BAB I PENDAHULUAN. people) (Mulyono, 2008: 15). Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam

dokumen-dokumen yang mirip
pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya Bangsa itu

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B A B I P E N D A H U L U A N

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

KELUARGA HARAPAN. Judul Esai PERAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA (INFORMAL) DALAM MENCIPTAKAN KELUARGA HARAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 PEDAN TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

kurang beruntung untuk jalur pendidikan nonformal yang berusia lahir sampai dengan usia 6 tahun dan sebagai prioritas anak usia lahir sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah :

BAB I PENDAHULUAN. Zamrud Khatulistiwa ini merdeka. Selama itu pula ibu pertiwi ini mengisi kemerdekaannya

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen atau sering disebut pengelolaan adalah melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain (management is getting done through other people) (Mulyono, 2008: 15). Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam serta keberhasilan pembangunan dapat diwujudkan dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, tangguh, dan ulet. Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi (Anonim, 2010 a : 1). Pengembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan pembangunan pendidikan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu melalui peningkatan pendidikan baik pendidikan formal, pendidikan non formal, maupun pendidikan informal sehingga kualitas sumber daya manusia itu dapat diselaraskan dengan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh 1

2 pembangunan. Hal itu selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab seperti disebutkan dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dunia pendidikan di Indonesia masih meninggalkan banyak pekerjaan rumah untuk dikerjakan. Harus diakui bahwa dengan sistem konvensional hasil pendidikan tidak akan optimal. Sudomo (dalam Syafaruddin 2002) mengatakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih belum berhasil dalam melakukan pemerataan pendidikan, mutu pendidikan masih rendah, dan manajemen pendidikan juga masih lemah. Bahkan The Jakarta Post (No. 127, 2001) mengungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia adalah yang terburuk di Asia. Skor mutu pendidikan Indonesia adalah 6,21, masih di bawah negara Vietnam yang mendapat skor 6,56, dan di bawah negara-negara tetangga di Asia. Pendidikan nasional di Indonesia hanya mendapat ranking 12 di bawah Vietnam, sedangkan ranking pertama adalah Korea Selatan. Dengan kualitas pendidikan demikian dapat dimengerti kalau kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari empat puluh tiga negara, Indonesia berada pada urutan sepuluh terakhir hampir dalam berbagai bidang kehidupan (Mulyasa 2004). Dilihat dari Human Development Index (UNDP, 2004)

3 ranking dunia pada tahun 2004 Indonesia termasuk dalam kelompok tingkat SDM menengah (medium human development) urutan ke 111, satu tingkat di atas Vietnam yang berada pada ranking 112. Negara-negara ASEAN lain menempati ranking yang cukup tinggi, yaitu Singapura menempati peringkat 25, Brunei menempati peringkat 33, Malaysia menempati peringkat 59, Thailand menempati peringkat 76, dan Filipina menempati peringkat 83. Fakta ini sangat mengejutkan dan menyesakkan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, Indonesia akan semakin tertinggal. Jangankan menjadi pencipta teknologi, menjadi pengguna teknologi saja bisa jadi anakanak Indonesia "gaptek" atau gagap teknologi. Bahkan bukan tidak mungkin suatu saat nanti orang Indonesia tidak dapat "menjadi tuan" di negeri sendiri karena semua SDM di Indonesia berasal dari luar negeri yang secara kualitas dan komitmen lebih memenuhi syarat. Untuk itu perlu adanya program pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia atau masyarakat untuk membangun Indonesia yang memiliki manusia yang berkompeten dan siap bersaing dengan dunia luar. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu target pembangunan Indonesia. Pemberdayaan masyarakat harus dikembangkan oleh semua pihak. Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai sektor terutama sektor pendidikan (Rahayu, 2010: 1). Melalui pemberdayaan pendidikan diharapkan masyarakat dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya.

4 Pemberdayaan pendidikan harus dilakukan pada semua jenjang usia terlebih pada masa anak-anak. Pada masa anak-anak merupakan masa yang paling potensial untuk membangun potensi manusia. Masa anak merupakan masa terjadinya pembentukan sel-sel otak yang berfungsi mengembangkan berbagai kecerdasan. Demikian penting masa tersebut seharusnya lingkungan memberi yang terbaik untuk berkembangnya berbagai kecerdasan yang dimiliki anak. Data statistik menunjukkan jumlah anak di Indonesia usia 0-10 tahun sebanyak 28 juta jiwa. Dan baru 7 % tersentuh oleh pendidikan dan sebagian besar tersebar di wilayah pedesaan (Rahayu, 2010: 2). Dengan demikian masih cukup banyak anak-anak Indonesia yang membutuhkan sentuhan pendidikan. Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta turut berperan serta dalam pemberdayaan tersebut melalui Program Rumah Pintar (Rahayu, 2010: 3). Hadirnya program Rumah Pintar merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu masyarakat yang sulit dijangkau karena letak geografis dalam memperoleh pendidikan dan informasi terutama di daerah Indonesia. Program Rumah Pintar merupakan program layanan pendidikan non formal dilakukan melalui penyediaan sarana pembelajaran pada suatu daerah yang pernah didatangi oleh Mobil Pintar atau Motor Pintar sebagai tindak lanjut kemandirian suatu daerah. Dirancang dengan strategi pembelajaran yang penuh makna dan menyenangkan bagi peserta didik khususnya anak usia 4-15 tahun.

