BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang didasarkan pada prinsip syariah yang

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI-Rate Terhadap Tingkat Pembiayaan Produktif Di BMT

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada. tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. biasa yang pola operasinya mengikuti prinsip-prinsip syariah. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan suatu sisi kehidupan yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan secara terpadu (integrated) dan tidak parsial sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun belakangan terutama pada sektor pebankan. Gagasan adanya lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya ekonomi Isalam yang bersumber dari Al-Qur an dan Al-hadist. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Larangan tersebut ada dalam Al Qur an. Menurut Al Qur an, dasar hukum pelarangan riba adalah: QS. Al Baqarah ayat 275 : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Bank pembiayaan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola

operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah maupun muamalah Islam. BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum dan secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan Bank Konvensional dalam penetapan tingkat suku bungan (rate of inerest). Selanjutnya BPR Syariah dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam. Dalam menghadapi perekonomian nasional yang mengalami perubahan secara cepat dan tantangan yang semakin berat, diperlukan perbankan nasional yang tangguh dan efisien, serta yang mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan terhadap Bank Pembiayaan Rakyat sesuai Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia. Lahirnya Bank Islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternatif pangganti bunga pada bank-bank konvensional. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syari ah (2004, paragraf : 4) memberikan definisi bank syari ah yaitu bank yang beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syari ah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas pengguna dana dan pinjaman karena bunga merupakan hal riba yang diharamkan. Kegiatan penyaluran dana pada bank konvensional dikenal dengan istilah pinjaman atau kredit. Pemberian pinjaman atau kredit oleh bank terdiri dari beragam jenis tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Pada bank

syari ah tidak mengenal istilah kredit namun dalam bank syari ah dikenal istilah pembiayaan. Pembiayaan menurut Karim (2004) merupakan pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. IAI dalam PSAK No. 59 (2004, paragraf : 6) mengatakan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka. Dalam PSAK No. 59 (2004, Paragraf : 13) tentang jaminan atas pembiayaan mudharabah pada prinsipnya nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) tidak diminta menyediakan jaminan atas piutang mudharabah, oleh bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) agar nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) tidak melakukan penyimpangan. Kenyataannya di BPRS yang ada di Sumatera Utara sebagai pemilik dana mengambil inisiatif bahwa jaminan yang diberikan dalam akad pembiayaan mudharabah tersebut digunakan untuk memastikan kembalinya modal yang dipinjamkan, dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) benar-benar melaksanakan segala ketentuan-ketentuan yang telah disepakati di awal akad pembiayaan mudharabah. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan bersama antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik dana (shahibul maal) yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam PSAK (2004, paragraf 25) tentang bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing).

BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Salah satu produknya adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih bisa mengerakkan usaha yang besifat produktif, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk lebih berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki kedalam pembiayaan mudharabah. Mudharabah pada dasarnya membutuhkan rasa saling percaya yang tinggi antara pemilik dana dan pengelola dana. Selain itu, pembagian keuntungan harus bentuk nisbah/persentase yang telah disepakati. Apabila terjadi kerugian akad mudharabah, yang menangung kerugian itu hanya sipemilik dana, pengelola dana tidak menanggung kerugian tersebut, kecuali kerugian itu terjadi akibat kesalahan yang dilakukan sipengelola dana. Sedangkan rentan waktu yang digunakan dalam akad mudharabah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Tetapi berdasarkan fakta di lapangan, jumlah pembiayaan mudharabah selalu lebih kecil daripada jumlah pembiayaan murabahah, yang merupakan pembiayaan dengan prinsip jual beli. Hal ini dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan mudharabah.

Menurut (Meydianawathi, 2007) mengatakan bahwa selain dana yang tersedia (DPK), penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri, seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Suseno dan Piter A (2003) dalam (Meydianawathi, 2007) menerapkan bahwa faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercemin dalam Return on Assets (ROA) dan BOPO juga berpengaruh terhadap kredit perbankan. Return/Bagi hasil merupakan salah satu produk yang ditawarkan bank Syari ah dalam pengelolaaan dana. Dijelaskan oleh (Karim, 2004) mengenai bagi hasil atau bisa disebut return dari pengelolaan dana mudharabah bahwa, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Bagi hasil adalah sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan.

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah memperoleh laba. Pada perusahaan bank syariah laba bisa diperoleh dari fasilitas pembiayaan yang diberikan bank kepada masyarakat dengan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syari ah secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini bank syari ah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga dengan pengusaha yang meminjam dana. Menurut Karim (2004), Murabahah, yang berasal dari Ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (Margin). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada BPRS di SUMUT dengan pembiayaan murabahah sebagai variabel pemoderasi, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada BPRS di SUMUT dengan Pembiayaan Murabahah sebagai Variabel Moderating 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor faktor (FDR, DPK, NPF, ROA, dan CAR) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pembiayaan mudharabah pada BPRS yang ada di SUMUT?

2. Apakah pembiayaan murabahah dapat memoderasi hubungan antara Faktorfaktor (FDR, DPK, NPF, ROA, dan CAR) dengan pembiayaan mudharabah pada BPRS yang ada di SUMUT? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor faktor (FDR, DPK, NPF, ROA, dan CAR) secara simultan dan parsial terhadap pembiayaan mudharabah pada BPRS yang ada di SUMUT. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh moderasi pembiayaan murabahah terhadap hubungan antara Faktor faktor (FDR, DPK, NPF, ROA, dan CAR) dengan pembiayaan mudharabah pada BPRS yang ada di SUMUT. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya dalam praktek perbankan syari ah. 2. Bagi Perusahaan Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan memberi informasi terutama bagian pembiayaan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah. 3. Bagi calon peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan masukan bagi calon peneliti berikutnya. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013). Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah : 1. Variabel Independen penelitian terdahulu adalah FDR,NPF,ROA,CAR dan tingkat bagi hasil, sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah FDR,DPK,NPF,ROA,CAR. 2. Penelitian terdahulu memfokuskan tidak menggunakan variabel pemoderasi, sedangkan penelitian ini, peneliti menggunakan pembiayaan murabahah sebagai variabel pemoderasi. 3. Peneliti terdahulu memfokuskan pada bank umum syariah di Indonesia, sedangkan penelitian ini fokus terhadap BPRS di SUMUT.