal jatuh tempo. 5

Pasal 9 (1) Pemegang SITU wajib mengajukan permohonan perubahan SITU dalam hal melakukan perubahan tempat usaha dari sebelumnya sebagai akibat dari : a. perubahan sarana usaha; b. penambahan kapasitas usaha; c. perluasan lahan dan bangunan usaha; d. perubahan jenis usaha; e. perluasan tempat usaha; f. perubahan kepemilikan usaha; g. perubahan kepemilikan tempat usaha; dan h. perubahan waktu atau durasi operasi usaha. (2) Dalam hal terjadi perubahan penggunaan ruang di sekitar lokasi usahanya setelah diterbitkan SITU, pemegang SITU tidak wajib mengajukan permohonan perubahan SITU. (3) Ketentuan dan tata cara persyaratan permohonan perubahan SITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Walikota. Pasal 10 SITU dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku apabila: a. pemegang SITU tidak dapat melaksanakan usahanya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkannya SITU; b. kegiatan usahanya telah berhenti dan tidak dapat meneruskan usahanya dalam waktu 1 (satu) tahun; c. pemegang SITU melakukan perubahan sarana usaha, penambahan kapasitas usaha, perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau perubahan waktu atau durasi operasi usaha, perubahan jenis usaha, dan perluasan tempat usaha tanpa mengajukan perubahan kepada Walikota. d. persyaratan yang pernah diajukan ternyata pembohongan, palsu, menyesatkan, atau tidak benar. e. jenis kegiatan usaha yang dijalankan sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan pada waktu diterbitkannya izin. f. tidak melakukan permohonan daftar ulang (her-register). BAB IV PENYELENGGARAAN PERIZINAN Bagian Kesatu Kewajiban Pemberi SITU Pemberi SITU wajib: Pasal 11 6

a. menyusun persyaratan SITU secara lengkap, jelas, terukur, rasional, dan terbuka; b. memperlakukan setiap pemohon SITU secara adil, pasti, dan tidak diskriminatif; c. membuka akses informasi kepada masyarakat sebelum SITU dikeluarkan; d. menjelaskan persyaratan yang belum dipenuhi apabila dalam hal permohonan SITU belum memenuhi persyaratan; e. memberikan keputusan atas permohonan SITU yang telah memenuhi persyaratan; f. memberikan pelayanan berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan prima; dan g. melakukan evaluasi pemberian layanan secara berkala. Bagian Kedua Kewajiban dan Hak Pemohon SITU Pemohon SITU wajib: Pasal 12 a. memenuhi seluruh persyaratan perizinan; b. menjamin semua dokumen yang diajukan adalah benar dan sah; c. membantu kelancaran proses pengurusan izin; d. melaksanakan seluruh tahapan prosedur perizinan; e. melaporkan setiap terjadi perubahan jenis usaha atau perluasan tempat usaha; f. melaporkan apabila menghentikan atau menutup kegiatan usaha, serta mengembalikan surat izin bersangkutan; g. melaporkan setiap terjadi perubahan kepemilikan tempat usaha dan perubahan kepemilikan usaha; h. melaporkan setiap kerusakan atau kehilangan surat izin, serta dapat mengajukan permohonan penggantian (duplikat); i. melaporkan kegiatan usahanya secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali; j. menjaga keamanan dan ketertiban tempat usaha; k. memelihara kebersihan, keindahan lokasi, dan kelestarian lingkungan tempat usaha; l. mencegah kegiatan tempat usaha untuk kegiatan perjudian dan perbuatanperbuatan yang melanggar kesusilaan; m. memberikan data dan/atau keterangan yang benar ketika melaksanakan perubahan izin; dan n. menyediakan alat pemadam kebakaran. Pemohon SITU mempunyai hak: Pasal 13 a. mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas dan tujuan pelayanan serta sesuai Standar Pelayanan Minimal yang telah ditentukan; b. mendapatkan kemudahan untuk memperoleh informasi selengkaplengkapnya tentang sistem, mekanisme, dan prosedur perizinan; 7

c. memberikan saran untuk perbaikan pelayanan; d. mendapatkan pelayanan yang tidak diskriminatif, santun, bersahabat, dan ramah; e. menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan; f. mendapatkan penyelesaian atas pengaduan yang diajukan sesuai mekanisme yang berlaku; g. melakukan kegiatan usaha dengan izin yang dimiliki; dan h. mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah. Pemberi SITU dilarang: BAB V LARANGAN Pasal 14 a. meninggalkan tempat tugasnya, sehingga menyebabkan pelayanan terganggu; b. menerima pemberian uang atau barang yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan; c. membocorkan rahasia atau dokumen yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dirahasiakan; d. menyalahgunakan pemanfaatan sarana-prasarana pelayanan; e. memberikan informasi yang menyesatkan; dan f. menyimpang dari prosedur yang sudah ditetapkan. Pemegang SITU dilarang: Pasal 15 a. melaksanakan kegiatan usaha di luar izin yang diberikan; b. melaksanakan kegiatan yang melanggar ketentuan peraturan perundangundangan; c. menyimpan barang-barang pada badan jalan dan trotoar; d. memindahtangankan izin kepada pihak lain tanpa seizin Walikota; dan e. memberikan uang jasa atau bentuk lainnya kepada petugas perizinan di luar ketentuan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PERAN MASYARAKAT Pasal 16 (1) Dalam setiap tahapan dan waktu penyelenggaraan perizinan, masyarakat berhak mendapatkan akses informasi dan akses partisipasi. 8

