W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mencabut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 5 Tahun 2000 perlu diadakan revisi dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi saat ini dengan tetap berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; b. bahwa retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);
2 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3953); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 245 Tahun 2004 tentang Pedoman Penetapan Tarif Retribusi Jasa Umum; 13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 16 Tahun 1992 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 1992 Nomor 3 Seri D Nomor 2); 14. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2);
3 15. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Badan, Kecamatan dan Kelurahan Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 1 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 1). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARMASIN dan WALIKOTA BANJARMASIN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Banjarmasin. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Banjarmasin. 3. Walikota adalah Walikota Banjarmasin. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarmasin selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah Kota Banjarmasin; 5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin. 6. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Banjarmasin 7. Jasa adalah Kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 8. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 9. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 10. Retribusi parkir adalah pungutan yang dikenakan terhadap pemakai kendaraan parkir yang memarkir kendaraannya di tempat fasilitas parkir. 11. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, ketentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya. 12. Parkir adalah menempatkan atau menghentikan kendaraan selama waktu tertentu ditempat fasilitas parkir.
4 13. Pelayanan parkir di tepi jalan umum selanjutnya disebut pelayanan parkir adalah penyedian pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 14. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah pungutan yang harus dibayar kepada Pemerintah Daerah oleh setiap orang yang memarkir kendaraan di tepi jalan umum yang dikuasai Pemerintah Daerah. 15. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 16. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. 17. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu sendiri yang dapat dipergunakan untuk mengangkut orang ataupun mengangkut barang, terkecuali kendaraan yang mempunyai jalur jalan sendiri dan berjalan di atas rel. 18. Pengelola adalah pengelola pelayanan parkir di tepi jalan umum. 19. Pengelola pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah Dinas Perhubungan yang secara teknis dilaksanakan oleh UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Daerah ) parkir. 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah Surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 21. Retribusi terutang adalah masa retribusi pada saat terjadinya pelayanan atau diterbitkan SKRD dan/atau dokumen lain yang dipersamakan BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI IZIN USAHA Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan parkir. Obyek Retribusi adalah Pelayanan Parkir. Pasal 3 Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang mendapatkan pelayanan parkir. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
5 BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan pelayanan dan jenis kendaraan yang menggunakan tempat pelayanan parkir. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada Kebijakan Daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. BAB VI WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8 Pemungutan retribusi adalah di wilayah Kota Banjarmasin BAB VII PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR Pasal 9 (1) Pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan parkir dilakukan dan diawasi oleh Pemerintah Daerah. (2) Dinas Perhubungan mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku (berdasarkan Struktur Organisasi Tata Kerja dan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan). (3) Pengelolaan pelayanan parkir diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Pasal 10 (1) Walikota mempunyai wewenang untuk menentukan tempat-tempat pelayanan parkir di tepi jalan umum dalam Daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku. (2) Pengaturan letak lokasi dan jumlah tempat pelayanan parkir serta waktu parkir dan garis pembatas parkir ditetapkan dengan Peraturan Walikota dan diinformasikan kepada DPRD.
6 Pasal 11 Tidak dibenarkan melakukan pengelolaan dan penyelenggaraan parkir tanpa izin Walikota. kegiatan pelayanan BAB VII KEWAJIBAN PENGELOLA PELAYANAN PARKIR (1) Setiap pengelola diwajibkan : Pasal 12 a. Menempatkan papan pengumuman / papan nama pengelola di lokasi tempat pelayanan parkir dan mencantumkan tarif retribusi parkir, nomor, telpon pengaduan dan tanggal Keputusan Walikota tentang Pemberian Izin oleh Pemerintah Daerah. b.melengkapi para juru parkir yang bekerja di tempat pelayanan parkir yang dikelolanya dengan Kartu Tanda Pengenal dan pakaian Seragam/Rompi. (2) Tanda pungutan retribusi parkir harus berbentuk karcis yang mencantumkan besarnya tarif retribusi parkir dan telah diberi parporasi yang dikeluarkan dan disahkan oleh petugas yang ditunjuk oleh Walikota. (3) Bagian yang berupa potongan tanda pungutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), harus ditempelkan pada kendaraan bermotor yang diparkir dan mudah dilihat, sedangkan potongan lainnya diberikan kepada pemakai kendaraan yang bersangkutan. Pasal 13 (1) Pengelola berkewajiban memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para juru parkir yang bekerja padanya agar menguasai pekerjaannya dan mengerti tentang Peraturan Lalu Lintas dan Peraturan Daerah tentang Parkir. (2) Pemberian keterampilan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan/ dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan dengan biaya yang dibebankan/ ditanggung oleh pengelola parkir. (3) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disesuaikan dengan kebutuhan dan ditentukan serta ditetapkan oleh Dinas Perhubungan. Pasal 14 (1) Pengelola bertanggungjawab atas hilangnya kendaraan bermotor dan atau kelengkapan kendaraan bermotor yang diparkir di tempat pelayanan parkir yang dikelolanya. (2) Pengelola dapat mengasuransikan kendaraan bermotor (3) Pengelola bertanggung jawab terhadap juru parkir yang tidak mentaati ketentuanketentuan yang berlaku khususnya ketentuan tentang perparkiran.
