LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 40 SERI C NOMOR SERI 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 25 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA Menimbang : a. b. bahwa pelayanan administrasi merupakan jasa pemerintah daerah yang langsung dapat dinikmati oleh orang perorangan atau suatu badan, karena itu guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), perlu memungut Retribusi Pelayanan Administrasi Di Lingkungan Pemerintah Daerah; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Administrasi Di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685); Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
3 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ) ; 8. 9. 10. 11. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ; Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara Nomor 8 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38 Seri D Nomor 27); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 5 Tahun 1992 tentang Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 1992 Nomor 16 Seri D Nomor 14 ); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38 Seri D Nomor 27); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Dan BUPATI HULU SUNGAI UTARA
4 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI DI LING-KUNGAN PEMERINTAH DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah lainnya sebagai penyelenggara pemerintahan di Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Utara; 4. Pelayanan Administrasi adalah pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah dalam penerbitan surat-surat dinas yang berhubungan dengan keperluan orang pribadi atau badan dalam rangka persyaratan kegiatan usaha atau sebagai bahan pembuktian; 5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai Utara; 6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara; 7. Berdaharawan Khusus Penerima atau dengan sebutan lain adalah mereka yang diberi tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk menerima, menyimpan, membukukan dan menyetor pendapatan daerah ke Kas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara;
5 8. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 9. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komonditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan Firma, Kongsi, Koperasi, yayasan atau bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya; 10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 11. Surat Ketetapan Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat SKORD adalah Surat yang digunakan wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan kewajiban retribusi untuk melaporkan dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut Perundang-undangan Retribusi Daerah; 12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi terutang atau tidak seharusnya terhutang. 15. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD atau dokumen yang dipersamakan adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
6 16. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan keberatan terhadap SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi. 17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban Daerah berdasarkan Peraturan Perundangundangan Retribusi Daerah. 18. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pelayanan Administrasi di lingkungan Pemerintah Daerah dipungut retribusi atas jasa pelayanan administrasi. Pasal 3 Objek Retribusi adalah setiap pelayanan adminsitrasi yang diberikan di lingkungan Pemerintah Daerah, berupa : a. salinan izin yang hilang atau rusak; b. penyesuain photo copy izin dengan dengan aslinya; c. surat keterangan; d. rekomendasi; e. perjanjian pemakaian kekayaan daerah; f. pemberian izin kegiatan usaha; g. akta catatan sipil.
7 Pasal 4 Dikecualikan dari objek retribusi adalah pelayanan administrasi untuk kepentingan kedinasan Instansi Pemerintah. Pasal 5 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh layanan administrasi yang diberikan di lingkungan Pemerintah Daerah. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 6 Retribusi Pelayanan Administrasi di lingkungan Pemerintah Daerah digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 7 Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis layanan yang diberikan. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 Prinsip dan sasaran dalam penetapan sturuktur dan besarnya tarif retribusi adalah untuk menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan administrasi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, serta untuk meningkatkan PAD.
8 BAB VI BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9 (1) Besarnya tarif retribusi adalah setiap pelayanan terhadap salinan izin yang hilang atau rusak, permintaan penyesuain photo copy izin dengan aslinya, permintaan surat keterangan, permintaan rekomendasi, perjanjian pemakaian kekayaan daerah, pelayanan pemberian izin kegiatan usaha, pelayanan akta catatan sipil, dipungut Retribusi sebesar Rp.6.000,- ( enam ribu rupiah ). (2) Bentuk tanda pelayanan administrasi, sekaligus sebagai dokumen pemungutan retribusi lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10 Retribusi Pelayanan Administrasi di lingkungan Pemerintah Daerah dipungut dalam wilayah daerah. BAB VIII TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 11 (1) Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan dokumen resmi berupa tanda pelayanan administrasi yang bentuknya ditetapkan oleh Bupati.
9 BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua perseratus ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB X TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 13 (1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam ) hari sejak diterbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN Pasal 14 (1) Penagihan Retribusi menggunakan dokumen sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (2). (2) Retribusi yang terhutang ditagih dengan menggunakan STRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
10 BAB XII PENGURANGAN, KERINGANAN dan PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 15 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan atau keringanan retribusi atas permohonan wajib retribusi dengan menyebutkan alasan alasan permintaan pengurangan atau keringanan retribusi. (2) Bupati dapat memberikan pembebasan retribusi atas permohonan wajib retribusi dengan menyebutkan alasan-alasan permintaan pembebasan tersebut. BAB XIII K E B E R A T A N Pasal 16 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas Ketetapan Retribusi, Wajib Retribusi harus membuktikan ketidakbenaran Retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SRDLB diterbitkan, kecuali bila wajib retribusi tertentu dapat mengajukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
11 (5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 17 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XIV PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 18 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan Keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.
12 (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannnya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilaksanakan setelah lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 19 (1) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. Nama dan alamat wajib retribusi; b. Masa retribusi; c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui Pos Tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman Pos Tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. (4) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dengan cara menerbitkan Surat Keputusan Retribusi ( SKR). (5) Apabila kelebihan pengembalian pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya.
13 BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp.5.000.000,- (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah. BAB XVI P E N Y I D I K Pasal 21 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah atau Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
14 d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi ; e. Melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e pasal ini ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang dapat dipertangggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. B A B XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati.
15 Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Ditetapkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005 BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Cap. TTD. H. FAKHRUDDIN Diundangkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, Cap. TTD. H. RISNADI BAHARUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 40 SERI C NOMOR SERI 18.