(2) Akses informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. tahapan dan waktu dalam proses pengambilan keputusan pemberian izin; dan b. rencana kegiatan dan/atau usaha dan perkiraan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat; (3) Akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengajuan pengaduan atas keberatan atau pelanggaran perizinan dan/atau kerugian akibat kegiatan dan/atau usaha. (4) Pemberian akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan mulai dari proses pemberian perizinan atau setelah perizinan dikeluarkan. (5) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya diterima jika berdasarkan pada fakta atas ada atau tidaknya gangguan yang ditimbulkan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan tentang gangguan. (6) Ketentuan pengajuan atas keberatan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 (1) Pengendalian pelaksanaan pemberian izin-izin dilakukan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atau karena kewenangannya mendapat tugas untuk menandatangani Izin. (2) Pembinaan teknis dilaksanakan oleh SKPD/unit kerja yang secara teknis membidangi baikbersama-sama maupun sendiri-sendiri. (3) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan secara Instansional dibawah koordinasi Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. (4) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Pemerintah Daerah sewaktuwaktu dapat melakukan pemeriksaan terhadap lokasi suatu kegiatan usaha. (5) Untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4), dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi secara berkala denganmemasuki tempat-tempat usaha yang dianggap perlu, sedangkan pemiliknya atau yang bersangkutan diwajibkan mengizinkan memasuki tempat-tempat usaha tersebut. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 (1) Walikota dapat memberikan sanksi administrasi atas pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dan peraturan pelaksanaannya. 9

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1), berupa : a. peringatan secara tertulis; b. pembekuan atau penahanan izin sebagai bahan pemeriksaan bila dianggap perlu; c. pencabutan izin; dan d. penghentian atau penutupan tempat usaha yang tidak memiliki dan/atau melanggar izin. (3) Walikota atau pejabat yang ditunjuk atau karena kewenangannya, memerintahkan untuk menghentikan kegiatan usaha yang belum memiliki izin sedangkan pendirian tempat usaha tersebut diperlukan izin. (4) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat mencabut izin apabila: a. tempat usaha telah diubah sedemikian rupa, sehingga jika perubahan itu sudah ada sejak semula, izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dinyatakan batal; dan b. pemegang izin tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15. (5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3) dan ayat (4) disertai dengan penutupan tempat usaha yang didahului dengan surat peringatan. (6) Dalam keadaan mendesak dan dalam hal perintah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3) danayat ( 4) diabaikan, Walikota atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menghentikan dan menutup tempat usaha tersebut. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 10

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU) agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU); c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidangsurat Izin Tempat Usaha (SITU); d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU); e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU); g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e tersebut di atas; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU); i. memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka dan/atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Surat Izin Tempat Usaha (SITU) menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, SITU yang diterbitkan sebelum diberlakukan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai dengan jatuh tempo daftar ulang dan wajib menyesuaikan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. 11

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akandiatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Baubau. Ditetapkan di Baubau pada tanggal, 4 MARET 2015 WALIKOTA BAUBAU, Diundangkan di Baubau pada tanggal, 4 MARET 2015 A.S. TAMRIN SEKRETARIS DAERAH KOTA BAUBAU, MUHAMAD DJUDUL LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU TAHUN 2015 NOMOR 2 NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA : (9/2015) 12

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA Bahwa dalam usaha pembinaan, penerbitan dan pengawasan terhadap tempat-tempat usaha serta dalam rangka penataan ruang, agar pelaku usaha dapat menjalankan kegiatannya untuk turut serta memajukan ekonomi didaerah perlu diatur sesuai dengan rencana pembangunan yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kota Baubau, maka perlu diatur terhadap tempat-tempat usaha yang sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan. Sebelum melakukan/menjalankan kegiatan usaha atau menggunakan usahanya setiap tempat usaha diharuskan terlebih dahulu memperoleh izin/persetujuan dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. Peraturan Daerah tentang Izin Tempat Usaha ini antara lain memuat ketentuan perizinan yang mewajibkan setiap orang yang akan mendirikan atau menyelenggarakan tempat usaha dalam wilayah Kota Baubau memiliki Surat Izin Tempat Usaha, hak dan kewajiban serta larangan bagi pemberi izin dan pemegang izin, pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha yang telah memiliki izin tempat usaha. Ketentuan perizinan dalam Peraturan Daerah tentang Izin Tempat Usaha ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok antara lain persyaratan izin, masa berlaku, perubahan dan pencabutan izin usaha. Hal-hal yang bersifat teknis dan operasional akan diatur dalam peraturan pelaksanaannya. II.PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan legalitas adalah keadaan (sah) atau keabsahan suatu tempat usaha. Pasal 3 13

Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 10 huruf a huruf b huruf c huruf d Cukup jelas. Untuk kepentingan ketertiban, keselamatan atau kesehatan umum, Pemerintah Daerah dapat menetapkan tempat-tempat yang dilarang untuk didirikan tempat-tempat usaha adalah diatur lebih lanjut dalam Keputusan Walikota. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan disekitar lokasi usahanya adalah ruang atau batas kegiatan usaha yang diizinkan sesuai dengan Surat Izin Tempat Usaha yang diterbitkan. Cukup jelas. 14

huruf e huruf f Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Yang dimaksud dengan pembohongan atau palsu adalah tidak sah, menyesatkan adalah tidak melalui prosedur yang benar, tidak benar adalah menyimpang dari yang seharusnya. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 2 15