7 BAB VIII KARTU PENGENAL JURU PARKIR Pasal 15 (1) Bagi juru parkir yang telah selesai mengikuti pelatihan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) diberikan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir. (2) Kartu Tanda Pengenal sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini, merupakan tanda pembeda antara juru parkir yang bekerja di tempat pelayanan parkir liar dengan juru parkir yang bekerja di tempat pelayanan parkir resmi, dimana pada tempat pelayanan parkir resmi juru parkirnya memakai Kartu Tanda Pengenal. (3) Kartu Tanda Pengenal sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini, harus selalu dipasang dan terlihat dengan jelas pada saat bekerja. (4) Bentuk dari Kartu tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), adalah sebagai berikut : a. Ukuran panjang 12 cm dan ukuran lebar 8 cm. b.berwarna biru muda, pada sisinya mencantumkan keterangan juru parkir dilengkapi dengan pas photo ukuran 3 x 4 (cm). Pada sisi yang lainnya mencantumkan keterangan tentang pengelola tempat fasilitas parkir. c. Kartu Tanda Pengenal dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan. (5). Ketentuan lebih lanjut tentang seragam juru parkir diatur oleh Dinas Perhubungan BAB IX TATA TERTIB PARKIR Pasal 16 (1) Setiap pengemudi kendaraan bermotor yang menjalankan kendaraan di suatu tempat pelayanan parkir harus mematuhi semua rambu/ marka/ tanda-tanda lainnya yang berada di tempat pelayanan parkir dan atau mematuhi arahan yang diberikan oleh juru parkir yang berkaitan dengan memarkir kendaraan. (2) Setiap kendaraan bermotor dilarang parkir di luar batas-batas suatu tempat pelayanan parkir dan atau menggunakan trotoar sebagai tempat pelayanan parkir. (3) Juru Parkir dilarang mengatur perparkiran yang dapat menimbulkan kemacetan arus lalu lintas dan atau mengganggu keluar masuknya kendaraan bermotor di tempat pelayanan parkir. (4) Juru Parkir dilarang mengatur perparkiran melebihi ketentuan batas maksimal tempat pelayanan parkir, dan garis pembatas parkir yang telah ditentukan (5) Setiap pemilik kendaraan bermotor dilarang menjadikan tempat pelayanan parkir sebagai garasi, walaupun kewajiban membayar retribusi parkir telah dilaksanakannya. (6) Dilarang melaksanakan kegiatan bongkar muat ataupun menurun-naikkan penumpang di tempat pelayanan parkir umum baik oleh mobil pribadi maupun mobil angkutan umum dalam kegiatan menjadikan tempat pelayanan parkir sebagai terminal.
8 (7) Bilamana Pengelola mengetahui akan adanya kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6 ) tersebut, maka harus segera menghentikannya dengan memberikan teguran pada juru parkirnya agar segera menghentikan kegiatan tersebut. Pasal 17 (1) Petugas dari Dinas Perhubungan akan menderek kendaraan bermotor yang parkirnya dapat menyebabkan kemacetan arus lalu lintas dan atau mengganggu keluar masuknya kendaraan di tempat pelayanan parkir dan atau memarkir kendaraannya bukan di tempat pelayanan parkir, sebagaimana yang diatur pada Pasal 16 ayat (2) Peraturan Daerah ini. (2) Kepada pemilik / pemegang / penanggung jawab kendaraan bermotor yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dikenakan biaya paksa tegak hukum, berupa : a. Biaya menaikkan/ menderek kendaraan bermotor sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap kendaraan bermotor. b. Biaya pengganggu tempat / tempat penyimpanan sementara, disesuaikan dengan tarif parkir yang berlaku dalam Peraturan Daerah ini. (3) Setelah disampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik kendaraan yang bersangkutan tidak diambil dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka kendaraan bermotor tersebut dianggap sebagai barang temuan dan akan diselesaikan menurut prosedur dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB XI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 18 (1) Besarnya retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum untuk satu kali parkir ditetapkan, sebagai berikut : a. Kendaraan tempelan / gandengan Rp. 7.000,- / kendaraan b. Kendaraan truck ukuran berat Rp. 3.500,-/ kendaraan c. Kendaraan truck dan bus Rp. 2.500,- / kendaraan d. Kendaraan truck mini dan bus mini dan sejenisnya Rp. 2.000,- / kendaraan e. Kendaraan mobil sedan, pik up dan kendaraan- Rp. 1.500,- / kendaraan Lainnya yang sejenis. f. Kendaraan Bajaj roda tiga dan sejenisnya Rp. 1.000,- / kendaraan g. Kendaraan bermotor jenis sepeda motor Rp. 500,- / kendaraan (2) Walikota dengan Peraturan Walikota setelah mendapatkan rekomendasi DPRD, dapat menetapkan tempat-tempat pelayanan parkir tertentu dalam Daerah dengan tarif selang waktu, untuk Jalan Utama / Pasar, Protokoler / Arteri sebagai berikut : a. Kendaraan tempelan / gandengan Rp 7.000,- (tujuh ribu rupiah) per kendaraan untuk parkir sampai 2 ( dua) jam, ditambah Rp 3.500,- (tiga ribu lima ratus rupiah) untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. b. Kendaraan truck ukuran berat Rp 3.500,- (tiga ribu lima ratus rupiah) per kendaraan untuk parkir sampai 2 (dua) jam, ditambah Rp 2.000,- (dua ribu rupiah)untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. c. Kendaraan bermotor jenis truck dan bus Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) per kendaraan untuk parkir sampai 2 (dua) jam, ditambah Rp 1000,- (seribu rupiah) untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya.