5 Rumah Pintar merupakan program untuk ibu dan anak dalam memberdayakan potensi ibu dan anak serta masyarakat luas yang pada akhirnya dapat mensejahterakan hidup dan meningkatkan taraf hidup keluarga (Anonim, 2009 a : 2). Rumah Pintar memiliki beberapa layanan seperti layanan pembelajaran bagi anak-anak usia 4-15 tahun, layanan pengembangan life skill bagi remaja dan ibu produktif, layanan perpustakaan bagi warga masyarakat dan layanan edukasi pengasuhan dan kesehatan bagi kaum ibu (Anonim, 2009 a : 1). Dapat dikatakan bahwa rumah pintar merupakan aplikasi dari pendidikan untuk semua. Pendidikan untuk semua dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan belajar dasar anak-anak, pemuda dan orang dewasa (Latif, 2007: 88). Ada enam komitmen yang dipakai dalam pendidikan untuk semua yaitu sebagai berikut. 1. Memperluas dan meningkatkan mutu perawatan dan pendidikan anak usia dini, teruama anak-anak yang rawan dan kurang beruntung. 2. Menjamin hingga tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit, dan mereka yang termasuk etnis minoritas, mempunyai akses untuk menyelesaikana pendidikan dasar yang berkualitas. 3. Menjamin agar kebutuhan belajar generasi muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yanga adil pada program-program belajar dan pendidikan keterampilan hidup (life skill) yang sesuai. 4. Menurunkan tingkat buta huruf orang dewasa sebesar 50% dari keadaan sekarang menjelang 2015, terutama kaum perempuan dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. 5. Menghapus disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan sehingga mempunyai akses dan prestasi yang dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik. 6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur

6 dapat diraih oleh semua, terutama di bidang keaksaraan, angka, dan keterampilan hidup (Latif, 2007: 88-89). Rumah Pintar sebagai tempat belajar sesuai dengan komitmen dari penyelenggaraan pendidikan untuk semua (Education for All). Syarat Rumah Pintar dijelaskan oleh Ani Yudhoyono dalam pidatonya ketika meresmikan Rumah Pintar Cikeas sebagai berikut. Sebagai syarat berdirinya rumah pintar haruslah terdapat 5 sentra. Sentra-sentra tersebut adalah Sentra Permainan Edukatif, Sentra Buku, Sentra Komputer, Sentra Kriya, serta Sentra Panggung dan Audiovisual. Namun demikian dapat ditambah sentra-sentra lainnya jika fasilitas memadai (Anonim, 2010 b : 1-6). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa minimal ada 5 sentra yang harus disediakan di dalam rumah pintar. Sentra Buku, untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan menambah pengetahuan serta wawasan melalui penyediaan buku; Sentra Komputer, dapat memberikan pengajaran dan pengetahuan komputer serta software edukatif; Sentra Permainan, khusus untuk membantu anak-anak dalam hal bersosialisasi, bermain sambil belajar dan mengembangkan kreativitas melalui permainan edukatif; Sentra Audiovisual, dapat membuka wawasan ibu dan anak melalui pembekalan film-film edukatif dan menghibur serta sebagai ajang pengembangan minat dan bakat seni seperti menari dan bernyanyi; Sentra Kriya, memberikan bekal keterampilan seperti menjahit dan keterampilan lainnya agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan Posyandu merupakan edukasi kesehatan bagi ibu dan anak. Tlogosari Wetan Semarang merupakan salah satu lokasi didirikannya Rumah Pintar. Dalam penyelenggaraan Rumah Pintar tersebut

7 pihak pengelola atau disebut dengan tutor memberikan beberapa layanan seperti layanan life skill dan juga layanan perpustakaan. Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut masih belum memiliki pekerjaan. Banyak masyarakat yang masih menganggur. Dengan adanya Rumah Pintar tersebut, masyarakat Tlogosari Wetan diberi bekal life skill sehinggga masyarakat dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Antusias masyarakat di daerah Tlogosari Wetan sangat baik, mulai dari anak-anak hingga ibu-ibu rumah tangga. Anak-anak akan mendapatkan bimbingan tutor terutama berkaitan dengan pendidikan, sedangkan ibu-ibu rumah tangga lebih dibekali dengan keterampilan-keterampilan. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pendayagunaan Rumah Pintar Menuju Paradigma Baru Masyarakat Di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka fokus pada penelitian ini adalah bagaimana pendayagunaan Rumah Pintar Masyarakat di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang. Fokus penelitian tersebut dijabarkan menjadi dua subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimana layanan life skill Rumah Pintar masyarakat di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang? 2. Bagimana layanan perpustakaan Rumah Pintar masyarakat di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan layanan life skill Rumah Pintar masyarakat di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang. 2. Mendeskripsikan layanan perpustakaan Rumah Pintar masyarakat di Kelurahan Tlogosari Wetan Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya memberdayakan masyarakat melalui program Rumah Pintar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan untuk mengambil beberapa kebijakan yang mendukung program Rumah Pintar; b. Bagi warga masyarakat dapat dijadikan input dalam pengembangan mutu masyarakat baik mutu akademik maupun keterampilan; c. Bagi tutor dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan bahan tambahan dalam melaksanakan kegiatan di Rumah Pintar. E. Daftar Istilah 1. Program Rumah Pintar merupakan program pemberdayaan masyarakat berbasis pada pengembangan masyarakat (community development),

9 dimaksudkan untuk menjangkau mereka yang kurang mendapat kesempatan terhadap berbagai layanan pendidikan 2. Layanan life skill adalah layanan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. 3. Layanan perpustakaan merupakan semua kegiatan yang ditujukan untuk menyiapkan segala sarana (fisik dan non fisik) untuk mempermudah perolehan informasi atau bahan pustaka yang dibutuhkan pemustaka sebagai pengguna perpustakaan.