I. PENDAHULUAN. tidak kurang 23 Perguruan Tinggi kenamaan menjadi faktor pendukung. mahasiswa adalah konsumen utama usaha laundry (Kodoati, 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. alat-alat rumah tangga lainnya. Kehadiran jasa binatu ini dapat membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

I. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

WASTEWATER TREATMENT AT PT. X BY ACTIVE SLUDGE ( Pengolahan Limbah Cair PT. X Secara Lumpur Aktif )

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. orang yang pertama kali mempopulerkan celana jeans di Amerika. Sejarah

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

JURNAL PEMANFAATAN BAKTERI INDIGENUS DALAM REMEDIASI LIMBAH CAIR BINATU X DENGAN MEDIA LUMPUR AKTIF

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

I. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

SKRIPSI ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENUS DALAM PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Deissy L Nusanthary, Elliza Rosida Colby, Herry Santosa*

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

penelitian ini reaktor yang digunakan adalah reaktor kedua dan ketiga. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI LIMBAH CAIR BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai menjadi kain batik (Soewardi, 2008). motif, pewarnaan batik (celup, colet, lukis/painting, printing), yang

PROSES PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TAPIOKA. Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Klorin merupakan unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Xu dkk (2005) melaporkan

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan usaha laundry khususnya di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan sebesar 24% pada tahun 2001 hingga tahun 2002. Peningkatan ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang semakin besar. Kepadatan penduduk mencapai 3.603 jiwa/km 2 menjadi yang tertinggi di Kabupaten Sleman. Ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan tidak kurang 23 Perguruan Tinggi kenamaan menjadi faktor pendukung meningkatnya kepadatan dari tahun ke tahun. Tidak dapat dipungkiri mahasiswa adalah konsumen utama usaha laundry (Kodoati, 2002). Nasa Ajiarto Aji, Asisten Program Kerjasama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan Antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul, menjelaskan bahwa, jumlah laundry yang berizin khususnya di Kabupaten Sleman hanya berjumlah 96 usaha. Laundry yang mendapat ijin akan mendapatkan pengawasan dari dinas setempat dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dalam penanganan limbah paska pencucian. Sementara itu, untuk laundry yang tidak berizin, selain menggunakan bahan deterjen yang mengandung bahan aditif, penanganan limbah paska pencucian pun sembarangan (Pramseti, 2012) Utami (2013) mengemukakan bahwa usaha laundry juga memiliki dampak negatif yaitu adanya timbulan limbah yang dihasilkan oleh sisa proses laundry sehingga berpotensi untuk menimbulkan pencemaran terhadap 1

2 lingkungan terutama pada badan air. Meningkatnya jumlah industri laundry akan mengakibatkan meningkatnya penggunaan deterjen. Limbah laundry juga menghasilkan detergen dengan kandungan fosfat yang tinggi. Fosfat ini berasal dari Sodium Tripolyphospate (STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam detergen Kandungan fosfat yang tinggi (lebih dari 5 mg/l) dalam effluent limbah cair dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu tumbuhnya lumut dan microalgae yang berlebihan dalam badan air yang menerima limbah tersebut (HERA, 2003). Dalam bukunya, Ginting (1995) mengatakan bahwa pengolahan limbah yang aman untuk lingkungan dapat dilakukan dengan proses biologi, yaitu menggunakan biota dalam pengolahan limbah. Pengolahan limbah dengan proses biologi dapat dilakukan dengan cara fitoremediasi/ mengunakan tumbuhan sebagai bidegradator senyawa limbah, bioremediasi/ menggunakan mikroorganisme sebagai bidegradator, dan zooremediasi/ menggunakan hewan sebagai bidegradator. Teknologi pengolahan limbah yang saat ini mulai diterapkan adalah metode bioremediasi. Ewies, dkk (1998) menerangkan bahwa bioremediasi merupakan aplikasi dari prinsip prinsip proses biologi untuk mengolah air tanah, tanah, dan lumpur yang terkontaminasi zat- zat kimia berbahaya. Tujuan akhir dari bioremediasi adalah meminimalisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbon dioksida atau beberapa gas lain, senyawa organik, air, dan materi yang dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi (Ewies dkk, 1998). Teknik

3 bioremediasi yang biasanya dilakukan adalah dengan lumpur aktif. Menurut Herlambang dan Wahjono (1999), lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi pada pengolahan limbah. Proses pendegradasian pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidari material organik menjadi CO2, H2O, NH4, dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Proses pengolahan limbah cair dengan sistem lumpur aktif akan mengkonversi limbah organik ke dalam bentuk gas CO2 yang dilepas ke atmosfer sebesar 50% dan 50% lagi akan terkonversi menjadi biomassa. Lumpur aktif sendiri dapat dibuat dengan cara memberikan aerasi ke suatu limbah cair dan diberikan tambahan nutrien berupa sumber C, N dan P sebagai bahan baku dan energi untuk pertumbuhan sel (Benefield dkk., 1980). Oleh karena itu, di dalam penelitian ini dilakukan pengujian kemampuan dari bakteri yang terdapat pada limbah cair laundry menggunakan lumpur aktif untuk meremediasi limbah laundry. B. Keaslian Penelitian Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sudiana (2004) dalam Perombakan Detergen Alkil Sulfonat Linear dan Benzena Alkil Sulfonat menggunakan komunitas mikroba lumpur aktif, degradasi deterjen yang mengandung Alkil Sulfonat Linear dan Benzena Alkil Sulfonat dapat terjadi

4 pada unit pengolahan limbah. Kadar maksimum limbah yang dapat dirombak oleh komunitas mikroba lumpur aktif secara alami adalah sekitar 200 mg/l. Pengolahan air limbah rumah tangga secara biologis dengan media lumpur aktif juga pernah dilakukan oleh Nusanthary, dkk (2012). Pada penelitian ini limbah cair yang diambil berasal dari air bekas cuci dan mandi dapat diolah menjadi air yang dapat dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya. Tahapan dalam penelitian ini adalah karakterisasi limbah dan pengolahan air limbah. Ditinjau dari parameter uji ph, kerjernihan, dan kesadahan proses pengolahan selama 6 hari akan memberikan produk air hasil olahan relatif lebih baik pada penggunaan Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS) 1000mg/l. C. Rumusan Masalah 1. Isolat bakteri apa yang ditemukan paling dominan pada limbah cair binatu? 2. Apakah lumpur aktif dengan penambahan mikroba indigenus pada limbah binatu dapat melakukan bioremediasi? 3. Mikroba indigenus manakah yang paling optimal dalam meremediasi limbah cair binatu?

5 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui isolat bakteri paling dominan pada limbah cair binatu. 2. Mengetahui kemampuan lumpur aktif dengan penambahan mikroba indigenus pada limbah binatu dalam melakukan bioremediasi 3. Mengetahui mikroba indigenus yang paling optimal dalam meremediasi limbah cair binatu. E. Manfaat Penelitian Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bioremediasi limbah cair binatu menggunakan lumpur aktif dengan penambahan bakteri indigenus.