9 d. Kendaraan bermotor jenis truck mini dan bus mini dan sejenisnya Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) per kendaraan untuk parkir selama 2 (dua) jam, ditambah Rp 500,- (lima ratus rupiah) untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. e. Kendaraan bermotor jenis sedan, pick up dan kendaraan sejenis lainnya Rp 1.500,- (seribu lima ratus rupiah) per kendaraan untuk parkir sampai 2 (dua) jam, ditambah Rp 500,- (lima ratus rupiah) untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. f. Kendaraan bermotor bajaj roda tiga dan sejenisnya Rp 1.000,-/ kendaraan untuk parkir sampai 2 (dua) jam, ditambah Rp 250,- untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. g. Kendaraan bermotor sejenis sepeda motor Rp 500,-/ kendaraan untuk parkir sampai 2 (dua) jam, ditambah Rp 250,- untuk setiap 1 (satu) jam kelebihan berikutnya. Pasal 19 Bagi SKPD pengelola tempat khusus parkir, untuk menunjang kelancaran tugas di lapangan diberikan biaya operasional yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) instansi yang bersangkutan. Pasal 20 Hasil pungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum sebagaimana tersebut dalam Pasal 18, disetorkan ke Kas Daerah. BAB XII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 21 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Setiap pelunasan pembayaran pungutan menurut Peraturan Daerah ini, diberikan bukti pembayaran kepada yang bersangkutan. (4) Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini, dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. BAB XIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENATAAN PARKIR Pasal 22 (1) Pembinaan, pengawasan dan penataan tempat pelayanan parkir dilakukan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk bekerjasama dengan instansi terkait. (2) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan penataan sewaktu-waktu petugas dengan membawa surat tugas dapat melakukan penertiban berupa pemeriksaan tempat pelayanan parkir.
10 (3) Untuk memudahkan pengawasan, maka setiap pengelola parkir agar mentaati ketentuaan sebagaiman diatur pada Pasal 9 Peraturan Daerah ini. BAB XIV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 Bagi juru parkir yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 16, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi pencabutan Kartu Pengenal Juru Parkir. Pasal 24 Bagi pengelola yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 12 akan diberikan peringatan berupa surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali dan apabila tidak mentaati ketentuan dimaksud akan dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin pengelolaan tempat pelayanan parkir BAB XV TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 25 Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar pada saat selesainya pelayanan jasa parkir. BAB XVI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
11 b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah; e. melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyedikannya kepada Pengadilan Negeri, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 27 (1) Pelanggaran terhadap semua ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11, 16 ayat (5), dan Pasal 18 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) (2) Tindak pidana pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. (3) Hasil denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah.
12 BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Parkir dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini ditempatkan dalam Lembaran Daerah Kota Banjarmasin. Ditetapkan di Banjarmasin pada tanggal WALIKOTA BANJARMASIN, TTD H.A.YUDHI WAHYUNI Diundangkan di Banjarmasin pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARMASIN, TTD H. DIDIT WAHYUNIE LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2007 NOMOR 3
13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM I. UMUM Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah, karena jalan menyangkut kepentingan umum, maka penetapan jalan umum sebagai tempat parkir mengacu kepada ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dalam menentukan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum mengacu pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan melaksanakan ketentuan Undang-Undang tersebut khususnya tentang Retribusi Daerah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang mana hal tersebut salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, pembiayaan Pemerintahan dan pembangunan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya yang bersumber dari retribusi daerah perlu ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di Daerah dapat terwujud. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Retribusi Jasa Umum adalah suatu pungutan yang berdasarkan jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Pasal 6 s.d Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak beker jasama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya.
14 Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 21 s.d Pasal 29 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8